Tahun 2025 terasa seperti perjalanan pulang ke diri sendiri. Saya menyaksikan bagaimana blog ini pelan-pelan berubah, bukan hanya sebagai ruang berbagi informasi seni, tetapi juga sebagai tempat saya memahami diri, merekam perspektif, dan menyusun filosofi visual yang selama ini tumbuh diam-diam di dalam diri saya. Alhamdulillah, tahun ini saya bisa memperluas ide dan gagasan, sekaligus menyadari bahwa menulis tentang seni ternyata juga adalah proses menulis tentang hidup.
REFLEKSI BLOG SENI EWAFEBRIART 2025
Saya juga mulai melihat blog ini sebagai bagian dari journaling digital. Ruang tempat saya menuangkan cara saya memaknai warna, material, simbol, dan pengalaman. Rasanya seperti menggabungkan dua dunia: dunia seni yang penuh teori dan sejarah, dengan dunia refleksi personal yang lebih intuitif dan emosional. Keduanya saling melengkapi, hingga blog ini terasa jauh lebih hidup dan otentik dari sebelumnya.
Melengkapi Kategori Pigmen: Menyelami Sumber-Sumber Warna
Salah satu pencapaian terbesar bagi saya tahun ini adalah melengkapi lebih banyak artikel tentang pigmen. Setiap kali saya menulis tentang satu pigmen, saya merasa sedang membongkar jendela sejarah kecil yang membawa saya kembali ke masa ketika warna pertama kali ditemukan, dipuji, atau diperdebatkan dalam dunia seni.
Menulis tentang pigmen membuat saya lebih menghargai kehati-hatian para seniman dulu. Cerulean Blue misalnya—pigmen yang baru saya eksplor—membuka perspektif baru tentang bagaimana warna bisa menjadi bahasa ketenangan sekaligus kejernihan dalam karya. Dari artikel ke artikel, saya merasa semakin paham bahwa warna bukan sekadar estetika, tapi bagian dari psikologi visual yang memengaruhi mood dan narasi karya.
Melalui perjalanan ini, kategori pigmen di blog akhirnya terasa seperti ruang kecil yang menyimpan kekayaan makna, bukan hanya catatan teknis material seni.
Mencoba Cara Pandang Baru: Seni dari Berbagai Dimensi
Tahun ini saya berani melebarkan cara pandang. Saya tidak lagi membatasi tulisan hanya pada hal teknis atau teori dasar seni. Saya mencoba membawa pembaca melihat karya dari berbagai dimensi:
- Perspektif psikologi,
- filosofi visual,
- sejarah singkat,
- hingga wawasan yang terkait ilmu sains seperti neuroscience.
Semakin saya menulis, semakin saya sadar bahwa seni adalah dunia multidisipliner. Tidak ada satu cara untuk memahaminya. Justru keberagamannya itulah yang membuatnya menarik. Dan blog ini akhirnya menjadi rumah bagi perspektif-perspektif itu—baik yang sederhana maupun yang lebih kontemplatif.
Meredesain Blog: Dari Ruang Informasi Seni Menjadi Ruang Refleksi
Salah satu keputusan terbesar saya tahun ini adalah meredesain blog. Awalnya, saya hanya ingin membuat blog yang informatif bagi pembaca yang ingin mempelajari seni, material, teknik, dan sejarahnya. Namun, sepanjang perjalanan menulis, saya menyadari bahwa blog ini memiliki potensi lebih besar sebagai ruang jurnal reflektif digital.
Saya ingin blog ini menjadi tempat saya menggambarkan cara saya memaknai dunia melalui seni—memahami warna sebagai emosi, garis sebagai pemikiran, dan komposisi sebagai cerminan cara saya menata hidup. Saya ingin pembaca bukan hanya mendapatkan informasi, tetapi juga merasakan perjalanan saya sebagai seorang edukator seni dan manusia yang sedang tumbuh.
Kini blog ini menjadi semacam perpaduan: antara ensiklopedia seni dan jurnal pribadi. Dan jujur, saya menyukainya seperti itu—lebih personal, lebih jujur, lebih ewafebriart.
Menghidupkan Karakter: Kinoko, Cendari, Tomo, dan Semesta Kecil Saya
Tahun ini saya semakin sering melibatkan karakter-karakter saya: Kinoko, Pico, Tomo, dan makhluk kecil lain yang muncul dari imajinasi. Awalnya mereka hanya elemen visual, tapi lama-lama mereka menjadi jembatan antara topik berat dan penyampaian yang hangat serta mudah dinikmati.
Mereka membuat blog terasa seperti dunia yang penuh keajaiban, di mana seni bisa diceritakan dengan lembut tanpa kehilangan kedalamannya. Karakter-karakter ini juga mengingatkan saya bahwa seni bukan hanya ilmu—ia juga permainan, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.
Menjadi Blogger Seni yang Lebih Tenang, Mendalam, dan Berani
Ada masa-masa ketika saya merasa kurang ahli atau takut tulisan saya tidak cukup lengkap. Tapi tahun ini saya belajar untuk lebih tenang. Saya menerima bahwa saya adalah seorang edukator seni yang juga terus belajar. Dan belajar itu tidak pernah selesai.
Yang membuat blog ini berbeda justru adalah suara saya—cara saya melihat, merasakan, dan menafsirkan seni. Saya tidak perlu menjadi yang paling tahu; saya hanya perlu menjadi yang paling jujur dalam berbagi proses.
Dan itu ternyata cukup.
Jika saya boleh merangkum 2025 dalam satu kalimat:
Saya adalah murid seni yang terus bertumbuh, dan blog ini adalah catatan perjalanannya.
Saya berharap tahun 2026 menjadi bab baru yang lebih luas, lebih berani, dan tetap penuh rasa syukur. Semoga blog ini terus menjadi ruang belajar bersama bagi siapa pun yang mencintai seni, dengan caranya masing-masing.







0 Komentar
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.