BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2024 : KARNAVAL KOTA GENTENG

BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2024 : KARNAVAL KECAMATAN GENTENG

Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2024 : KARNAVAL KOTA GENTENG

Semenjak pulang kampung ke Banyuwangi, baru kali ini saya menyaksikan acara karnaval 17 Agustus. Sangat seru ! Namun, saya juga merasa kehilangan esensinya. Saya sadar perubahan itu pasti selalu ada, tapi terkadang kita mengubah sesuatu yang sudah indah dari sana-nya. Apa kehilangan yang saya rasakan ? Baca Yuk !

BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2024 : KARNAVAL KOTA GENTENG


Salah satu event di kota kelahiranku yang paling saya tunggu setiap tahun adalah acara Karnaval. Acara ini biasanya di lakukan di setiap bulan Agustus untuk menyambut hari Kemerdekaan RI. Saat zama sekolah dulu, saya sering ikut ambil bagian menjadi partisipan. Namun setelah lulus sekolah, tepatnya 24 tahun lalu. Tahun ini menjadi momen pertama kalinya saya bisa menikmati acara ini. 

Partisipan Karnaval

BEC 2024


Karnaval menjadi ajang festival tahunan di kota kelahiranku. Biasanya setiap tahun memiliki tema yang berbeda tergantung wilayah masing-masing. Dan acara ini biasanya dilaksanakan secara bertingkat. Misalnya tingkat kelurahan atau sesama desa tetangga. Ada juga tingkat Kecamatan.

Pada Karnaval tingkat Kecamatan, para peserta tiap-tiap desa yang mengirimkan perwakilan saja. Hal ini supaya partisipannya tidak terlalu banyak. Sehingga waktu kegiatan tidak akan terlalu lama. Kali ini di Kecamatan Genteng, hanya ada 5 Kelurahan yang ikut serta. Itupun waktu pelaksanaannya hingga malam. 

Partisipan BEC 2024

Menyusutnya jumlah Kelurahan juga karena alasan pemekaran wilayah. Jika dulu Banyuwangi hanya memiliki beberapa kecamatan saja, kini beberapa desa dipisah untuk membentuk kecamatan yang baru. Meski begitu, acaranya tetap seru. 

Acara Karnavalnya sendiri diselenggarakan secara berbeda sesuai dengan usia. Ada Karnaval tingkat  Sekolah Dasar, SMP dan SMU. Yang terakhir kemarin adalah Karnaval umum yang diikuti oleh segala usia. Dari mulai TK hingga lanjut usia. 

Esensi & Autentikasi Memudar

Setelah sekian lama sempat absen, Alhamdulillah tanggal 31 Agustus 2024 kemarin saya bisa menikmati festival ini kembali. Setelah 24 tahun, akhirnya saya bisa  menyaksikan keseruannya lagi. Namun, saya merasa ada yang hilang dari nyawa karnaval itu sendiri. 

Perubahan zaman, tentu memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap masyarakatnya. Begitu juga yang saya rasakan. Saya tidak menyalahkan keadaan. Tapi saya menyayangkan. 

Banyuwangi Carnaval

Jika zaman dulu, karnaval dipenuhi dengan tampilan busana adat Nusantara dari Sabang hingga Merauke, kini pertunjukkan tersebut sudah bergeser. Tidak banyak pakaian adat yang menghiasi peserta karnaval kemarin, justru yang saya lihat hampir semua partisipan memiliki grup-grup tari modern. Bahkan dari sekian desa yang ikut serta, hanya satu desa yang mempertahankan tari tradisional dalam pertunjukannya, yakni Tari Jaripah, Banyuwangi

Musik Horeg dengan volume yang memekakkan gendang telinga sepertinya menjadi favorite masyarakat. Saya sadar hal ini dilakukan agar para partisipan yang ikut menari bisa mendengarkan musiknya, sehingga tidak salah gerakan. Yang sangat saya sayangkan adalah pemilihan lagu yang (terkadang) tidak sesuai dengan semua usia. 

Peserta Karnaval BEC

Kalian bisa bayangkan, ada seorang partisipan yang usianya lebih dari 60 tahun, tetapi harus mengikuti ritme lagu dangdut koplo yang sangat energik. 😁. Gak salah juga sebenarnya, tapi rasanya kurang tepat saja. Saya sih bersyukur masih ada para lansia yang berjiwa muda. 😁

Sosial media, seperti Tiktok & Instagram Reel dengan karakteristik tari dan musik modernnya juga bisa memengaruhi bagaimana suatu budaya berevolusi. Sebagai penonton, kadang kita hanya bisa memaklumi dan menjadi saksi perubahan tersebut. 

Pada Karnaval kemarin, saya berharap adanya musik angklung yang ikut mewarnai festival. Sayangnya saya tidak menemukan selama acara. Eh, tapi memang saya tidak menyaksikan acara hingga habis sih. Saya pulang setelah Desa Kembiritan penampilkan kirab budayanya.

Banyuwangi Ethno Carnival

Semenjak Jember memiliki acara festival dengan keunikan kostumnya, Banyuwangi sepertinya tidak mau kalah untuk mengikuti jejaknya. Saya menyaksikan banyak kostum kekinian yang terkesan tradisional tetapi juga modern. 

Saya akui, kreativitas masyarakat Banyuwangi dalam membuat kostum memang luar biasa. Namun, dengan banyaknya model yang serupa, kesan monoton pun perlahan juga mulai menyeruak. Meski begitu, kita memang bisa merasakan kesan megah dalam penampilan mereka. 

Saya juga menyadari, kesan Ethno ini ditampilkan agar busana yang modern ini masih terasa sisi tradisionalnya, namun keberagaman adat busana Indonesia yang seharusnya terekspos justru memudar. 

Garudeya BEC 2024

Sejauh ini, Karnaval yang kemarin diselenggarakan memang memiliki kesan "wah" dan modern. Selain itu, pengaruh budaya Bali sangat terasa. Hal ini tidak mengherankan, mengingat Banyuwangi dan Bali hanya dibatasi oleh selat. 

Pengaruh budaya Bali ini, bisa kita rasakan dengan banyaknya jenis karakter ogoh-ogoh yang ikut serta. Dari mulai burung garuda hingga tokoh-tokoh leak. Hal ini bisa juga terjadi karena banyak masyarakat Banyuwangi yang merantau ke Bali dan kembali membawa pengaruh budayanya. 

Meski di acara kemarin ada juga peserta yang mengenakan busana seperti koboi dan indian, tetapi justru adat wilayah Indonesia lainnya, tidak tampak dalam kirab. Menurut saya akan lebih lengkap lagi, jika simbol kebhinekaan juga tetap dipertahankan. Tidak hanya didominasi budaya Bali saja, Dengan begitu, kesan berbeda-beda dan beragam masih terpancar. Sehingga, kesan monotonnya menjadi berkurang. 

Semoga ke depannya, musik tradisional seperti angklung bisa juga ditampilkan untuk mengurangi musik horeg yang terlalu bikin bising dan migrain. 😁 Selain itu, tarian tradisional seperti Jaripah, gandrung atau pun Seblang Kreasi juga makin banyak dipertontonkan. Sehingga nilai budaya semakin terasa kental, meski tetap melibatkan modernisasi. 

Terakhir, setiap manusia memiliki preferensinya sendiri. Meski seru dan menarik, ada saja hal yang kurang memuaskan ego kita. 😁 Namanya juga manusia, iya kan ? tapi yang namanya perubahan memang tidak bisa kita hindari. Setiap masa dan kepala, memiliki cara dan gaya sendiri untuk terus berkembang, apalagi masyarakat. Semoga kita semua akan terus berkembang menjadi lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai yang luhur. 

Post a Comment

0 Comments