AOTM | VIRTUAL ART EXHIBITION RENGGA SATRIA

blog seni indonesia | pameran online rengga satria


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | AOTM | PAMERAN ONLINE RENGGA SATRIA. Sebagai salah satu kontribusi Blog ini terhadap karya anak bangsa, saya, ewafebri menyediakan tempat bagi seniman yang ingin berkarya melalui digital. Salah satunya dengan memanfaatkan Pameran Online seperti saat ini. Dan sekaligus saya feature sebagai Artist Of The Month.

AOTM | PAMERAN ONLINE RENGGA SATRIA



Jika sebelumnya segmen ini diisi dengan konten berbentuk interview / wawancara. Kali ini saya ingin menampilkannya dalam bentuk pameran pameran online. 

Selain hasil karyanya, tulisan ini akan dilengkapi dengan CV dan gagasan dibalik karyanya. Yuk kita mulai saja. 

DISRUPSI


mentawai karya rengga
Salah satu karya fotografi Rengga dalam buku Disrupsi


Sejak 6 dekade lalu, pemerintah berupaya melenyapkan kepercayaan masyarakat Adat Mentawai, Arat Sabulungan. 

Pembakaran peralatan dan perlengkapan adat hingga penangkapan Sikerei dilegalkan dalam SK No.167/PROMOSI/1954. Tujuannya satu, menghapuskan kepercayaan Arat Sabulungan dan memaksa masyarakat adat Mentawai memeluk agama yang diakui pemerintah.


penduduk mentawai karya rengga satria
Penduduk Mentawai, Fotografi karya Rengga dalam buku Disrupsi.


Namun banyak pihak menilai, hal itu hanya akal-akalan untuk mengalihfungsikan 601.135 hektar daratan Mentawai yang sebagian besarnya merupakan hutan untuk dijadikan “tambang” investasi pemerintah. 

Hutan yang selama ini menjadi “kiblatArat Sabulungan akan mudah dikuasai jika masyarakat adat Mentawai memeluk kepercayaan lain dan menjadi modern.






Catatan: Disrupsi merupakan buku foto perdana Rengga Satria yang diterbitkan secara mandiri pada 2019 silam. Buku ini menceritakan perubahan signifikan di bumi Mentawai seiring dengan masuknya modernisasi ke wilayah tersebut

TUMBUH LIAR DI BELANTARA JAKARTA 


fotografi karya rengga
Tumbuh Liar Di Belantara Jakarta, Rengga Gautama.


Bangunan semi permanen di bantaran rel dan kali menjadi labirin buntu di tengah hiruk pikuk kehidupan kota. Ratusan pasang mata penuh curiga terperangkap di sana, mengulang langkah yang sama demi keluar dari kejamnya belantara Jakarta.

Sebagian dari mereka lupa bagaimana bisa terjebak di sana. Sebagian lagi hidup dalam penyesalan- penyesalan yang tak kunjung usai.


fotografi tumbuh liar di belantara jakarta karya rengga
Karya Fotografi Rengga, Tumbuh Liar Di Belantara Jakarta


Hari demi hari kebuntuan itu terus tumbuh dan menjalar. Begitupun labirin itu, membengkak dan menyeruak dari balik etalase Ibukota yang megah, yang dahulu menjadi mimpi dan harapan bagi ratusan pasang mata yang penuh curiga.

Catatan: Tumbuh Liar di Belantara Jakarta merupakan zine fotografi perdana yang dibuat oleh Rengga Satria pada 2019 silam. Zine ini merupakan pengantar untuk karya Rengga yang bertajuk Talk To Me Jakarta.


BARCODE MAN [SERIES]


barcode man karya perupa rengga
Barcode Man 2 Karya Rengga

Acrylic on Paper, 2020

Dalam konsepsi kapitalisme modern, manusia adalah konsumen sekaligus produk (data) yang dijual.

Tentu kita masih ingat kemenangan Trump pada pemilu US 2016 lalu yang banyak diperbincangkan orang. Salah satunya adalah penggunaan algoritma Facebook untuk menarik simpati masyarakat agar mau memilih Trump.

Fenomena ini dikenal dengan sebutan filter bubble, dimana masyarakat (khususnya pengguna media sosial) digiring pada posisi gamang, yakni tidak bisa lagi membedakan antara fakta dan fiksi.

Sistem algoritma yang biasanya dipakai untuk memprediksi suka/tidak suka seorang user dengan ciri khasnya tersendiri sebagai kepentingan iklan/pemasaran digunakan Trump untuk berkampanye.

Sebagai contoh kala itu, banyak beredar artikel dari blog atau media massa tentang Trump yang secara (tentu tidak) kebetulan sesuai dengan opini user yang otentik. Tidak peduli isi artikel itu benar atau salah.

Keberhasilan Trump dalam memanfaatkan algoritma ini kemudian menginspirasi Zuckerberg, empunya Facebook. Zuckerberg bahkan sempat diisukan untuk terjun sebagai kandidat presiden di pemilu US pada tahun ini.

Penggunaan big data untuk kontestasi politik hanya satu dari sekian banyak resiko yang mungkin terjadi. Resiko lainnya adalah penjualan informasi user ke pihak lain untuk kepentingan bisnis yang lumrah terjadi. 

barcode man 3 karya perupa rengga gautama
Barcode Man 3 Karya Rengga


Di Indonesia sendiri, jasa penjualan informasi diri marak di dunia perbankan. Per paket, data nasabah ini dijual dengan kisaran Rp350 ribu hingga Rp1,1 juta.

Dengan harga itu, penyedia jasa penjualan informasi tidak hanya memberikan data-data primer, namun juga kecenderunga-kecenderungan user, seperti kisaran penghasilan per bulan, profesi hingga minat dan gaya hidup.

Selain dari input sistem perbankan, data-data user juga banyak ditambang dari registrasi di media sosial, dimana kolom-kolom yang lumrah Anda isi pada media sosial akan diklasifikasi sedemikian rupa dan diolah untuk berbagai kepentingan.

Untuk kepentingan data base sasaran marketing tentu kita sudah akrab, bahkan sebagian besar dari kita mungkin sudah mengalami. Misal pada suatu waktu seorang sales dari balik telepon secara ajaib menawarkan sebuah produk yang Anda idam-idamkan sejak lama. Atau produk tersebut secara "kebetulan" muncul di dekstop Anda dalam bentuk iklan dll. 

Namun efek lainnya adalah Anda akan dipaksa memakai kacamata kuda selama beraktifitas di dunia maya. Dijejali hal itu-itu saja dalam konteks sugesti. Apakah ini akan merugikan dan menempatkan kita dalam salah satu episode The Truman Show? Atau ini resiko kemajuan jaman?

Apakah manusia sebagai kreator artificial intelligence akan mampu terus mengendalikan jutaan kombinasi angka tersebut? Atau malah akan dikendalikan olehnya (artificial intelligence).

Saya akan menutup pengantar karya ini dengan sebuah kutipan dari bapak anarkis dunia, Noam Chomsky;


"The smart way to keep people passive and obedient is to strictly limit the spectrum of acceptable opinion, but allow very lively debate within that spectrum — even encourage the more critical and dissident views."

 

PROFILE RENGGA GAUTAMA SATRIA 


Rengga Satria terjun ke dunia fotografi sebagai Jurnalis Foto di beberapa media massa. Selama lebih dari 10 tahun menggeluti dunia fotografi, Rengga juga turut terlibat dalam beberapa proyek kesenian dan Pameran. 

“Medium hanya Bahasa, visi berkarya yang utama” ~ Rengga


Rengga juga konsisten dengan beberapa proyek fotografinya, antara lain Jakarta Photo Project, aktivisme fotografi yang digagas olehnya, “Talk To Me Jakarta”, proyek foto tentang Jakarta, dan “Disrupsi” yang bercerita tentang kondisi masyarakat adat Mentawai. 

Riwayat Pendidikan


2004 – 2007 SMAN 49 Jakarta 

2007 - 2010 Politeknik Negeri Jakarta jurusan Penerbitan/Jurnalistik 

2012 – 2014 Institut Kesenian Jakarta jurusan DKV 

Buku dan Zine


buku disrupsi karya rengga satria



2019 – Buku Foto “Disrupsi” 

2019 – Zine Foto “Tumbuh Liar di Belantara Jakarta”


Pameran


2011 – Pameran bersama komunitas Begoendal di Jakarta Biennale “Maximum City” dengan karya berjudul “Teriak” 

2011 - Pameran bersama di Djakarta Artmosphere “Restorasi Musik Indonesia” dengan karya “Oi, Loyalitas dan Jalan Hidup” 

2017 – Pameran bersama Pekan Seni Media dengan karya “Humanity Has No Boundaries” 

2019 – Pameran bersama “Ancient Indonesian Conquests: Myth or Legend?” dengan karya "Memory, Majapahit Chronicles" 

2019 – Pameran Bersama 30X30 dengan karya berjudul “Sapru leleu sappru engatta” 

2019 – Pameran tunggal “Disrupsi” di Matalokal Creative Space Mbloc Space Jakarta 

2020 – Pameran Bersama "EXCURSION" Visual Art Exhibition di Galeri Nasional Kolaborasi SRI HARDANA - RENGGA SATRIA - JASON RANTI 

2020 - Pameran Bersama 30X30 di Taman Budaya Jawa Barat dengan judul karya “Play Ground” 

Penghargaan

2015 – Foto terbaik versi komunitas Indonesia on the street 

2017 – Foto terbaik Ragam Negeriku versi Kemendikbud RI dan Kelas Pagi JKT 

Post a Comment

0 Comments