OCHRE PIGMENT : PIGMEN ALAMI TERTUA YELLOW OCHRE & RED OCHRE

OCHRE PIGMENT : PIGMEN ALAMI TERTUA YELLOW OCHRE & RED OCHRE

Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | OCHRE PIGMENT : PIGMEN ALAMI TERTUA YELLOW OCHRE & RED OCHRE.

Ochre, merupakan pigmen alami tertua yang terbuat dari tanah liat yang kaya akan mineral besi oksida. Pigmen ini telah digunakan oleh manusia selama berabad-abad, dengan bukti arkeologis yang menunjukkan penggunaannya sejak 400.000 tahun yang lalu. Hal ini menjadikan Ochre salah satu pigmen tertua yang diketahui manusia.

OCHRE PIGMENT : PIGMEN ALAMI TERTUA YELLOW OCHRE & RED OCHRE 

Yellow Ochre juga diasosiasikan sebagai warna yang memiliki makna keagamaan dan spiritualitas dalam budaya Yunani Kuno dan Romawi. Di mana mereka meyakini bahwa Dewa Matahari, Helios mengenakan pakaian yang berwarna kuning serta menunggangi kereta emas yang berkilauan dari timur ke barat melintasi langit surga setiap hari untuk menerangi dunia. Pada malam hari, Helios terbang kembali ke arah timur melintasi lautan dengan cawan emas. [Lesso, Rossie. Yellow Ochre: The Radiance of the Sun. 2020]

Oleh karena itu warna Yellow Ochre yang sekilas menyerupai warna emas (hanya saja tidak metalik) dianggap sebagai perpanjangan dari cahaya radiasi matahari serta menjadi simbol kuat dari kebijaksanaan ilahi yang abadi. 

Dalam lukisan dinding, warna ini digunakan untuk menghiasi pakaian tokoh-tokoh terkemuka, sementara patung klasik putih para dewa dan dewi diyakini dulunya dicat dengan nuansa warna yang memukau, termasuk Yellow Ochre

Khususnya, pada pakaian Venus, Sang Dewi Cinta, yang disebutkan bahwa ia mengenakan jubah berwarna kuning keemasan. Itu pula yang membuat Van Gogh menggunakan warna kuning dan Ochre untuk mengungkapkan ekspresinya makna tentang Ketuhanan dan Keilahian. [Lesso. 2020]

Sejarah Ochre (Yellow, Red dan Brown)

Sejarah Pigmen Ochre

Pigmen Ochre adalah salah satu pigmen alami tertua yang digunakan oleh manusia untuk melukis dunia kita. Pigmen ini digunakan dalam berbagai cara, termasuk seni batu, tembikar, lukisan dinding, dan tato manusia. 

Selama berabad-abad sejak penemuannya, warna Yellow Ochre dianggap memancarkan pesona sehangat cahaya matahari yang bersinar atau secemerlang kulit manusia yang bercahaya. 

Meski begitu warna ini juga diasosiasikan dengan makna lainnya, misalnya optimisme dan peringatan hingga pengecut dan segregasi [Lesso. 2020]. 

Sebuah makna paradoks yang mengingatkan kita akan keseimbangan.

Fakta menarik lainnya adalah Ochre juga digunakan sebagai obat dan bahan pengisi untuk perekat. Situs gua Arene Candide [1] di zaman Paleolitikum yang disinyalir merupakan awal penggunaan ochre secara masal pada area pemakaman, sekitar 23.500 tahun lalu. 

Selain itu ditemuka juga di situs Paviland Cave [2] di Inggris, yang diperkirakan sekitar waktu yang sama, terdapat pemakaman yang direndam dalam ochre merah sehingga dia (secara keliru) disebut Lady Merah [3].

Ochre tidak memiliki kode pigmentasi tunggal karena merupakan pigmen alami yang terdiri dari berbagai mineral. Kode pigmentasi oker dapat bervariasi tergantung pada kandungan mineralnya yang spesifik. Untuk kode pigmentasi Ochre menggunakan perpaduan kode pigmentasi lainnya. 

Misalnya saja Yellow Ochre merupakan PY (Pigment Yellow) 23 yang merupakan kode untuk limonit, mineral utama dalam Yellow Ochre. Untuk Red Ochre menggunakan PR (Pigment Red) 10 dan untuk Brown Ocher menggunakan PBr (Pigment Brown) 6. [Wikipedia, Ochre]

Bukti lain tentang manusia yang telah mengenal warna Red Ochre, telah ditemukan kurang lebih 100.000 tahun setelah penemuan Gua Blombos di Afrika Selatan. Gua ini dikenal sebagai pabrik cat Red Ochre karena di sana ditemukan alat dan pigmen untuk melukis. 

Dipercayai juga bahwa budaya awal dan primitif menggunakan warna Red Ochre tidak hanya untuk membuat tanda di dinding gua, kulit, dan pakaian, tetapi juga sebagai salep obat untuk mencegah luka bakar matahari, membersihkan rambut, mengusir serangga, dan mengawetkan kulit. Jadi bisa dikatakan Red Ochre juga digunakan untuk bahan material kosmetik pada zamananya.

Hingga saat ini, banyak budaya asli masih menggunakan Red Ochre untuk tujuan perawatan, termasuk Suku Himba di Namibia utara. Mereka mencampur ochre dengan lemak mentega untuk membuat pasta otjize [4] sebagai pelindung untuk rambut dan kulit. 

Fungsinya sebagai tabir surya (mungkin telah memperpanjang daya tahan manusia), memungkinkan perjalanan lebih jauh dalam mencari makanan dan tempat berlindung. [Lesso, Rossie. Red Ochre: The Colour of Survival. 2020] ii

Jenis Pigmen Ochre

Jenis Pigmen Ochre

Proses pembuatan ochre melibatkan penggalian dan pengolahan mineral ini. Pada abad ke-18 dan ke-19, pertambangan ochre dan pengolahannya dimulai. [Mastrotheodoros, G.P., Beltsios, K.G. Pigments—Iron-based red, yellow, and brown ochres. Archaeol Anthropol Sci 14, 35, 2022] iii 

Namun, saat ini penggunaan ochre perlahan digantikan oleh produksi warna sintetis. [ JldMineral. Understanding Ochre – World’s Oldest Known Natural Pigment.] iv Warna Ochre terutama terdiri dari oksida besi hidroksida, yang berarti pigmen ini adalah mineral alami yang terdiri dari proporsi berbeda besi (Fe), oksigen (O), dan hidrogen (H).

Ochre juga mengandung setidaknya 12% oksida besi hidroksida, tetapi jumlahnya bisa mencapai 30% atau lebih. Ini menghasilkan berbagai warna, mulai dari kuning muda hingga merah, ungu dan coklat.
  • Yellow Ochre >> FeO(OH)·nH2O adalah besi hidroksida terhidrasi (limonit) juga disebut oker emas.
  • Red Ochre >> Fe2O3·nH2O mengambil warna kemerahan dari mineral hematit, yang merupakan oksida besi, coklat kemerahan ketika terhidrasi.
  • Purple Ochre >> varian langka yang identik dengan Red Ochre secara kimiawi tetapi dari rona berbeda yang disebabkan oleh sifat difraksi cahaya yang berbeda terkait dengan ukuran partikel rata-rata yang lebih besar. Mungkin kalo kalian pernah membeli cat minyak merk Rembrandt warnanya menyerupai Burnt Carmine (seperti sekarang juga sudah discontinue 5)
  • Brown Ochre >> FeO(OH), (goetit), adalah oksida besi yang sebagian terhidrasi. Pun juga, lepidocrocite — γ-FeO(OH), [7]: 236 mineral sekunder, produk oksidasi mineral bijih besi, ditemukan dalam bijih besi coklat. Faktor-faktor yang memengaruhi pigmen Brown Ochre meliputi kandungan mineral, tingkat oksidasi, dan kadar hidrasi. 

Ketika sebagian terhidrasi, oksida besi menghasilkan oksida mangan, yang memberikan warna cokelat pada pigmen ini. Ochre cokelat sering digambarkan sebagai nuansa cokelat atau nuansa oranye yang lebih gelap. [Schoor, Megan Van. Ochre Color - Exploring Different Shades of the Ochre Color Palette. 2023] v

Proses Pembuatan Pigmen Ochre

Ada dua tahapan dalam proses pembuatan Pigment Ochre. Berawal dari ekstraksi terlebih dahulu baru kemudian berlanjut pada pemrosesan tambahan, seperti ditambahkan dekantasi dan lainnya. Seperti apa gambarannya ?

Ekstraksi Ochre :

  • Ochre adalah batuan yang kaya akan zat besi. Proses ekstraksi dimulai dengan mengumpulkan ochre dari alam.
  • Setelah terkumpul, ochre dapat digosok dengan batu kasar atau digiling menggunakan alu dan lesung hingga berubah menjadi bubuk.
  • Ochre ini kemudian dapat dicampur dengan cairan, seperti air, air liur, atau putih telur, untuk menghasilkan cat berpigmen. [Recker, Jane. Researchers Discover Oldest-Known Ochre Workshop in East Asia. 2022 ] vi

Pemrosesan Lebih Lanjut :

Ochre yang telah digiling dapat digunakan langsung sebagai cat, tetapi juga dapat mengalami beberapa tahap pemrosesan tambahan, misalnya :
  • Ochre dicuci untuk menghilangkan kotoran dan partikel lain.
  • Proses dekantasi adalah tahapan pemisahan partikel berat dan ringan untuk mendapatkan ochre yang lebih murni.
  • Selanjutnya Ochre dikeringkan agar siap digunakan.
  • Untuk membuat Pigment powder (serbuk) maka Ochre akan digiling lebih lanjut untuk menghasilkan partikel yang lebih halus.
  • Ada juga proses Kalsinasi, walaupun tidak selalu menggunakan metode ini. Beberapa varian ochre melewati proses dipanaskan untuk menghasilkan nuansa warna selain kuning/oranye. [Geggel, Laura., Ochre: The world's first red paint. 2018] vii

Ochre tersedia dalam berbagai warna, tergantung pada kandungan mineralnya. Ochre kuning mengandung limonit, Ochre merah mengandung hematit, dan Ochre coklat mengandung campuran limonit dan hematit. Penasaran gak sih kenapa Ochre dianggap sebagai pigmen kuno selain memang ditemukan sejak dahulu kala. Ada beberapa alasan mengapa Ochre dianggap sebagai pigmen kuno:
  • Ketersediaan >> Ochre mudah ditemukan di alam, dan dapat diekstraksi dan diolah dengan teknologi yang sederhana.
  • Ketahanan >> Ochre adalah pigmen yang sangat tahan lama, dan lukisan Ochre prasejarah telah bertahan selama ribuan tahun.
  • Keserbagunaan >> Ochre dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk lukisan, seni, kosmetik, dan pengobatan.
  • Warna >> Ochre menghasilkan warna alami yang menarik yang disukai oleh manusia selama berabad-abad.

Meskipun Ochre telah digantikan oleh pigmen sintetis dalam banyak aplikasi, Ochre masih digunakan oleh seniman dan pengrajin karena keindahan dan ketahanannya yang alami. Ochre juga semakin populer sebagai bahan bangunan yang ramah lingkungan. 

Ochre adalah pigmen alami dengan sejarah panjang dan kaya. Pigmen ini telah digunakan oleh manusia selama berabad-abad untuk berbagai keperluan, dan masih digunakan sampai sekarang karena keindahan, ketahanan, dan keserbagunaannya.

Catatan : 

  • [1Arene Candide adalah situs arkeologi yang terletak di Finale Ligure, Liguria, Italia. Gua ini terletak 90 m di atas permukaan laut dan memiliki tiga bukaan lebar yang menghadap ke laut. Kondisi lingkungan yang menguntungkan di dalam gua memungkinkan bahan organik seperti fosil tulang dan fragmen arang tetap menjadi awet dengan baik. Selain itu, gua ini mengandung kompleks pemakaman Paleolitikum yang signifikan, termasuk pemakaman yang dikenal sebagai Pangeran Muda (Giovane principe), seorang pria berusia sekitar 15 tahun yang diperkirakan berasal dari budaya Gravettian. Tubuhnya ditempatkan di atas lapisan warna ochre merah dan ditemani oleh berbagai barang pemakaman yang kaya.
  • [2] Gua Paviland, juga dikenal sebagai Goat’s Hole, adalah situs arkeologi yang signifikan yang terletak di Semenanjung Gower, Wales. Pada tahun 1823, William Buckland menemukan tulang-tulang ini selama penggalian arkeologi di Gua Goat’s Hole (Gua Paviland). Gua ini terletak antara Port Eynon dan Rhossili, dekat Swansea di selatan Wales. Awalnya, Buckland mengira kerangka ini adalah wanita era Romawi karena adanya barang hias. Namun, pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa sebenarnya ini adalah pria pemburu atau prajurit dari Zaman Es Terakhir.
  • [3] Gua ini terkenal karena penemuan “Wanita” Merah (nama yang salah), yaitu kerangka parsial pria zaman Paleolitikum yang dicat dengan ochre merah. Pemakaman ini berasal dari sekitar 33.000 tahun lalu (sekitar 31.000 SM).
  • [4] Otjize adalah pasta yang digunakan oleh suku Himba di Namibia utara. Pasta ini terbuat dari campuran pigmen Red Ochre dan lemak mentega. Suku Himba mengoleskan otjize pada rambut dan kulit mereka sebagai pelindung dari sinar matahari dan untuk menjaga kelembaban kulit. Penggunaan otjize juga memberikan warna khas pada rambut dan tubuh mereka.
  • [5] Tidak Diproduksi lagi.

(Credit image : AI)

Post a Comment

0 Comments