Janger adalah kesenian rakyat Banyuwangi yang memadukan unsur musik, tari dan cerita rakyat dalam satu kali pertunjukan. Dilengkapi dengan kekayaan sejarah dan pertunjukan yang memukau menjadikan Janger sebagai warisan budaya dan identitas yang digemari oleh warga Banyuwangi.
SENI TARI BANYUWANGI : SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TARI JANGER
Saat masih duduk di Sekolah Dasar zaman dulu, saya sering menontom Jager di Banyuwangi. Terutama di wilayah Desa Kembiritan, Pandan, Banyuwangi. Saya sering menonton karena salah satu anggota keluarga saya ada yang memainkan musik. Kisah itu menjadi awal mula saya menyukai seni, apa pun jenisnya.
Secara konsep Janger sebenarnya hampir mirip seperti pertunjukan ketroprak, hanya saya hampir sebagian besar budayanya dipengaruhi oleh budaya Bali.
Uniknya, kisah cerita yang disampaikan di dalamnya justru menggunakan perpaduan bahasa Jawa dan bahasa Osing.
Jadi, secara garis besar Janger ini merupakan perpaduan budaya Jawa, Banyuwangi dan Bali. Nah, seperti apa sih sejarahnya ? Dan hal menarik apa yang bisa kita pelajari dari perkembangan seni pertunjukan ini ?
Sejarah Janger Banyuwangi
Sejarah Janger Banyuwangi mengakar dalam budaya yang kaya dan beragam di ujung timur Pulau Jawa. Tarian ini memiliki asal-usul yang terkait dengan kehidupan masyarakat Banyuwangi juga budaya Bali, terutama di kalangan nelayan dan petani.
Meskipun tidak ada catatan tertulis yang pasti tentang asal-usulnya, namun dapat diasumsikan bahwa Janger Banyuwangi telah ada sejak berabad-abad yang lalu, dan secara turun temurun diwariskan ke setiap generasi.
Konon, Janger Banyuwangi diciptakan oleh Mbah Darji yang merupakan pedagang sapi di abad ke 19. Selain menjadi pedagang, Mbah Darji ini juga menggemari kesenian daerah. Salah satunya adalah kekagumannya terhadap budaya Bali.
Sebagai seorang pedagang yang memiliki mobilitas tinggi dan sering mengunjungi Bali, membuat Mbah Darji tergerak untuk memadukan budaya tersebut ke seni pertunjukan di Banyuwangi.
Terinspirasi dari teater Arja, Mbah Darji kemudian berinisiatif menggabungkan teater Ande-Ande Lumut dengan tarian dan gamelan Bali. Namun ia juga tetap ingin mempertahankan gaya narasi yang dibawakan, yakni menggunakan bahasa Jawa dan Osing.
Sayangnya, saat remaja hingga dewasa, saya tidak terlalu mengikuti perkembangan Tari Janger, Entah kenapa, meski saya suka menyukai seni tari, tetapi saya tidak tertarik untuk terlibat di dalamnya. Bisa jadi, salah satu faktornya ada kecerdasan kinestika saya tidak terlalu bagus. Atau bisa juga karena saya males bergerak aja sih. Hihihi..
Pola Pertunjukan Tari Janger
Perpaduan teater Ande-Ande Lumut dengan budaya Bali ini kemudian dikenal dengan istilah Damarwulan Klembon atau Janger Klembon. [Wikipedia bahasa Indonesia, Janger Banyuwangi]
Dalam pertunjukan Janger biasanya dilengkapi dengan cerita rakyat yang berbeda-beda, tergantung konteksnya masing-masing. Misalnya saja ketika Janger ditampilkan dalam acara-acara resmi di Banyuwangi, mungkin sejarah tentang "Sri Tanjung" atau kisah Kerajaan Blambangan menjadi pilihan.
Selain itu, kisah tentang seperti "Ande Ande Lumut", "Cindelaras", "Minakjinggo Mati", "Damar Wulan Ngenger", "Damarwulan Ngarit", atau cerita lain yang bernafaskan Islam, menjadi sarana pengenalan sejarah bagi masyarakat Banyuwangi. [Wikipedia bahasa Indonesia, Janger Banyuwangi]
Biasanya pertunjukkan Janger didahului dengan tarian seperti tari pendet atau legong, tetapi belakangan ini sering diganti dengan tari Jejer Gandrung atau Jaran Goyang untuk lebih memberikan identitas pada budaya Banyuwangi. Baru kemudian masuk ke sendratari yang memiliki cerita rakyat.
Apabila kisah yang disampaikan melibatkan tokoh bangsawan dan kerajaan, para penari akan menggunakan busana gaya Bali yang terlihat sangat mewah dengan dominasi warna emas. Sementara untuk para perempuan menggunakan gaya pakaian Bali yang sudah dimodifikasi, sedangkan untuk peran rakyat jelata mereka menggunakan baju khas Jawa.
Instrumen Musik Pengiring
Janger merupakan bentuk pertunjukan yang cukup lengkap di mana tidak hanya menampilkan seni visual dalam bentuk tari dan pertunjukan saja, atau seni sastra yang terwakili dalam ceritanya, tetapi juga sarat akan seni musik yang digunakan untuk mengiringi selama pertunjukan.
Musik pengiring Janger memang dipengaruhi oleh budaya Bali, sehingga jika kita perhatikan musiknya identik dengan musik tradisional Bali. Ada pun beberapa instrumen yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan Janger di antaranya :
- Gamelan Bali >> Meskipun Janger berasal dari kota Banyuwangi, namun seni musik yang digunakan justru berasal dari Bali. Gamelan Bali menjadi instrumen utama yang mencakup : gong, ceng-ceng (sejenis simbal), kendang (drum) dan jegogan (sejenis gambang namun dengan bilah logam).
- Angklung Banyuwangi >> Selain gamelan Bali, angklung Banyuwangi juga menjadi alat musik pengiring dalam seni Janger. perpaduan gamelan Bali dan Angklung Banyuwangi bisa menciptakan karakter musik baru dan khas sehingga bisa menjadi identitas jenis musik baru dalam seni musik tradisional.
- Kendang >> Dalam banyak ragam musik tradisional, kendang biasanya selalu dilibatkan karena memberikan nuansa yang khas dan harmonis.
- Suling >> Salah satu instrumen yang memberikan ciri khas dalam musik Bali adalah seruling. Instrumen ini menghasilkan melodi yang lembut dan mendayu sehingga menambah keindahan dalam komposisi musik Janger.
- Rebab >> Alat musik gesek tradisional yang memberikan warna khas pada ansambel gamelan. Rebab biasanya digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian dalam pertunjukkan Janger.
- Kempul >> Sejenis gong kecil yang digunakan dalam gamelan untuk menandai bagian-bagian tertentu dari komposisi musik.
- Saron >> Alat musik ini berbentuk seperti bilah-bilah logam yang dipukul dengan pemukul kayu. Saron menghasilkan nada yang tajam dan jelas. sehingga bisa melengkapi harmonisasi gamelan.
Instrumen ini dimainkan secara bersamaan sehingga bisa menciptakan harmoni yang indah sekaligus kompleks. Mungkin ada juga beberapa kelompok Janger yang tidak menggunakan semua jenis instrumen di atas.
Setidaknya, sebagian besar instrumen yang sudah di sampaikan di atas merupakan alat musik yang digunakan untuk mengiringi seni Janger.
Evolusi Janger Banyuwangi
Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Blambangan sering menggunakan seni sebagai media mereka untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat.
Maklum, kala itu tidak ada sosial media atau pesan singkat dalam bentuk digital seperti saat ini. Sehingga warga Blambangan pada masa itu mencari cara untuk bisa menyampaikan informasi atau kabar namun dengan cara mengelabui atau tidak secara terang-terangan.
Di era sekarang, Janger tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan saja tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi generasi saat ini.
Kisah rakyat yang disampaikan dalam sendratari bukan hanya gerak semata tetapi juga mengandung filosofi dan makna yang bisa menjadi pelajaran moral bagi siapa saja yang menyaksikan. Selain itu kisah sejarah yang disampaikan juga bisa menjadi bentuk edukasi bagi generasi masa kini tentang apa yang terjadi di masa lalu.
Kesenian Janger Banyuwangi memiliki keunikan tersendiri karena memadukan elemen-elemen budaya Bali dengan narasi dan estetika Jawa. Kesenian ini pun juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Ditjen Kebudayaan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya.
Saat ini, Janger Banyuwangi juga sedang diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Janger Banyuwangi adalah contoh nyata dari akulturasi budaya yang berhasil, di mana kesenian ini mampu bertahan melintasi zaman dan diterima oleh generasi yang berganti. Semoga Janger semakin lestari dari satu generasi ke generasi pengganti dengan cara yang alami. [Sumber : Akulturasi Budaya Melenturkan Janger Banyuwangi Melintasi Zaman]
Saat ini diperkirakan masih ada sekitar 60 kelompok Janger yang eksis, meski banyak juga yang sedang berjuang untuk terus bertahan di tengah gempuran gaya hidup modernisasi. Kelompok Janger Banyuwangi yang cukup populer antara lain ada : Tanjung Wangi Budoyo dari Songgon, Temenggung Budoyo dari kota Banyuwangi, Madyo Utomo dari desa Bubuk, Kec. Rogojampi, dan Patoman dari desa Blimbingsari, Kec. Rogojampi. [Wikipedia bahasa Indonesia, Janger Banyuwangi - ensiklopedia bebas]
(Credit Image : AI)
0 Comments
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.