THE ART OF LETTING GO

The art of letting go



Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com |THE ART OF LETTING GO.

Terkadang melepaskan seseorang atau sesuatu yang paling berharga adalah tindakan penyelamatan untuknya maupun untuk diri kita sendiri. Tidak selamanya mengikatnya atau mempertahankannya dalam kemauan kita adalah bentuk kepedulian, karena terkadang justru menjadi sumber derita bagi yang terlibat di dalamnya.

THE ART OF LETTING GO


Ketika engkau mencintai seseorang dengan tulus, yang kau inginkan hanyalah kebaikan untuk hidupnya. Namun terkadang keinginanmu itu tak selaras dengan kemauannya. Di saat itulah penderitaan itu mulai terjadi.

Ketidakselarasan itu akan menimbulkan konflik-konflik yang berakibat saling menyakiti satu sama lain. Jika kau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri, maka penderitaan itu akan terus berlanjut. Pada akhirnya, bukan lagi cinta yang kau berikan kepadanya, tapi justru nafsu/ego yang menguasai dirimu untuk menundukkannya.

PENGORBANAN


Letting go (pengorbanan) adalah pilihan yang bijaksana meskipun sangat menyakitkan. Menyerahkan rasa kita pada kuasaNya dan berdamai dengan keadaan adalah salah satu bentuk pengorbanan. 

Bukankah dalam cinta butuh pengorbanan ? 

Terlebih saat kau menyadari bahwa hanya penderitaanlah yang ada jika kau tetap keras kepala untuk memahami dirinya. Seperti buah simalakama kan ? Hihihi..

Dengan melepaskannya kita memberikan ruang baginya untuk tumbuh (growth) sesuai harapannya. Kita pun juga membuat space bagi diri kita sendiri untuk belajar dan mengontrol diri. 

Bukankah rasa cinta itu menginginkan kebaikan untuk yang dicintai ?

SELF LOVE


Seni pengorbanan



Mungkin kita tidak menyadari bahwa rasa sakit yang kita dapatkan, adalah manifestasi dari rasa sakit yang kita berikan kepadanya. Lantas, mengapa cinta harus menyakiti ?

"If i love my self, i love you. If i love you, i love my self." - Rumi

Melepaskannya artinya merelakan dia untuk hidup dengan baik sesuai versinya. Karena tak kala kita mengontrol hidupnya, penderitaan itu akan dia alami yang membuat kita pun pada akhirnya ikut menderita. 

Bukankah sedih rasanya jika dia yang kau cintai justru menderita karena cintamu ?

Mengapa dia menderita ? Bisa jadi dia belum siap akan perubahan dalam hidupnya, karena kita memaksakan cara hidup di luar kemauannya. Atau ya karena memang dia tidak suka aja. Hahaha...

Untuk bisa melepaskannya, kita harus tahu kapan dan mengapa kita melakukannya. Kita harus pandai memutuskan agar tidak terjadi penyesalan yang mendalam. 

Mungkin seorang Ibu akan berpikir ribuan kali untuk melepaskan anaknya begitu saja, meski mereka sadar besarnya cinta mereka terkadang menjadi penjara dan sumber derita. 

Maka ilmu melepaskan ini harus dilandasi kebijaksanaan. Mencari cara dan waktu yang pas dan sesuai untuk melakukannya. Terutama saat kita menyadari bahwa melepaskan atau mempertahankannya sama-sama berdampak sangat menyakitkan.

Pada akhirnya melepaskannya akan mengajarkan prinsip Self Love pada diri kita. 

Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai orang lain dengan baik, sedangkan kamu tidak mampu mencintai dirimu sendiri ?

Penolakan seseorang bisa kita jadikan acuan untuk belajar mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Jika kita sudah mampu melakukannya, maka mencintai orang lain juga akan membawa kebahagiaan baginya.

CONTROL YOUR EGO





Terkadang ego kitalah yang membuat kita enggan melepaskan. Kita berharap agar cinta kita akan diterima. Kita berharap cara /ide kita dijalankan. Tanpa memahami perasaan yang kita cintai. Bahkan sering kali kita mengingkari bahwa sesungguhnya cinta yang kita miliki tidak berguna di matanya. Hihi..

Didiklah egomu agar ia mampu untuk ditundukkan, mampu membaca apa yang diinginkan orang lain dan bisa berdamai dengan keadaan yang ada. Dengan begitu, jiwamu tidak akan mencintai dengan cara yang menderita. Bahkan kau bisa merelakannya atas dasar rasa cinta. 

Kelak kau akan bisa mencintai seseorang dengan rasa bahagia dan menghargai perasaannya. Bukan kebahagiaan sesaat yang akan sirna selepas senja. Namun bentuk kebahagiaan yang akan kau rajut hingga usia tua.

MOVE ON

"Apa sih mbak tipsnya Gamon (gagal move on) ?" 

Sebuah pertanyaan yang membuat saya tidak bisa tidur dan overthinking. Hahaha.. 

Satu hal yang saya pelajari dari seni melepaskan ini 😜. Dan mungkin sebagian orang tidak akan setuju dengan gagasan ini. Tapi tidak masalah, karena pada akhirnya kita hanya akan mengimplementasikan gagasan yang sesuai dengan prinsip hidup kita.

Saat kau tak mampu menolong orang yang kau cintai, itu artinya kau harus percaya bahwa ada Dia yang lebih kuasa untuk mengatur hidupnya. Selama kau merelakan dan melepaskannya karena Dia, maka Dialah yang akan menjaganya dan memberi petunjuk dalam kehidupannya.

Mungkin terdengar naif dan klise, namun terkadang cinta itu memang tak harus memiliki. Hihihi.. Terlebih jika cinta yang kau miliki sudah tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata lagi. Yaitu : 

"Ketika penjelasanmu tidak akan dipercaya, dan diammu pun akan tetap menciptakan seribu tanda tanya. Serba salah !"

Menyerahkan yang kita cintai kepada kuasaNya adalah pilihan terbaik dan puncak ketulusan dalam mencintai. Karena Dia Yang Maha Kuasa mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hambaNya. Dia yang memahami apa yang kamu butuhkan dalam hidup, dan Dia perencana terbaik bagi setiap makhluk.

Percayalah bahwa Dia yang akan membimbingnya dalam kebaikan. Dengan melepaskannya, suatu hari nanti mungkin orang yang kau cintai justru bisa memahami ketulusanmu. Karena terkadang kita baru menyadari betapa kita membutuhkan kehadirannya, justru saat kita sudah kehilangannya.

Tuhan menciptakan kondisi tertentu agar kita mendekat dan kembali padaNya. Bisa saja, cintamu yang tak dihargai oleh makhlukNya adalah skenario hidup yang akan membawamu pada perubahan yang baik. Karena terkadang, kebaikan itu lahir dari penderitaan.

Yang pasti, saat mencintai seseorang, lakukanlah dengan ketulusan. Agar kau sendiri tidak akan menyesalinya. Karena mungkin, itulah satu-satunya kesempatanmu di dunia ini untuk mengekspresikan cintamu kepadanya. 

Perkara diterima atau tidak, itu urusan dia. Setidaknya kamu sudah mencobanya. Daripada kelak kamu mati dengan rasa penasaran. Hahaha...

Jika dia tidak memahami cintamu pun tidak apa-apa. Mungkin Allah memang tidak menempatkanmu di dalam hidupnya. Pun sebaliknya. Mungkin kalian ditakdirkan bertemu hanya untuk saling belajar, saling memperbaiki kelemahan diri, itupun bagi mereka yang mau belajar dan bersedia mengambil hikmahnya.

Karena sesungguhnya keburukan yang kau temukan pada orang lain, juga ada dalam dirimu. Ketika kau melihat orang lain sombong, tanpa kau sadari sesungguhnya kau pun juga punya kualitas yang sama dengannya. 

Kok bisa ? Ya.. Karena kesombonganmu justru muncul secara terselubung saat kau merasa lebih baik dari orang yang kau labeli tadi

Saya jadi teringat kata-kata Rumi,

"When love is not accepted, move on. When love is not appreciated, walk away. Hopefully time will teach. What real, true love is."

Bukankah terkadang kesempatan itu tidak datang dua kali ? So.. Take Your Time Very Well, agar kau tidak menyesali di kemudian hari. 

Setidaknya kau sudah mengambil kesempatan untuk mencintainya dengan tulus, jika tidak dihargai, belajarlah untuk menerimanya. Agar hidupmu tidak menderita. Dan kau akan menemukan arti rasa bahagia yang sesungguhnya.

By the way, seni ini tidak hanya bisa kita terapkan pada manusia saja ya. Tapi terhadap segala sesuatu, termasuk harta, tahta, ambisi, kehormatan, ketenaran dan sumber penderitaan lainnya. Ya.. Kalo bahasa kerennya mah Decluttering.

Post a Comment

0 Comments