PSIKOLOGI SENI

Psikologi seni



Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | PSIKOLOGI SENI.


Psikologi dan seni adalah dua hal yang tak terpisahkan. Keduanya berperan sebagai tim dalam proses penciptaan sebuah karya. Apabila salah satunya tidak berfungsi maka karya tersebut tak memiliki makna.

Itulah salah satu alasan mengapa saya sering membahas dua hal tersebut melalui tulisan di blog ini. Karena dua aspek tersebut adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia.

PSIKOLOGI DAN SENI


Seperti yang pernah saya bahas di Life Is An Art. Bahwa kehidupan ini adalah bentuk manifestasi seni yang tertinggi. Maka apapun aspek yang terlibat di dalamnya memiliki nilai seni dan kreativitasnya sendiri. Dari mulai tentang pengorbanan hingga cinta. Memiliki keindahan dan keburukannya sendiri-sendiri.

Psikologi mempengaruhi karya seni. Dalam seni pertunjukan seperti teater ataupun tari, seorang seniman wajib menampilkan sisi psikologinya yaitu emosi yang dihasilkan melalui ekspresi. Dalam dunia lukis pun juga sama. Hasil karya seni dipengaruhi oleh psikologi senimannya.

PERAN PSIKOLOGI DALAM SENI


Psikologi adalah jembatan penghubung antara seniman, ide gagasan dan juga material. Jika salah satu eleman ini tidak ada, maka karya seni pun juga tidak ada. Misal senimannya gak ada, ya berarti hanya berakhir menjadi ide saja. Tanpa pernah menjadi karya seni. Pun bila material tidak ada, maka karya seni itu pun juga tidak akan pernah dibuat hanya berakhir sebagai konsep.

Psikologi dihadirkan untuk memberikan emosi dan makna pada karya seni. Sementara bagi seniman, seni adalah media katarsis bagi psikisnya. Dengan psikologi, seni mampu menghadirkan rasa dan emosi. Entah itu hasil dari kegelisahan, ketakutan, kemarahan ataupun kebahagiaannya.

Sebuah karya seni biasanya meliputi elemen yang diungkapkan melalui simbol-simbol. Dan simbol ini biasanya adalah hasil dari informasi yang terekam dalam bawah sadar manusia. Simbol ini bisa muncul melalui lamunan maupun mimpi. Yang kemudian bisa dijadikan ide dan gagasan dalam berkarya.

Sebagai pengalaman pribadi, dalam beberapa karya saya di Blog ini ada kecenderungan menggunakan warna-warna suram. Padahal sejatinya saya tidak berencana untuk menggunakan warna-warna itu. Entah kenapa dalam prosesnya warna-warna suram itulah yang mendominasinya.

Seolah pemilihan warna itu secara otomatis dilakukan oleh otak. Seberapapun saya berusaha keluar dari zona warna itu, hasil akhirnya hasilnya akan selalu sama, suram. Hahaha...

Hal ini juga terlihat dalam obyek utama gambar saya, yaitu didominasi oleh jamur. Yap.. Pilihan jamur itu awalnya adalah hal yang spontan terjadi. Setelah beberapa kali, baru kemudian saya penasaran untuk mencari tahu mengapa otak saya tertarik sekali dengan fungi, terutama jamur.

Dari situlah kemudian rasa penasaran saya tentang jamur mulai berkembang. Dan mulailah mencari informasi tentang bagaimana mereka hidup, bagaimana sifat-sifatnya hingga kemudian menjadikannya obyek yang sangat filosofis bagi karya saya.

PERANAN SENI DALAM PSIKOLOGI


Seni dan psikologi



Karya seni bisa menjadi media untuk memahami psikologi sang seniman. Bagaimana karakternya, bagaimana emosinya saat ia berkarya dan hal apa saja yang membuatnya risau. Meski terkadang tak disadari, namun psikologi selalu memiliki peranan dalam penciptaan sebuah karya. Sebagai penghubung emosi dan ide sang seniman.

"Psikologi berfungsi sebagai penghubung emosi dan ide sang seniman dalam penciptaan karya seni."

Media seni juga menjadi katarsis bagi manusia untuk mengekspresikan dirinya. Entah itu lewat tari, lagu, acting ataupun visual.

Dalam diri manusia memiliki sifat dan mekanisme yang sangat kompleks. Dia bisa mentransformasikan keresahan, kegelisahan atau apapun yang cenderung bersifat negatif menjadi bentuk keindahan melalui seni.

Beberapa karya seni bahkan bisa memanifestasikan emosi dengan sangat jelas meskipun yang memandangnya dari kacamata awam. Namun ada juga beberapa karya seni yang butuh pemahaman khusus atau kejelian bagi pengamat untuk memahami pesan apa yang tersirat.

Di sinilah peranan kurator seni dibutuhkan. Sebagai penghubung antara seniman dan mata awam dalam menikmati karya seni. Setidaknya hasil kurasi akan membantu mereka yang tidak memahami simbol-simbol, tetap bisa menangkap maknanya.

Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bisa merasakan emosi maupun memahami sebuah karya seni. Termasuk saya. Hahaha.. Saya membutuhkan banyak aspek untuk bisa memahami karya tersebut. Dari mulai caption, latar belakang bahkan ulasan konsep, baru kemudian bisa memahaminya sedikit demi sedikit.

Mungkin sebagian orang, sudah mampu merasakan emosi dan memahami walau hanya memandangnya saja. Sayangnya saya tidak memiliki kemampuan seperti itu. Hihihi..

HAKEKAT


Makna tersembunyi dari sebuah karya seni, kalo dalam kehidupan nyata di dunia ini, mungkin dinamakan sebagai hakekat ya. Karena banyak sekali apa yang nampak di mata, tidak sama dengan apa yang ada dibaliknya.

Dari seni saya belajar untuk melihat apa yang tak tertangkap oleh panca indera. Terkadang saya menemukan pertolonganNya bahkan dari bentuk hinaan sekalipun. Ketika kita mampu memahami dibalik apa yang ditangkap oleh panca indera, rasanya hidup jadi lebih mudah dijalani.

Dahulu sebuah hinaan, terkadang membuat hidup menjadi stress. Jadi tidak percaya diri dan menjadi beban tersendiri. Kini saya melihat hinaan dengan kacamata yang berbeda. Terkadang dalam hinaan itu terkandung hakekat kemuliaan. Bukan untuk kehidupan kita yang sekarang, tapi untuk bekal kekekalan.

Seni mengajarkan saya untuk melihat lebih dalam dari suatu perkara. Seperti halnya kita menyelami apa yang tersirat di balik elemen dan simbol, pun dalam kehidupan ini juga sama.

Sebagai contohnya adalah : dari sebuah kegagalan pun kita akan menemukan banyak hikmah dan ilmu yang terkandung. Bahkan mungkin kegagalan bisa menjadi bentuk penyelamatan dari kegagalan parah lainnya. Dengan begitu, apapun yang terjadi dalam hidup kita sesungguhnya tidak ada yang sia-sia.

Ujian yang datang silih berganti adalah bentuk kekuatan baru untuk melangkahkan kaki dalam level kehidupan yang berbeda. Jika dahulu, hidup sebatas makan, minum dan bernafas, setidaknya kini hidup jadi lebih memiliki makna dan tujuan.

Pada akhirnya hal negatif dan positif adalah dua hal yang tak terpisahkan. Ibaratnya sama seperti hubungan psikologi dan seni. Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Negatif ada untuk memunculkan positif, pun sebaliknya. Adanya nilai positif, menjadi tolak ukur hal yang dianggap menjadi negatif.

Post a Comment

0 Comments