COLOR SERIES : TITANIUM WHITE

COLOR SERIES : TITANIUM WHITE


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | COLOR SERIES : TITANIUM WHITE

Bulan Oktober ini, saya ingin memulai membuat tulisan yang berhubungan dengan nama-nama warna atau asal-usul pigmen warna. Tulisan ini akan saya buat dalam kategori Color Series. Untuk mengawali topik tentang warna kali ini, saya akan membahas tulisan yang berhubungan dengan Titanium White

COLOR SERIES : TITANIUM WHITE

Titanium White menjadi salah satu pigmen warna yang hampir selalu ada pada setiap deretan warna atau color chart yang disusun oleh sebuah brand. Ia menjadi salah satu pigmen tetap yang wajib disediakan atau diproduksi oleh para produsen cat, terutama cat lukis entah itu untuk warna acrylic, oil maupun cat airDari mana sih asal muasal dari Titanium White ? Dan apa saja fungsi yang bisa digunakan dalam lukisan atau craft. Mari kita bahas sekarang. 

SEJARAH TITANIUM WHITE 


Titanium White adalah sebuah pigmen artifisial yang dikembangkan sekitar tahun 1910 oleh Perusahaan Titanium Pigmen (Titanium Pigment Company) di Amerika Serikat (New York) dan Titan Company di Norwegia. Kedua perusahaan ini berdiri sendiri ya ? alias bukan perusahaan antar cabang. 

Meski perusahaan yang berbeda dan tidak memiliki hubungan satu sama lainnya. Kedua perusahaan ini memiliki hak paten di tahun yang sama, yakni sekitar tahun 1920. [1] Padahal Titanium Dioxide telah ditemukan sejak tahun 1821 M, namun baru dikembangkan untuk tujuan komersil dalam pembuatan cat justru baru masuk tahun 1920an. [3]

Yang menarik adalah warna putih menjadi salah satu warna pertama yang digunakan dalam dunia seni lukis. Di Gua Lascaux, Prancis, telah ditemukan gambar pada dindingnya yang menggunakan warna putih sebagai salah satu unsur warnanya untuk melukis binatang yang ada dalam dinding gua. [4] Sementara pada abad ke 15 warna putih yang digunakan justru berasal dari calcite atau gypsum. Kini warna putih di dominasi oleh titanium oxide bahkan dalam pembuatan pasta gigi sekalipun. [4]

Di tahun yang sama, titanium white dan zinc white menjadi dua jenis pigmen warna putih yang banyak diproduksi untuk dipasarkan. Pada akhirnya hampir semua perusahaan cat merekomendasikan titanium white sebagai warna putih utama dibandingkan menggunakan warna putih "lead white" sebagai upaya pencegahan dan keselamatan pengguna pigmen warna putih. [2]

Titanium White merupakan pigmen putih yang berasal dari titanium dioxide. [1] Titanium menjadi jenis pigmen warna putih yang paling sering digunakan karena lebih terjangkau harganya, lebih aman (tidak beracun) dan memiliki kepekatan warna yang solid. Pada dasarnya nama Titanium White sendiri diambil dari bahan material yang digunakan untuk membuatnya, yakni yang mengandung unsur titanium seperti zinc titanate, barium titanate, potassium titanate, titanium silicate dan titanium lithopone). 

KARAKTERISTIK TITANIUM WHITE


Pigmen titanium white adalah salah satu pigmen warna cat yang memiliki warna pekat dan solid atau dalam istilah dunia cat warna disebut dengan "opaque". Dalam proses produksinya, pembuatan pigmen titanium cenderung lebih mahal dibandingkan dalam membuat warna putih dari "lead white". Tetapi ketika sudah digunakan, maka pemilihan warna titanium lebih terjangkau dan ekonomis karena meski penggunaan pigmen sedikit namun secara solid mampu memberikan warna putih yang pekat. [1]

Sebagai pigmen yang terbuat dari material artifisial (buatan), tidak dianjurkan untuk menghirup pigmen yang masih dalam bentuk powder, karena bagaimana pun bahan kimiawi itu sangat membahayakan. Oleh sebab itu, ketika bersentuhan dengan pigmen dalam bentuk powder, usahakan penggunakan masker sebagai bagian dari perlindungan. 

Pigmen titanium tidak hanya digunakan untuk bahan material pembuatan cat lukis atau tembok saja, tetapi juga bisa digunakan untuk memproduksi keramik. Pigmen ini juga tidak membahayakan ketika berinteraksi dengan suhu panas, sehingga sering digunakan dalam pembuatan porselin atau keramik. [3]

Selain itu karakteristik lain dari Titanium White adalah tidak mudah bereaksi terhadap panas, udara, cahaya maupun keasaman, serta minyak yang cepat kering (drying oil), sehingga ketika diterapkan pada cat minyak, warna pigmen ini akan tetap lama kering. [3]

Hingga saat ini pigmen Titanium menjadi salah satu warna wajib yang dimiliki oleh setiap pelukis untuk berkarya. Selain tidak beracun dan bisa digunakan secara mandiri, titanium juga sering digunakan sebagai bahan pencampur warna agar terlihat terang atau lebih opaque. 

TIMELINE TITANIUM WHITE


Sebelum menjadi salah satu pigmen warna artifisial yang wajib untuk diproduksi oleh produsen cat lukis. Perjalanan Titanium Oxide hingga menjadi primadona sangatlah panjang. Kita bisa melihat perubahan penggunaan dari waktu ke waktu sebagai berikut : 

  • 1791 >>   The Rev. William Gregor (1761-1817), seorang Geologis, menemukan unsur titanium di pasir yang ia temukan di area dekat rumahnya, sebuah desa di Manaccan, di Cornwall, dan dia menyebutnya dengan sebuatan "manaccanite". Penemuan ini merupakan sebuah eksperimen yang dibuat oleh Gregor pada sebuah metal yang ia publikasikan dengan judul, “On Menaccanite, a Species of Magnetic Sand, Found in the County of Cornwall”, “Sur le Menakanite, espèce de Sable attirable par l’Aimant, trouvé dans la Province de Cornouilles”, Observations et Mémoires sur la Physique, Paris, 39: 72–78, 152–160. [5]
  • 1795 >> Martin Heinrich Klaproth (1743-1817),  Seorang ahli kimia dari Berlin,  memeriksa sebuah mineral yang ia sebut dengan istilah, “Hungarian red tourmaline”, dan kemudian diidentifikasi bahwa di dalamnya terdapat unsur metal yang disebut dengan "titanium". Ia kemudian mempublikasikan penemuannya dan memberinya nama, “Chemical Investigation of the So-called Hungarian Red Tourmaline”. [6] Dalam penemuannya ini Klaproth menjelaskan bahwa "red tourmaline" yang kemudian dikenal dengan sebutan "rutile" di tahun 1803 bisa digunakan dalam metode basah maupun kering. Kala itu ia menyebutnya sebagai metal, padahal sebenarnya merupakan oxide karena memiliki kesamaan dengan oksigen. Ia menggunakan nama titanium sebagai salah satu bentuk rasa hormatnya pada para Titans
  • 1801 >> Seorang ahli kimiawi dari Prancis, Antoine François, Comte de Fourcroy (1755-1809), menuliskan bahwa titanium merupakan oxide khususnya ketika dimurnikan dengan alkali di mana bisa digunakan untuk membuat teknik glazing (lapisan agar mengkilap) pada porselain. Pada masa ini, tatinium sudah digunakan untuk membuat sebuah sedotan berwarna kuning di wilayah Berlin. [7]
  • 1801 >>  René Just Haüy (1743-1822), Seorang ahli mineral dan kristal dari Perancis (Seorang editor dari Journal des Mines, menjelaskan titanium oxide berdasarkan hasil penenmuan Klaproth dan Vauquelin dalam karya jurnalnya yang berjudul "Traité de Minérologie of 1801, Vol. 4, 295ff. In Vol. 3, 129-136," di mana ia menjelaskan tentang sebuah kristal yang disebut dengan ANATASE. Ia juga menjelaskan tentang istilah yang digunakan tersebut yang berarti “extended in height” atau "Tambah Tinggi", yang menunjukkan karakteristik dari kristal itu sendiri. Pada tahun 1822 ia kemudian menyempurnakan penemuannya dengan menyebutkan bahwa anatase dan rutile merupakan dua jenis titanium oxide, berdasarkan dari karakteristik dan strukturnya. [7]
  • 1803 >> Abraham Gottlob Werner (1749-1817), Seorang geologis dari Jerman memberi nama "Rutile" pada “red tourmaline”.
  • 1827 >> Bijih titanium oxide ditemukan di Gunung Ilmen, Rusia dan diberi nama dengan sebutan ILMENITE oleh seorang ahli kimia Adolph Theodor Kupffer (1799-1865). Ilmenite mungkin terbentuk dari anatase titanium dioksida bersama dengan oksida besi, hematit. 
  • 1838 >> Jöns Jacob Berzelius (1779-1848), yang merupakan guru dari Heinrich Rose, membahas anatase sebagai “titanium oksida”, yang disebutnya “oisonite”. dari “tempat di mana ia ditemukan pertama kali” – Oisans di Pegunungan Alpen Prancis. Berzelius melanjutkan dengan mengatakan bahwa “mineral jenis ini sangat langka sehingga kita tidak dapat berharap, setidaknya saat ini, untuk dapat memperoleh jumlah yang cukup untuk menganalisisnya.” Dia kemudian menyimpulkan bahwa “Asam Titanic yang digunakan dalam pembuatan porselen untuk mewarnai menjadi kuning.” (“On Titanium”, “Du titane” Traité de chimie, Vol. 1, Bruxelles, 1839, 395-399.)
  • Titanium Kuning Klaproth mencatat bahwa dia telah memperoleh glasir kuning jerami dengan mencampurkan titanium oksida dan fluks, dan Fourcroy mengatakan bahwa pabrik Sèvres telah membuat pigmen titanium berwarna coklat tetapi mengalami kesulitan untuk mendapatkan glasir dengan warna yang merata sehingga harus berhenti menggunakannya.
  • Artificial Rutile – Pada tahun 1840-an dan 50-an khususnya beberapa makalah telah diterbitkan mengenai pembuatan kristal mineral di laboratorium kimia, inisiatif ini berasal dari penyelidikan yang dilakukan sebagai para ahli geologi di bumi. Seperti yang disampaikan oleh salah satu ilmuwan: “Untuk mengenali fenomena kimia yang mengatur pembentukan jenis mineral dan, kemudian, untuk menjelaskan sejarah kimia bumi, salah satu cara yang paling efektif tidak diragukan lagi adalah dengan menemukan cara meniru mineral secara artifisial.” (G. A. Daubrée, “On the Artificial Production…”, 1849, p. 129). Caranya dengan membuat kristal dalam tabung porselen dalam kondisi terkendali terhadap penggunaan asam, uap dan pada suhu tertentu.
  • 1849 >> Ahli geologi dan kimia dari Perancis, Gabriel Auguste Daubrée (1814-1896), menerbitkan hasil eksperimennya terhadap produksi buatan rutil sebagai kristal yang dapat berkembang dengan baik di laboratorium dalam kondisi tertentu. Ia mempublikasikan temuannya dalam, “Tentang Produksi Buatan Beberapa Jenis Mineral Kristal, Khususnya Timah Oksida, Titanium Oksida, dan Kuarsa.
  • 1919 >> Pada tahun 1919 perusahaan Titan di Norwegia akhirnya menghasilkan pigmen yang benar-benar putih, dan di negara ini pigmen tersebut diproduksi di pabrik besar yang dibangun antara tahun 1916 dan 1917. Titanium putih sekarang menjadi produk industri yang diproduksi dalam skala besar – sekitar delapan ton seminggu pada tahun 1922. [7]

Antara tahun 1849 hingga 1919 banyak terjadi perubahan dan eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan di mana mereka semua ingin menghasilkan warna pigmen putih yang benar-benar putih. Setelah melalui banyak proses dan perubahan, di tahun 1919 ini perusahan titanium yang ada di dunia saat itu bisa menemukan formula yang bisa menghasilkan warna putih yang sebenarnya. Sejak saat itu pigmen artifisial dari titanium oxide diproduksi secara besar-besaran dan berkala hingga saat ini. 

Itulah beberapa proses dan bagaimana pigmen titanium white tersebut ditemukan, dikembangkan hingga dipasarkan secara masal untuk penggunaan dunia produksi dalam berbagai jenis produk. Semoga dalam pembahasan ini, kita bisa mengetahui sejarah terbentuknya pigmen warna yang terbuat dari kristal atau pun titanium oxide ini. 

Referensi : 

  1. Laver, Marilyn (1997). "Titanium Dioxide Whites". In Fitzhugh, Elisabeth West (ed.). Artists' Pigments: A Handbook of Their History and Characteristics. Vol. 3. Archetype. pp. 295–355.
  2. Finlay, Victoria (2002). Color: A Natural History of the Palette. Random House. p. 111.
  3. Webexibits.org. Titanium White. Di akses pada 4 Oktober 2023 dari https://www.webexhibits.org/pigments/indiv/overview/titaniumwhite.html
  4. PPGPaints.com. White throughout the decades. Di akses pada 4 Oktober 2023 dari https://www.ppgpaints.com/evolution/evolution-of-white
  5. Railing, Patricia. (2018). Titanium White • FACTS. Di akses pada 4 Oktober 2023 dari https://painterspalettes.net/titanium-white/
  6. Klaproth’s Contributions to the Chemical Knowledge of Mineral Substances (Klaproth’s Beiträge zur chemischen Kenntniss der Mineralkörper Vol. 1, Berlin, 1795, 233-244; “Analyse chimique du Schorl rouge de Hongrie”, translated by Citoyen Hecht, Journal de Mines, Paris, Vol. 12, 1796, 1-9
  7. “Le Rutile et ses propriètiés colorantes”, Société d’historire naturelle d’Autun, 15th Bulletin, 1904, 124-5
  8. Credit Image : painterspalettes.net

Post a Comment

0 Comments