Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | DEFINISI SENI DULU DAN KINI. Pernah gak sih kalian menyadari ada pergeseran nilai yang terjadi dalam dunia seni. Terlebih ketika kita melabeli suatu object atau situasi dengan kata-kata "seni". Benarkah makna seni dulu dan kini sudah tak sejalan lagi ?
DEFINISI SENI DULU DAN KINI
Pernah mendengar tentang pernyataan, " Seni Kok Nggilani ? ". Mungkin bagi yang berbahasa Jawa, pernah mengenal kalimat itu. Hehehe..
Pada masanya, ungkapan itu memang menandakan object atau apapun yang dilabeli dengan kata-kata seni haruslah mengandung unsur keindahan. Jika tidak maka taruahannya ya "nggilani".
Tapi coba lihat sekarang. Apakah semua yang dianggap seni memiliki unsur keindahan ? Atau, apakah yang indah saja bisa disebut dengan karya seni ?
SENI ITU INDAH
Tak perlu jauh-jauh ke masa Renaisance, kita mampir aja di tahun 80an. Di mana seni itu masih terasa sangat eksklusif sekali. Hanya yang indah dan membuat decak kagum yang dianggap memiliki nilai seni.
Memang tak cukup indah saja, sesuatu yang dilabeli dengan seni juga biasanya menyandang suatu historis. Entah itu berupa situasi, proses penciptaan hingga objek itu sendiri.
Lukisan-lukisan yang memiliki tekstur pun nampak indah dengan komposisi warna dan object yang enak dipandang mata. Tak heran, orang yang dianggap seniman, pada jaman dulu hanya orang yang mampu memenuhi kriteria tersebut.
SENI ITU EKSPRESI
Perubahan jaman membuat seolah aturan dan segala sesuatu harus menyesuaikan eranya. Kemudian munculah berbagai macam aliran seni yang dulunya tak pernah ada. Pop art, kontemporer, abstract dll.
Ini menandakan seni pun mengalami revolusi. Seni tak lagi dipandang sebagai object yang indah saja, tapi menjelma sebagai media ekspresi bagi pembuatnya.
Tak penting rasanya penikmat seni bisa memahami arti setiap karya. Yang terpenting seni menjadi katarsis bagi penciptanya. Bagi penikmat seni mah, yang terpenting kita bisa membaca caption yang tertera dan mulailah berimajinasi dari sana. ðŸ¤ðŸ¤
Misalnya saja ketika kita melihat lukisan Abstract. Tak semua lukisan abstract terlihat seperti membangun sebuah object. Terkadang justru mengedepankan komposisi warna dan ekspresi pada saat proses pembuatannya.
Bagi orang awam seperti saya ini, tentu sangat kesulitan saat menerka-nerka maksud dari lukisan tersebut. Hahaha.. Tapi bagi yang memiliki kepekaan, mereka bisa dengan mudah mengenali maksud meski hanya dengan melihat goresannya saja.
SENI ITU MENARIK
Semakin ke sini, semakin berubah pula sudut pandang seseorang mengganggap sesuatu sebagai bentuk karya seni. Setiap era memang menumbuhkan kesadaran dan pengertian baru tentang makna seni tersebut.
Konsep, kemasan dan hal yang tidak lazim pun kini bisa dengan mudah dilabeli dengan kata seni. Arti seni, kini berubah menjadi segala sesuatu yang menarik dari proses ekspresi diri.
Lihat saja Meme yang betebaran, illustrasi dengan desain yang out of the box, semua dengan mudah dilabeli dengan kata seni. Bahkan seringkali kita mendengar ungkapan, "namanya juga seni, bebas !" (Eh atau ini hanya saya aja yang mendengarnya ?).
Masih ingat tentang pameran sebuah pisang yang diplaster dengan lakban di tembok ? The Art Basel Banana karya seniman Italy, Maurizio Cattelan. Beberapa hari setelahnya, Pisang itu dimakan oleh David Datuna dengan mengatasnamakan sebagai performing art.
Bagi yang tak paham tentang seni seperti saya ini, tentu hal tersebut terkesan nyleneh dan gak mudah dipahami, kecuali oleh artistnya itu sendiri. Lawung cuma pisang ditempel di tembok aja kok disebut dengan seni ?
Namun tidak bagi sang seniman dan beberapa orang. Melalui penjelasan pihak Gallery yang diwawancara oleh Vogue mengatakan, bahwa Cattelan sebagai seorang seniman sedang mempertunjukkan sebuah konsep. Bukan memamerkan objek pisang itu sendiri.
Dia mengatakan bahwa, sang seniman sering kali membawa pisang kemanapun ia pergi dan menempelkannya di tembok tempat ia menginap. Ini bertujuan untuk mendapatkan inspirasi dalam proses berkaryanya.
Sebelum memilih buah pisang yang sebenarnya, Cattelan sempat membuat karya berbentuk pisang yang terbuat dari resin dan juga metal. Namun pada akhirnya dia tetap memilih menggunakan buah pisang yang sebenarnya.
Tak tanggung-tanggung karyanya itu terlelang hingga $120.000, hanya untuk sebuah pisang (yang bisa busuk kapan saja). Tapi yang mengejutkan adalah nilai fantastis itu bukan ditujukan pada object buahnya, tapi pada sertifikat konsep sang seniman.
Meskipun pisang tersebut rusak dan diganti yang baru, orang akan tetap menilai bahwa konsep itu adalah karya Cattelan. Itulah mengapa sang pembeli berani membayar harga yabg sangat mahal.
Walaupun tidak indah, tapi konsep ini menarik bagi banyak orang. Tak heran kejadian itu menjadi viral dan banyak mendapatkan perhatian, terutama media. Bagi yang baru belajar seni kayak saya ini, jadi bingung memaknainya bagaimana ? Hihihi...
KESIMPULAN
Seni memiliki arti sendiri-sendiri bagi penikmatnya. Lagi-lagi persepsi setiap orang bisa membuat makna seni itu berbeda. Jika mindset saya mengartikan seni sebagai hal yang indah, maka karya Cattelan dan ulah David Datuna merupakan hal yang nyleneh dan aneh.
Berbeda jika mindset saya mengganggap seni sebagai media ekspresi ataupun menarik, maka karya Spirit Cooking yang diusung oleh Marina Abromovich pun merupakan sebuah performing art.
Pada akhirnya, seni tergantung persepsi pribadi. Bagaimana mata dan mindset kita melihat dan melabeli sesuatu dengan kata seni. Apakah kita bisa menikmatinya, apakah kita bisa mengambil manfaat darinya, ataukah kita cukup mengikuti arusnya saja.
0 Comments
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.