Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | ULTRAMARINE PIGMENTS : PIGMEN BIRU ALAMI DARI LAPIS LAZULI.
Holaaa. Kalian pernah mendengar tentang lapis lazuli kah teman-teman ? sebuah batuan yang menjadi sumber warna alami sejak zaman dahulu kala. Batu alam ini menghasilkan warna biru yang memukau, yang kita kenal dengan nama pigmen ultramarin. Meski saat ini ultramarine yang kita kenah merupakan warna sintesis, namun ada beberapa produk yang masih memanfaatkan lapis lazuli untuk menghasilkan warna biru. Dan, tentu saja, harganya pun fantastis. penasaran dengan ulasannya ? yuk kita bahas.
ULTRAMARINE PIGMENTS : PIGMEN BIRU ALAMI DARI LAPIS LAZULI
Ngomongin soal warna, saya memang menyukai warna ungu dan biru. Secara kebetulan pula, jika kita perhatikan, pigmen ultramarine itu warnanya biru keunguan, meski tidak begitu mencolok. Mungkin jika kita melihat dari warna lapis lazuli, pigmen ultramarine tidak seperti yang kita kenal dalam palet warna saat ini, karena warnanya lebih cenderung muda seperti cobalt blue. Lantas mengapa kok sekarang, warna birunya berbeda ?
Sejarah Pigmen Ultramarine
Pelukis pertama yang menggunakan pigmen dari Lapis Lazuli adalah para seniman Renaissance. Pigmen ultramarin, yang awalnya dibuat dengan menggiling batu semi permata lapis lazuli menjadi bubuk, digunakan secara luas oleh seniman-seniman pada masa itu.
Ultramarin sering digunakan untuk menghiasi jubah Bunda Maria dan melambangkan kesucian serta kerendahan hati. Meskipun ultramarin alami sangat mahal, penggunaannya berlanjut hingga ditemukannya ultramarin sintetis pada tahun 1826. [Praminsya, Agam. 5 Pigmen Warna Langka, dari Cangkang Siput hingga Lapis Lazuli!. 2024]
Pada masa Renaissance, ultramarin digunakan dalam fresko dan lukisan minyak. Penggunaannya sebagai pigmen dalam cat minyak sebagian besar berakhir pada awal abad ke-19, ketika varietas sintetis yang identik secara kimia menjadi tersedia.
Penggunaan lapis lazuli sebagai pigmen warna dalam seni dapat ditelusuri kembali ke seniman Mesir Kuno dan Mesopotamia. Namun, tidak ada catatan sejarah yang spesifik mengenai siapa seniman pertama yang menggunakan pigmen ini.
Lapis lazuli, yang dikenal dengan nama ultramarine setelah diolah, adalah salah satu pigmen biru paling berharga dan digunakan secara luas di Timur Tengah sebelum akhirnya menyebar ke Eropa.
Di Eropa, pada abad pertengahan, seniman mulai menggunakan ultramarine secara luas. Salah satu pengguna terkenal pertama dari pigmen ini adalah seniman-seniman yang bekerja dalam iluminasi manuskrip pada abad ke-13 dan ke-14. Misalnya, iluminator manuskrip dari biara-biara di Jerman dan Prancis menggunakan ultramarine untuk mewarnai ilustrasi religius mereka.
Seniman Eropa terkenal seperti Giotto di Bondone (1267-1337) juga menggunakan lapis lazuli dalam fresko-freskonya. Karya-karya Giotto di Kapel Scrovegni di Padua adalah salah satu contoh awal yang terkenal dari penggunaan pigmen ini dalam seni lukis dinding di Eropa.
Jadi, meskipun tidak ada seniman tunggal yang dapat dikreditkan sebagai yang pertama kali menggunakan lapis lazuli, penggunaannya telah tercatat dalam berbagai budaya dan waktu, dari Mesir Kuno hingga seniman-seniman Eropa abad pertengahan.
Karakteristik Lapis Lazuli
Lapis Lazuli terdiri dari lazurite (komponen utama yang memberikan warna biru), calcite, dan pyrite. Lazurite mengandung sulfur, yang memberikan warna biru yang khas. Warna biru ultramarine yang dihasilkan sangat tahan lama dan tidak pudar seiring waktu, membuatnya sangat dihargai dalam seni.
Batu Lapis Lazuli memiliki karakteristik berupa warna biru tua dan kadang-kadang dihiasi dengan bintik-bintik putih (kalsit) atau kilauan emas (pirit) di permukaannya. Kekerasannya sekitar 5–6 dalam skala Mohs. Batu ini telah dikenal dan dimanfaatkan selama lebih dari 6.500 tahun.
Lapis Lazuli adalah batu yang sangat dihargai karena warnanya yang intens dan keindahannya. Selain itu, lapis lazuli juga memiliki makna spiritual dan sifat penyembuhan yang kuat. [Ida, 6 Khasiat dan Manfaat Batu Lapis Lazuli. 2024]
Proses Pembuatan Pigmen Ultramarine
Lapis lazuli terbentuk di dekat intrusi beku [1] di mana batu kapur atau marmer telah diubah oleh metamorfisme kontak atau metamorfisme hidrotermal [2]. Dalam batuan ini, lazurite menggantikan bagian dari batuan induk dan sering istimewa berkembang dalam band atau lapisan tertentu.
Proses pembuatan pigmen dari Lapis Lazuli melibatkan penggilingan batu menjadi serbuk halus. Metode tradisional termasuk mencampur serbuk dengan lilin dan resin, kemudian mencucinya dengan alkali untuk memisahkan pigmen biru dari kotoran lainnya. Metode ini menghasilkan pigmen biru yang intens dan murni.
Ultramarin adalah pigmen warna biru yang sangat dalam dan awalnya dibuat dengan menggiling batu semi permata lapis lazuli menjadi bubuk. Proses penggilingan dan pencucian yang panjang membuat pigmen alami ini sangat berharga—sekitar sepuluh kali lebih mahal daripada batu asalnya dan seharga emas. [Hatch, Evie. Pigment Stories: Ultramarine Blue and French Ultramarine. 2019]
Sebelum abad ke-19, pigmen Ultramarine Blue dibuat dari lapis lazuli, mineral biru yang bersinar dan ditambang di Afghanistan. Nama ultramarin berasal dari bahasa Latin "ultra" (di luar) dan "mare" (laut), mengacu pada asal-usulnya yang jauh. [Wikipedia, Ultramarine.]
Pada masa lalu, batu lapis lazuli ditambang di Afghanistan dan dikirim ke Eropa. Metode untuk menghasilkan ultramarin dari lapis lazuli diperkenalkan dan kemudian dijelaskan oleh Cennino Cennini pada abad ke-15. [O'Hanlon, George. Lapis Lazuli To Ultramarine: The Evolution Of A Majestic Blue Pigment. 2013]
Pada tahun 1826, versi sintetis Ultramarine dikembangkan oleh ahli kimia Prancis Jean-Baptiste Guimet dengan memanaskan kaolinit, natrium karbonat dan belerang dalam kiln untuk menciptakan pigmen yang secara kimiawi identik dengan lapis lazuli, tetapi warnanya bahkan lebih jelas. Untuk membedakannya dari rekan mineralnya, itu disebut French Ultramarine. [Hatch, Evie. Pigment Stories: Ultramarine Blue and French Ultramarine. 2019]
Karena keterjangkauan dan efektivitasnya sebagai alternatif lapis lazuli, French Ultramarine dengan cepat menjadi lebih umum daripada pigmen mineral asli dan sekarang dianggap sebagai warna penting dalam palet seniman.
Cat lapis lazuli asli masih diproduksi, tetapi tidak lagi diberi label Ultramarine. Dibandingkan dengan pigmen sintetis, lapis lazuli adalah warna yang lebih redup, dan lebih lemah dalam cakupan dan kekuatan pewarnaan.
Proses pembuatan pigmen ultramarine dari batu lapis lazuli merupakan perpaduan antara seni, sains, dan kesabaran. Dibutuhkan ketelitian dan keahlian khusus untuk mengubah batu semi mulia ini menjadi bubuk biru yang indah dan langka. Mari kita selami langkah-langkah dalam proses pembuatan pigmen ultramarine:
Penambangan Lapis Lazuli >>
- Lapis lazuli ditambang dari pegunungan di berbagai belahan dunia, seperti Afghanistan, Pakistan, dan Rusia.
- Penambangan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada batu dan memastikan kelestarian lingkungan.
Pemisahan dan Pemurnian >>
- Batu lapis lazuli yang ditambang dipecah menjadi potongan-potongan kecil dan disortir berdasarkan kualitas dan warnanya.
- Potongan-potongan lapis lazuli yang berkualitas tinggi kemudian dihancurkan menjadi bubuk halus.
- Bubuk lapis lazuli dicuci dan diayak untuk menghilangkan kotoran dan impurities.
Pencampuran dan Pemanasan >>
- Bubuk lapis lazuli dicampurkan dengan bahan-bahan lain, seperti batu kapur, pasir, dan soda.
- Campuran ini kemudian dipanaskan dalam tungku khusus pada suhu tinggi (sekitar 700-800°C) selama beberapa hari.
- Proses pemanasan ini menyebabkan reaksi kimia yang kompleks, menghasilkan pigmen ultramarine yang berwarna biru cerah.
Pendinginan dan Pencucian >>
- Setelah pemanasan, campuran didinginkan dengan perlahan.
- Campuran kemudian direndam dalam air dan diaduk untuk memisahkan pigmen ultramarine dari bahan-bahan lain.
- Pigmen ultramarine yang halus dan padat akan mengendap di dasar wadah, sedangkan bahan-bahan lain larut dalam air.
Pengeringan dan Penggilingan >>
- Pigmen ultramarine yang mengendap kemudian dikeringkan dengan hati-hati.
- Pigmen kering kemudian digiling menjadi bubuk halus untuk menghasilkan pigmen ultramarine yang siap digunakan.
Proses pembuatan pigmen ultramarine membutuhkan waktu yang lama dan tenaga kerja yang terampil. Kualitas pigmen ultramarine yang dihasilkan juga tergantung pada kualitas batu lapis lazuli dan ketepatan proses pembuatannya. Karena prosesnya yang kompleks dan juga bahan materialnya yang cukup sulit untuk didapat, tak heran jika pigmen ultramarine dari lapis lazuli adalah pigmen yang sangat mahal.
Metode Pembuatan Pigmen Sintesis
Saat ini, ada metode modern untuk menghasilkan pigmen ultramarin yang lebih efisien daripada proses tradisional yang melibatkan lapis lazuli. Berikut adalah beberapa metode modern yang digunakan
- Sintesis Kimia >> Pigmen ultramarin dapat disintesis secara kimia dengan menggabungkan bahan kimia tertentu. Salah satu metode yang umum digunakan adalah reaksi antara sodium silicate (natrium silikat) dan sodium sulfide (natrium sulfida) dengan sodium aluminate (natrium aluminat). Hasil reaksi ini menghasilkan pigmen biru ultramarin.
- Pigmen Buatan >> Beberapa produsen menghasilkan pigmen ultramarin buatan yang memiliki kualitas serupa dengan ultramarin alami. Pigmen ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang lebih mudah ditemukan dan lebih murah daripada lapis lazuli. Meskipun buatan, pigmen ini memiliki warna dan kecerahan yang hampir identik dengan ultramarin alami.
- Pigmen Alternatif >> Selain ultramarin, ada juga pigmen biru lainnya yang dapat digunakan sebagai alternatif. Contohnya adalah phthalocyanine blue dan cobalt blue. Pigmen ini lebih mudah ditemukan dan lebih terjangkau daripada ultramarin.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun metode modern lebih praktis, beberapa seniman dan restorator seni masih memilih menggunakan ultramarin alami karena nilai sejarah dan keasliannya.
Jenis Ultramarine
Proses pembuatan pigmen ultramarine dari lapis lazuli merupakan contoh luar biasa dari perpaduan antara seni, sains, dan tradisi. Pigmen ini tidak hanya menghasilkan keindahan yang memukau, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah manusia. Dalam perkembangannya, Pigmen Ultramarin sendiri kemudian dibuat secara sintesis.
Hal ini karena material lapis lazuli sendiri semakin mahal. bahkan untuk 1 Kg Lapiz lazuli hanya menghasilkan 30 g, pigmen ultramarin. [Hatch, Evie. Pigment Stories: Ultramarine Blue and French Ultramarine. 2019] Sehingga para seniman membutuhkan material pengganti yang lebih ekonomis.
Berdasarkan cara pembuatannya, pigmen ultramatine terbagi menjadi dua. Yaitu Ultramarine Natural yang terbuat dari Lapiz lazuli dan Ultramarine sintesis.
Ultramarine Natural
Ultramarine alami adalah terbuat dari pigmen lapis lazuli. Pigmen ini dianggap sulit untuk digiling secara manual dengan tangan. Dalam proses penggilingan dan pencuciannya pun hanya menghasilkan bubuk biru yang terlihat pucat (seperti sky blue), kecuali untuk mineral yang memiliki kualitas tertinggi.
Potongan lapis lazuli yang lebih kasar dihancurkan, dipanaskan hingga kemerahan, kemudian segera dicelupkan ke dalam air, lalu digiling dengan sangat halus. Bubuk ultramarine alami kadang-kadang dicampur dengan asam asetat encer untuk menghilangkan kalsium karbonat.
Pada akhir periode abad pertengahan, sebuah metode baru mulai digunakan, dijelaskan oleh seniman abad -15, yakni Cennino Cennini, yang menghasilkan pigmen biru yang lebih dalam (deep). Menurut Cennini, setelah menggiling mineral menjadi bubuk halus, selanjutnya dicampur rata dengan sebuah binder yang merupakan gabungan dari resin, lilin, minyak biji rami, dan pitch Burgundy dengan ukuran yang sama. Massa yang dihasilkan kemudian dibungkus kain, lalu diremas dalam larutan alkali encer. [O'Hanlon, George. Lapis Lazuli To Ultramarine: The Evolution Of A Majestic Blue Pigment. 2013]
Partikel biru tersebar ke dalam larutan alkali, sedangkan kotoran tetap berada di massa. Proses ini diulangi, dengan setiap ekstraksi berturut-turut menghasilkan pigmen berkualitas rendah. Ekstraksi akhir, terutama terdiri dari bahan tidak berwarna dan beberapa partikel biru, menghasilkan abu ultramarine yang sangat berharga, dengan sifatnya transparan. Jumlah ultramarine asli yang diperoleh dengan proses ini berjumlah dua hingga tiga persen.
Ultramarine Sintetis (French Ultramarine)
Gmelin pertama kali membuat ultramarine sintetis dalam skala yang sangat kecil pada tahun 1822, tetapi sebelum tahun 1828 ultramarine sudah bisa diperoleh secara massal oleh Guimet di Lyons. Di Jerman, produsen ultramarine pertama didirikan di Wermelskirchen, pada tahun 1836, oleh Dr. Leverkuss.
Sementara di Nuremberg, pada tahun 1838, didirikan oleh M. M. Zeltner dan Leykauf. Perancis dan Jerman adalah negara-negara di mana industri ini paling berkembang.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat ultramarine sintetis adalah
- Alumina silikat bebas besi, kaolin, atau beberapa jenis tanah liat cina murni lainnya
- Natrium sulfat anhidrat (Na2JADI4);
- Natrium karbonat anhidrat (Na2CO3);
- Belerang;
- Arang yang digiling halus atau batubara yang relatif bebas abu. (von Wagner, 1872) [O'Hanlon, George. Lapis Lazuli To Ultramarine: The Evolution Of A Majestic Blue Pigment. 2013]
- Kaolin atau tanah liat putih umumnya digunakan dalam proses ini karena komposisinya mengandung silika dan alumina. Komposisi ini dianggap paling mendekati formula yang diinginkan. [O'Hanlon, George. Lapis Lazuli To Ultramarine: The Evolution Of A Majestic Blue Pigment. 2013]
Dalam proses pembuatannya, sejumlah kecil kalsium dan magnesium karbonat tampaknya tidak memiliki efek buruk yang signifikan, tetapi komposisi oksida besi tidak boleh melebihi satu persen. Komposisi tanah liat (Kaolin) pun juga harus mendekati sedekat mungkin dengan rumus Si2O7Al2. Silika dapat digabungkan untuk digunakan atau pun tidak.
Sementara bahan material Koalin atau Tanah liat dicuci dengan air dan diperlakukan dengan cara yang sama seperti saat membuat porselen. Baru kemudian dikeringkan, dikalsinasi, dan digiling menjadi bubuk yang sangat halus. [O'Hanlon, George. Lapis Lazuli To Ultramarine: The Evolution Of A Majestic Blue Pigment. 2013]
Bahan baku dicampur dengan baik dan ditempatkan di tungku gema. Hasilnya adalah pembentukan zat hijau, yang menyerap oksigen dengan sangat cepat sehingga selama pendinginan massa dalam oven, mayoritas berubah menjadi ultramarine biru.
Pelukis Yang Menggunakan Lapis Lazuli
Menentukan pelukis pertama yang menggunakan lapis lazuli sebagai pigmen dalam karyanya merupakan hal yang sulit, karena catatan sejarah seni yang terbatas dan penggunaan lapis lazuli yang sudah ada sejak zaman prasejarah.
Namun, beberapa sumber menunjukkan bahwa lapis lazuli telah digunakan sebagai pigmen sejak era Mesir Kuno, sekitar 3000 SM. Pigmen ini ditemukan dalam lukisan mural, patung, dan artefak lainnya dari periode tersebut.
Selain seniman, Lapis Lazuli juga memiliki berbagai penggunaan lain yang menarik. Misalnya, orang Yunani menggunakannya untuk peti mati, kuil, dan patung.
Orang Tiongkok mengukirnya menjadi objek seperti papan permainan, gagang pisau, sisir rambut, dan amulet. Berikut beberapa seniman terkenal yang menggunakan ultramarin dalam karya-karya mereka :
- Seniman Mesir Kuno >> Lukisan-lukisan di makam firaun dan kuil-kuil Mesir Kuno sering kali menggunakan lapis lazuli untuk menggambarkan dewa-dewi, raja, dan simbol-simbol suci.
- Seniman Mesopotamia >> Pigmen lapis lazuli juga ditemukan dalam seni Mesopotamia, seperti patung-patung dewa dan dekorasi kuil.
- Seniman Yunani Kuno >> Lapis lazuli digunakan dalam seni Yunani Kuno untuk melukis patung dan vas, serta untuk membuat perhiasan.
- Cennino d'Amico Cennini >> Seniman Italia abad ke-15 yang menulis tentang teknik melukis dengan lapis lazuli dalam bukunya "Il Libro dell'Arte".
- Jan van Eyck >> Dalam karyanya The Arnolfini Portrait, 1434. Oil on oak wood merupakan lukisan cat minyak yang dilukis di atas kayu oak. [Piper, Rhiannon. Ultramarine: Beyond the Blue — Rhiannon Piper]
- Raphael >> Karya Raphael "The Sistine Madonna, 1512-1514. Oil on Canvas", juga menggunakan pigmen ultramarine. Raphael adalah pelukis Renaissance Italia yang menggunakan lapis lazuli untuk menciptakan efek langit dan laut yang realistis dalam lukisannya. [Piper, Rhiannon. Ultramarine: Beyond the Blue — Rhiannon Piper]
- Johannes Vermeer >> Pelukis Belanda abad ke-17 yang menggunakan lapis lazuli untuk menambahkan detail dan kedalaman pada lukisannya.
- Michelangelo >> Pelukis dan pemahat Renaissance Italia, Michelangelo, menggunakan ultramarin dalam beberapa karyanya. Salah satu lukisannya yang paling terkenal adalah "The Creation of Adam," yang menghiasi langit-langit Kapel Sistina di Vatikan.
- Salvador Dalà >> Seniman Spanyol Salvador DalÃ, yang dikenal dengan gaya surealisnya, juga menggunakan ultramarin. Lukisannya yang ikonik, "The Persistence of Memory" menampilkan jam-jam yang meleleh dan menggambarkan alam bawah sadar.
Penting untuk dicatat bahwa lapis lazuli merupakan komoditas yang sangat berharga pada zaman dahulu, dan hanya tersedia bagi para seniman yang bekerja untuk raja, bangsawan, dan kuil. Seiring waktu, penggunaan lapis lazuli menyebar ke seluruh dunia, dan pigmen ini menjadi populer di kalangan seniman di Eropa, Asia, dan Timur Tengah. Penggunaan lapis lazuli dalam seni terus berlanjut hingga saat ini, dan pigmen ini masih dihargai karena keindahan dan nilainya yang langka.
Catatan :
- Intrusi ini terbentuk saat magma terdorong ke atas melalui fraktur batuan vertikal, lalu mendingin dan mengkristal. Intrusi ini terbentuk di batuan sedimen, metamorf atau batuan beku dan memaksa batuan sebelumnya terpotong.
- Metamorfisme hidrotermal terjadi ketika batuan mengalami perubahan pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal. Proses ini biasanya terjadi pada batuan basaltik yang umumnya kekurangan mineral hidrat. Dalam metamorfisme hidrotermal, cairan hidrotermal yang mengandung ion terlarut mempercepat reaksi kimia dalam batuan, mengubah mineralogi atau tekstur aslinya. Hasil batuan metamorf biasanya termasuk greenstones dan amphibolites, yang merupakan derajat metamorf rendah hingga menengah. Jadi, metamorfisme hidrotermal adalah proses perubahan batuan akibat pengaruh panas dan cairan hidrotermal.
0 Comments
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.