AOTM | PAMERAN ONLINE RENGGA SATRIA
DISRUPSI
Salah satu karya fotografi Rengga dalam buku Disrupsi |
Penduduk Mentawai, Fotografi karya Rengga dalam buku Disrupsi. |
TUMBUH LIAR DI BELANTARA JAKARTA
Tumbuh Liar Di Belantara Jakarta, Rengga Gautama. |
Karya Fotografi Rengga, Tumbuh Liar Di Belantara Jakarta |
BARCODE MAN [SERIES]
Barcode Man 2 Karya Rengga |
Acrylic on Paper, 2020
Dalam konsepsi kapitalisme modern, manusia adalah konsumen sekaligus produk (data) yang dijual.
Tentu kita masih ingat kemenangan Trump pada pemilu US 2016 lalu yang banyak diperbincangkan orang. Salah satunya adalah penggunaan algoritma Facebook untuk menarik simpati masyarakat agar mau memilih Trump.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan filter bubble, dimana masyarakat (khususnya pengguna media sosial) digiring pada posisi gamang, yakni tidak bisa lagi membedakan antara fakta dan fiksi.
Sistem algoritma yang biasanya dipakai untuk memprediksi suka/tidak suka seorang user dengan ciri khasnya tersendiri sebagai kepentingan iklan/pemasaran digunakan Trump untuk berkampanye.
Sebagai contoh kala itu, banyak beredar artikel dari blog atau media massa tentang Trump yang secara (tentu tidak) kebetulan sesuai dengan opini user yang otentik. Tidak peduli isi artikel itu benar atau salah.
Keberhasilan Trump dalam memanfaatkan algoritma ini kemudian menginspirasi Zuckerberg, empunya Facebook. Zuckerberg bahkan sempat diisukan untuk terjun sebagai kandidat presiden di pemilu US pada tahun ini.
Penggunaan big data untuk kontestasi politik hanya satu dari sekian banyak resiko yang mungkin terjadi. Resiko lainnya adalah penjualan informasi user ke pihak lain untuk kepentingan bisnis yang lumrah terjadi.
Barcode Man 3 Karya Rengga |
Di Indonesia sendiri, jasa penjualan informasi diri marak di dunia perbankan. Per paket, data nasabah ini dijual dengan kisaran Rp350 ribu hingga Rp1,1 juta.
Dengan harga itu, penyedia jasa penjualan informasi tidak hanya memberikan data-data primer, namun juga kecenderunga-kecenderungan user, seperti kisaran penghasilan per bulan, profesi hingga minat dan gaya hidup.
Selain dari input sistem perbankan, data-data user juga banyak ditambang dari registrasi di media sosial, dimana kolom-kolom yang lumrah Anda isi pada media sosial akan diklasifikasi sedemikian rupa dan diolah untuk berbagai kepentingan.
Untuk kepentingan data base sasaran marketing tentu kita sudah akrab, bahkan sebagian besar dari kita mungkin sudah mengalami. Misal pada suatu waktu seorang sales dari balik telepon secara ajaib menawarkan sebuah produk yang Anda idam-idamkan sejak lama. Atau produk tersebut secara "kebetulan" muncul di dekstop Anda dalam bentuk iklan dll.
Namun efek lainnya adalah Anda akan dipaksa memakai kacamata kuda selama beraktifitas di dunia maya. Dijejali hal itu-itu saja dalam konteks sugesti. Apakah ini akan merugikan dan menempatkan kita dalam salah satu episode The Truman Show? Atau ini resiko kemajuan jaman?
Apakah manusia
sebagai kreator artificial intelligence akan mampu terus mengendalikan jutaan
kombinasi angka tersebut? Atau malah akan dikendalikan olehnya (artificial
intelligence).
Saya akan menutup pengantar karya ini dengan sebuah kutipan dari bapak anarkis dunia, Noam Chomsky;
"The smart way to keep people passive and obedient is to strictly limit the spectrum of acceptable opinion, but allow very lively debate within that spectrum — even encourage the more critical and dissident views."
PROFILE RENGGA GAUTAMA SATRIA
“Medium hanya Bahasa, visi berkarya yang utama” ~ Rengga
Rengga juga konsisten dengan beberapa proyek fotografinya, antara lain Jakarta Photo Project, aktivisme fotografi yang digagas olehnya, “Talk To Me Jakarta”, proyek foto tentang Jakarta, dan “Disrupsi” yang bercerita tentang kondisi masyarakat adat Mentawai.
Riwayat Pendidikan
2004 – 2007 SMAN 49 Jakarta
2007 - 2010 Politeknik Negeri Jakarta jurusan Penerbitan/Jurnalistik
2012 – 2014 Institut Kesenian Jakarta jurusan DKV
Buku dan Zine
2019 – Zine Foto “Tumbuh Liar di Belantara Jakarta”
Pameran
2011 – Pameran bersama komunitas Begoendal di Jakarta Biennale “Maximum City” dengan karya berjudul “Teriak”
2011 - Pameran bersama di Djakarta Artmosphere “Restorasi Musik Indonesia” dengan karya “Oi, Loyalitas dan Jalan Hidup”
2017 – Pameran bersama Pekan Seni Media dengan karya “Humanity Has No Boundaries”
2019 – Pameran bersama “Ancient Indonesian Conquests: Myth or Legend?” dengan karya "Memory, Majapahit Chronicles"
2019 – Pameran Bersama 30X30 dengan karya berjudul “Sapru leleu sappru engatta”
2019 – Pameran tunggal “Disrupsi” di Matalokal Creative Space Mbloc Space Jakarta
2020 – Pameran Bersama "EXCURSION" Visual Art Exhibition di Galeri Nasional Kolaborasi SRI HARDANA - RENGGA SATRIA - JASON RANTI
2020 - Pameran Bersama 30X30 di Taman Budaya Jawa Barat dengan judul karya “Play Ground”
Penghargaan
2017 – Foto terbaik Ragam Negeriku versi Kemendikbud RI dan Kelas Pagi JKT
0 Comments
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.