THE ART OF LEARNING

The art of learning



Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | THE ART OF LEARNING.


Hidup itu tentang belajar. Bukan tentang menjadi kaya dan tenar. Kaya dan tenar adalah bonus dari proses belajarmu. Tapi kamu gak harus kaya atau tenar. Karena bukan itu tujuan kita diciptakan oleh Tuhan.

THE ART OF LEARNING


IQRA' adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW saat pertama kali menurunkan ayat-ayat AlQuran. Pun saat Nabi Adam AS diciptakan, Allah mengajarkannya tentang isi dunia kepadanya.

Dari sini kita sudah bisa merasakan bahwa belajar adalah salah satu fitrah manusia. Salah satu buktinya adalah kisah-kisah para Nabi yang dirisalahkan dalam Alquran, di mana kita tidak hanya diharapkan untuk membacanya saja, tapi juga sebagai pedoman dan pelajaran dalam hidup kita.

Terutama saat kita menghadapi sesuatu, kita mengambil contoh dari bagaimana para nabi meresponnya. Itulah mengapa Allah SWT lebih banyak mengajarkan kita melalui perumpamaan-perumpamaan.

Bukankah selama ini ketika kita mengajarkan sesuatu pada seseorang juga melalui perumpamaan dan pengalaman dari seseorang. Begitupun Allah mengajarkan kita. Melalui apa yang pernah dilalui oleh orang-orang terdahulu.

MENGAPA KITA HARUS BELAJAR ?





Mengapa Allah mengamanatkan kita untuk belajar di dunia ini ? Karena pada dasarnya kita diletakkan di dunia ini untuk belajar. Allah menguji kita tentang kebaikan dan keburukan agar kualitas kita sebagai manusia tetap dipertahankan.

Dalam diri kita terdapat banyak unsur. Unsur tumbuhan, unsur hewani, dan yang membedakan kita dari makhluk lainnya adalah adanya pikiran. Maka Tuhan menguji kita dengan unsur-unsur itu untuk melihat kecenderungan mana yang akan kita pilih.

Apakah kita lebih determinasi pada unsur tumbuhan ? Apakah kita lebih dominan pada unsur hewani ? Atau justru kita memilih sejatinya diri kita sendiri, yaitu sebagai manusia. Bukankah kita ini disebut dengan Omnivora ? Karena ada unsur herbivora dan karnivora dalam diri manusia. Bukan hanya tentang makanannya tapi juga kelakuannya. 

Maka di sinilah kita diharuskan untuk belajar. Terutama belajar bagaimana menjadi manusia dengan sesungguhnya ! Atau menjadi insan. Dengan mengoptimalkan akal yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.

MENULIS KARENA BELAJAR


Belajar bisa dari banyak sumber. Kita bisa belajar melalui membaca buku, menggali ilmu pengetahuan, pendidikan secara formal maupun informal, atau bahkan melalui pengalaman.

Ilmu tanpa pengalaman akan membuat kita menjadi ragu. Karena tidak ada pembuktian yang mampu kita buktikan. Sehingga kadang ilmu pengetahuan itu tak akan berdampak apa-apa jika tidak kita amalkan.

Pengalaman tanpa ilmu akan membuat kita kebingungan. Karena kita tidak bisa melangkah atau menghadapinya dengan pondasi yang kokoh. Kita mudah terombang ambing karena tidak memiliki pegangan yang kuat.

Maka untuk menjadi pribadi yang kuat dan kokoh. Kita harus menggabungkan ilmu dan pengalaman secara bersamaan. Sehingga kehidupan kita lebih harmonis, di mana kita punya pondasi dan pijakan, serta kita memiliki keyakinan yang teguh karena memiliki pengalaman. Dengan begitu, hasil pikiran yang keluar dari diri kita menjadi kokoh. Menjadi matang dan bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam belajar posisikanlah diri kita menjadi orang bodoh. Dengan begitu akan banyak hal yang mampu kita serap dari informasi maupun ilmu pengetahuan. Ketika kita sudah merasa pintar, maka sesungguhnya proses belajar itu akan terhenti karena kita menolak informasi dan ilmu pengetahuan yang baru.

Ilmu-ilmu ini tidak akan membuat kita terombang-ambing apabila kita memprosesnya dengan benar. Justru semakin banyaknya informasi akan menambah kazanah keilmuan kita. Yang terpenting kita juga harus belajar bagaimana memproses informasi tersebut menjadi ilmu pengetahuan baru, yang lebih matang dan mudah diamalkan.

Saya tidak pernah menyangka bahwa menulis blog pun menjadi media untuk belajar. Karena apa yang saya tuliskan di sini, merupakan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya saya kumpulkan dari berbagai sumber.

Menulis mengajarkan saya untuk berpikir. Bagaimana mengelola informasi yang sudah ada menjadi informasi yang lebih akurat dan matang. Oleh karena itu, beberapa tulisan sengaja saya sertakan karyanya sebagai hasil pengamalan dari proses belajar itu sendiri.

Beberapa waktu lalu saya sempat ingin berhenti untuk menulis. Karena begitu banyak hal yang membuat saya merasa terintimidasi untuk melakukannya. 

Kini saya menyadari suatu hal, bahwasannya apa yang telah Allah turunkan kepada manusia sesungguhnya merupakan alat untuk beribadah kepadaNya.

Kemampuan yang Allah anugerahkan pada saya untuk menulis, melukis dan bercerita merupakan bagian dari alat yang dipinjamkanNya supaya kita bisa mengagungkanNya. Kesemuanya akan menjadi bentuk ibadah apabila niat kita hanyalah karena Allah SWT.

Kesadaran itu membantu saya untuk aktif menulis lagi, namun dengan niat yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya saya menulis karena manusia, kini niat itu diubah karena lilahi ta'ala.

Dengan kesadaran itu pada akhirnya menulis bukan lagi menjadi beban derita. Tapi sebagai upaya pemenuhan tugas di dunia. Semata-mata hanya untuk mengabarkan ke yang lain tentang IlmuNya, tentang keagunganNya dan tentang kelembutanNya.

Maka saya tak lagi begitu peduli apakah tulisan-tulisan di sini dibaca atau tidak. Memuaskan orang lain atau tidak. Saat menulis saya hanya memposisikan diri sebagai pembaca. Pembaca akan datang kalo mereka membutuhkan informasi yang diinginkannya. Jadi ketika tak ada yang membaca pun, tak masalah lagi. Hahaha..

Dulu saya adalah orang yang paling terobsesi dengan minat pembaca. Saya melakukan banyak cara supaya Blog ini dikenal dan menjadi primadona. Moment-moment itu sangat menyesakkan dada.

Perlahan ambisi itu terkikis, setelah memahami apa yang diinginkan oleh jiwa saya yang sesungguhnya. Menulislah karena panggilan jiwa. Menulislah dengan makna. Bukan hanya sekedar bercerita belaka. Menulislah dengan sepenuh jiwa , karena pada akhirnya tulisan itu akan didatangi oleh jiwa-jiwa yang membutuhkannya.

Kini saya menganggap menulis sebagai media belajar. Untuk diri sendiri, yang pada akhirnya juga bisa bermanfaat bagi orang lain. Saya mulai bisa memahami perumpamaan ini :


Dulu saya belajar dan ingin pintar karena ingin mengubah dunia. Sekarang saya lebih bijaksana karena saya belajar supaya bisa mengubah diri sendiri.


Ketika kita bisa mengubah diri sendiri, tanpa kita sadari perubahan itu akan berdampak ke luar dari diri kita. Jika perubahan itu untuk kebaikan, maka hasil yang keluar pun akan baik tanpa perlu memaksakannya.

Namun juga sebaliknya. Jika perubahan itu menuju keburukan, maka hasil yang terpancar pun akan sama buruknya meskipun kita tutup dengan membuat pencitraan. Karena pada dasarnya segala sesuatu akan terpancar dengan sendirinya karena ketulusan bukan buatan.

Mumpung masih di dunia dan diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, mengapa tidak kita manfaatkan untuk belajar sesuai kapasitas masing-masing. Saya dan kamu mungkin berbeda. Karena Allah meminjamkan alat dan kemampuan yang berbeda pula.

Oleh karena itu, kita tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. "Ojo dibandingke" kecuali kita berlomba-lomba untuk mencari pengampunanNya dan mendapatkan ridhoNya.


Post a Comment

0 Comments