Dalam drama Our Unwritten Story, rajutan hadir bukan hanya sebagai hobi, melainkan sebagai cara sederhana untuk menenangkan pikiran yang penuh dengan overthinking. Crochet ternyata bukan hanya soal menghasilkan karya, tetapi juga tentang merajut ulang ketenangan dan kesehatan mental kita.
CROCHET SEBAGAI ART THERAPY
Dua bulan belakangan ini saya mulai aktif lagi belajar bikin crochet, awalnya hanya sekadar mengisi waktu luang dan menekan aktivitas bermedia sosial. Rasanya ingin punya kegiatan yang lebih tenang, kreatif, dan sekaligus produktif. Ternyata, dari sekadar memegang hook dan benang, saya menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga: fokus. Crochet menuntut perhatian penuh pada setiap tusukan rajutan. Satu keliru saja bisa merusak pola, sehingga saya harus betul-betul hadir di momen itu.
Berawal dari menonton Our Unwritten Seoul, saya melihat bagaimana pemeran utamanya menggunakan rajutan sebagai cara untuk mengurangi overthinking. Dari situ, muncul rasa penasaran dalam diri saya untuk mencoba. Awalnya, memang tidak mudah. Jari terasa kaku, gerakan tidak seluwes yang saya bayangkan, bahkan sempat muncul rasa ingin menyerah. Namun, rasa penasaran untuk bisa meniru ketenangan yang digambarkan dalam drama tersebut membuat saya bertahan.
Seiring waktu, saya mulai menemukan ritme. Setiap kali benang bergerak mengikuti pola, saya merasa seperti sedang menata ulang pikiran yang semrawut. Ada sensasi tenang ketika perhatian saya sepenuhnya tersedot pada pola dan tekanan jari yang mengelola benang. Tanpa disadari, rajutan bukan hanya sekadar hobi baru, tetapi juga ruang meditasi kecil yang membantu saya lebih hadir pada momen yang sedang berlangsung.
Yang menarik, fokus ini membuat saya tidak lagi mudah terdistraksi. Kalau dulu jari terasa gatal untuk scrolling media sosial, kini tangan saya sibuk merajut pola. Pikiran pun jadi lebih terarah, tidak banyak overthinking. Crochet ternyata bukan sekadar kerajinan tangan, tetapi juga semacam terapi kecil yang mengajarkan saya sabar, telaten, dan engage dengan apa yang sedang dilakukan.
Sejarah Crochet: Dari Kerajinan ke Medium Ekspresi
Crochet sendiri memiliki sejarah panjang. Walaupun catatan pasti asal-usulnya masih diperdebatkan, crochet mulai populer di Eropa pada abad ke-19. Awalnya ia digunakan untuk membuat benda fungsional seperti taplak, pakaian hangat, hingga pernak-pernik rumah tangga. Namun seiring waktu, crochet berkembang menjadi medium ekspresi seni. Dari motif-motif tradisional hingga karya instalasi modern, crochet membuktikan dirinya lebih dari sekadar keterampilan rumah tangga.
Banyak seniman menjadikan crochet sebagai bahasa visual. Benang dan pola rajutan bisa bercerita tentang identitas budaya, memori personal, atau sekadar ekspresi estetik. Sejarah crochet dengan demikian adalah perjalanan dari fungsi menuju ekspresi—dari sekadar "berguna" menuju "bermakna".
Mengetahui akar sejarah crochet ini membuat kita lebih menghargainya. Bahwa apa yang kini saya lakukan di ruang tenang rumah, pernah menjadi bagian dari tradisi panjang manusia untuk bertahan, berkreasi, sekaligus berkomunitas.
Ritme dan Fokus: Crochet untuk Menenangkan Pikiran
Crochet itu unik karena ritmenya. Setiap tusukan benang terasa repetitif, tapi justru repetisi itulah yang menenangkan. Seperti meditasi, crochet melatih kita untuk fokus pada satu pola, satu stitch, satu tarikan benang dalam satu waktu. Saya merasakan bagaimana ritme sederhana ini bisa membawa pikiran menjadi lebih rileks.
Ketika pikiran mulai kacau atau penuh distraksi, crochet seperti “jangkar” yang membuat saya kembali ke saat ini. Sederhana memang, tapi kekuatan crochet ada pada repetisi yang konsisten. Semakin lama merajut, semakin kita menyadari bahwa fokus adalah kunci untuk menjaga ketenangan.
Bagi banyak orang, kegiatan ini juga menjadi cara praktis untuk melawan rasa gelisah. Alih-alih membiarkan pikiran berlari ke mana-mana, crochet mengembalikan perhatian pada sesuatu yang konkret: benang, hook, dan pola di tangan kita.
Crochet sebagai Media Healing dan Self-Compassion
Lebih jauh, crochet bisa menjadi bentuk self-care. Dalam prosesnya, crochet memberi ruang untuk healing: meredakan stres, menurunkan rasa cemas, bahkan membantu seseorang yang sedang dalam fase pemulihan dari trauma. Crochet memaksa kita untuk sabar, tidak terburu-buru, karena setiap hasil butuh proses.
Saya pribadi merasakan crochet seperti terapi dalam diam. Tidak ada tuntutan untuk sempurna, tidak ada kompetisi. Hanya saya, benang, dan waktu yang berjalan sesuai ritme saya sendiri. Rasanya seperti sedang belajar menyayangi diri sendiri, menerima bahwa kesalahan dalam rajutan bisa diperbaiki, dan bahwa keindahan tidak harus lahir seketika.
Di titik ini, crochet bukan sekadar kerajinan, melainkan juga cermin kehidupan. Bahwa kita belajar sabar, menerima kekeliruan, dan terus mencoba sampai menemukan bentuk yang indah.
Komunitas dan Perkembangan Crochet Hari Ini
Hari ini crochet tidak lagi sekadar aktivitas nenek-nenek di rumah (seperti stereotip yang dulu sempat muncul). Crochet sudah menjelma menjadi gerakan kreatif global. Di media sosial, kita bisa menemukan ribuan komunitas crochet dengan berbagai gaya—dari amigurumi, pakaian, aksesori, hingga karya seni kontemporer skala besar.
Komunitas ini juga menjadi bagian penting dari aspek terapinya. Ketika orang berbagi hasil rajutan, pola, atau cerita pribadi, ada rasa keterhubungan yang tumbuh. Crochet bukan hanya soal “produk akhir”, melainkan juga soal proses, kebersamaan, dan dukungan sosial.
Bahkan beberapa gerakan sosial memanfaatkan crochet untuk kampanye lingkungan atau kesadaran isu tertentu. Dengan demikian, crochet hari ini bukan sekadar terapi individual, melainkan juga media ekspresi kolektif.
Crochet mengajarkan saya bahwa aktivitas sederhana bisa jadi sumber ketenangan yang dalam. Dari sekadar ingin mengurangi waktu scrolling media sosial, saya justru menemukan media terapi yang memperkuat fokus, mengurangi overthinking, sekaligus menyalurkan kreativitas.
Bagi kamu yang sedang mencari cara menenangkan diri, mungkin crochet bisa jadi pilihan. Tak perlu hasil yang sempurna; biarkan saja benang dan hook membimbingmu. Siapa tahu, stitch by stitch, kamu sedang merajut kedamaianmu sendiri.
0 Komentar
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.