THE ART OF PERSPECTIVE

the art of perspective



Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | THE ART OF PERSPECTIVE

Bicara tentang perspektif, artinya kita sedang membicarakan dua hal yang berbeda namun memiliki pemaknaan yang sama. Yang pertama, perspektif yang berhubungan dengan visual. Biasanya berkaitan dengan lukisan, fotografi atau pun arsitektur. Yang kedua adalah perspektif yang berhubungan dengan alam pikiran (Aqli), dalam hal ini erat hubungannya dengan opini.

THE ART OF PERSPECTIVE


Bahasan ewafebriart kali ini bukan tentang perspective yang menjadi segmen di Blog ini ya ? Tetapi perspektif yang berhubungan dengan dua hal di atas. Yaitu dunia visual dan juga alam pikiran. Seperti biasa juga, sebagai disclaimer kali ini, saya ingin mengatakan bahwa tulisan ini tidak bersifat menggurui, apalagi memaksakan pikiran kalian agar sama seperti jalan pikiran ewafebri. Tetapi bahasan ini sebagai contoh nyata dari perspektif yang sedang kita bahas saat ini.

Tuhan menganugerahkan akal pikiran pada manusia. Selain berguna untuk mengambil sebuah keputusan dan melakukan tindakan, akal pikiran juga amat berpengaruh dalam hal mengolah informasi menjadi buah pikir. Dalam prosesnya, butuh suatu perspektif agar buah pikir tersebut terbentuk, dan hasilnya adalah sebuah opini, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi manusia dalam mengambil tindakan.

PENGERTIAN PERSPEKTIF


Jika kita membicarakan tentang perspektif, maka ada dua hal yang saling berkesinambungan namun diterapkan dalam aspek yang berbeda. Yang pertama aspek yang berhubungan dengan dunia seni yaitu sebagai sebuah teknik dalam menggambar. Sementara yang satu lagi adalah jenis perspektif yang diterapkan dalam proses pembentukan sebuah opini atau pernyataan.

Supaya kita juga memahami benang merah keduanya, saya akan mengulas pengertian perspektif secara universal. Pengertian ini nantinya bisa kita hubungan ke dalam dua aspek yang saya bicarakan tadi.

Ada beberapa pendapat yang akan saya lampir-kan terkait dengan definisi perspektif. Pendapat ini dilontarkan oleh beberapa ahli yang berbeda-beda. Nantinya dari pendapat mereka, kita akan bisa mengambil kesimpulan, seperti apa sebenarnya perspektif itu.

Menurut Martono :

“ Cara pandang yang dipakai oleh seseorang ketika melihat suatu fenomena ataupun masalah yang terjadi. “

Menurut Joel M. Charon :

“Sebuah kerangka yang bersifat konseptual, memiliki peringkat nilai, peringkat asumsi, peringkat gagasan yang nantinya akan mempengaruhi persepsi dan tindakan yang dilakukan.”

Menurut Sumaatmadja dan Winardit :

“ Cara pandang dan juga cara berperilaku seseorang terhadap suatu masalah atau pun kegiatan.

Setidaknya sudah ada tiga pendapat yang bisa kita jadikan referensi untuk mengetahui apa sih perspektif itu ? Sementara berdasarkan asal usul bahasanya, Perspektif berasal dari bahasa latin “PERSPICERE” yang artinya : gambar, melihat, dan pandangan. Jadi secara garis besar perspektif adalah :

“ Cara pandang manusia yang melibatkan konsep, nilai, gagasan, dan pengalaman serta keyakinan yang dipengaruhi oleh asumsi yang diolah dan mampu menghasilkan sebuah opini atau pun pernyataan.”

Secara singkatnya, perspektif adalah sudut pandang yang digunakan untuk memahami atau memaknai suatu permasalahan. Hehehe.. Sesederhana itu ya sebenarnya ? Pada dasarnya sudut pandang atau perspektif adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama. By the way, belakangan ini memang lagi marak banget postingan yang menyertakan tulisan POV ya ? Saya juga tadinya gak paham, maksudnya apa ? Owh ternyata POV itu singkatan dari Point Of View tho ? Hihihi.. ada-ada aja emang bahasa kekinian.

PERSPEKTIF DALAM SENI VISUAL


contoh perspektif



Apabila kita menilik dari asal katanya “perspicere” yang bisa berarti “gambar”, ya gak heran kalo perspektif memang erat hubungannya dengan dunia seni, terutama seni visual. Perspicere sebenarnya diartikan “melihat dengan jelas”. Saya mengenal istilah perspektif dan ingin membahasnya karena terinspirasi dari pemikiran Da Vinci. Alhamdulilah, Allah SWT mengilhamkan untuk mempelajari nya, makanya tercipta lah tulisan ini.

Jika tadi kita membaca definisi perspektif secara universal, sekarang saya akan mengulik pendapat tentang hal ini berdasarkan aspek seni. Perspektif dalam dunia seni adalah :

“ Sudut pandang seorang seniman yang diterapkan pada saat mengubah object tiga dimensi ke permukaan datar atau dua dimensi.”

Artinya sang seniman, men-transformasi-kan obyek tiga dimensi ke dalam bidang dua dimensi. Segala sesuatu dalam dua dimensi, biasanya tak terlihat memiliki volume, karena sudut pandang kita hanya sebatas kanan-kiri atau atas-bawah. Jadi pergerakan bendanya hanya meliputi dua arah saja.

Agar gambar terlihat mirip seperti obyek aslinya, maka dibutuhkan sebuah teknik yang bisa memberikan efek seperti volume pada bidang datang. Tercipta lah teknik perspektif. Orang pertama yang merumuskan teknik perspektif adalah Fillippo Brusnelleschi (1379 – 1446) seorang ahli bangunan. Kemudian teknik ini dilanjutkan oleh seorang arsitek yang bernama Leona Battista Alberti (1404 – 1472).

Tak hanya dalam bidang arsitek atau tata bangunan saja, teknik ini kemudian juga berkembang ke dunia lukis. Perumusan yang paling mudah dipelajari dan dikuti hingga ke generasi sekarang adalah dari catatan atau manuskrip Sang Maestro “Leonardo Da Vinci”.

Yang menjadi dasar dalam perumusan teknik perspektif adalah adanya “titik lenyap/hilang” yang dijadikan sebagai acuan untuk memusatkan pertemuan semua garis. Teknik ini disebut dengan perspektif Linier. Inilah yang diterapkan oleh Fillippo pada projectnya. Dengan adanya perspektif ini, obyek dalam bidang dua dimensi memiliki ilusi kedalaman sehingga nampak seperti apa yang dilihat oleh mata kita.

Dalam buku catatan nya, Da Vinci kemudian menerangkan secara detail tentang teknik perspektif ini. Setiap karya yang akan ia buat, akan ada catatan tentang bagaimana ia menangkap sebuah benda dengan mata indera nya, kemudian dia juga menerangkan perspektifnya tentang bagaimana karya tersebut nantinya bisa dilihat dengan cara yang persis seperti manusia menangkapnya lewat panca indera.

Tanpa ilusi kedalaman, mustahil mata manusia bisa menangkap gambar dalam lukisan seperti obyek sesungguhnya. Dibutuhkan area-area yang jaraknya diatur sedemikian rupa, kemudian warnanya pun dibuat lebih memudar, serta besar kecilnya obyek pada gambar juda disesuaikan. Ilusi inilah yang tercipta dari bantuan “titik hilang/lenyap” yang ada pada teknik perspektif.

Penerapan obyek yang semakin jauh terlihat semakin mengecil, serta warna gambar menjadi memudar disebut dengan Aereal Perspective atau gambar perspektif sejajar. Biasanya teknik ini terlihat begitu nyata pada lukisan landscape.

Berikut ini akan saya sertakan beberapa catatan tentang perspektif yang saya ambil dari manuskrip Da Vinci :

  • Among objects of equal size, that which is most remote from the eye will look the smallest.” >> di antara obyek yang memiliki ukuran sama, yang letaknya paling jauh dari mata akan terlihat paling kecil.
  • Objects that are farther off can never be so large but those in front, though smaller, will conceal or surround them.” >> obyek yang lebih jauh tidak akan terlihat lebih besar dari obyek yang berada paling depan. Meskipun ukuran obyek di bagian depan lebih kecil, obyek tersebut akan tertutupi atau terlihat sama seperti sekitarnya.
  • Small objects close at hand and large ones at a distance, being seen within equal angles, will appear the same size.” >> Obyek kecil yang jaraknya dekat dengan tangan dan obyek yang lebih besar yang jaraknya jauh, ketika dilihat dari angle yang sama, maka ukurannya akan terlihat sama.
  • No surface can be seen exactly as it is, if the eye that sees not equally remote from all its edges.” >> Tak ada permukaan yang terlihat sama persis dengan aslinya jika pandangan mata yang melihatnya tidak berada pada jarak jauh yang sama dari semua sisinya.
  • Linear perspective deals with the action of the lines of sight, in proving by measurement how much smaller is a second object than the first, and how much the third is smaller than the second, an so on by degrees to the end of things visible.” >> Linear perspektif berkaitan dengan aksi garis pandang, yang dibuktikan dengan mengukur seberapa kecil obyek yang kedua dibandingkan obyek yang pertama, seberapa kecil obyek yang ketiga dibandingkan obyek yang kedua dan seterusnya dari obyek terakhir yang terlihat.
  • The Art Of Perspective is a such a nature as to make what is flat appear in relief and what is in relief flat.” >> Seni perspektif adalah membuat yang datar menjadi relief (nampak lebih menonjol), dan yang relief (nampak lebih menonjol) terlihat datar secara alami.
  • Perspective is a rational demontration by which we may pratically and clearly understand how objects transmit their own image, by lines forming a Pyramid (centred) in the eye. >> Perspektif adalah sebuah demonstrasi yang rasional dimana kita bisa menerapkan dan memahami dengan jelas bagaimana sebuah obyek men-tranmisi-kan gambarnya dengan bentuk seperti piramid pada mata kita.

Itulah beberapa catatan Da Vinci tentang perspektif yang berhubungan dengan teknik menggambar. Masih banyak juga catatan dia yang lainnya. Namun dari catatan di atas, kita jadi memahami bahwa lukisan Da Vinci memiliki komposisi seperti piramid. Oleh sebab itu, karya fenomenalnya Monna Lisa memiliki point center di bagian bibirnya. Gak heran kalo pada akhirnya yang paling menarik adalah senyumnya.

Cukup detail juga penjelasan Da Vinci tentang perspektif. Apalagi catatannya berdasarkan eksperimen yang dia lakukan sendiri sebelum membuat lukisan. Maka setiap lukisan yang dia ciptakan selalu ada penjelasan tentang perspektif dalam journalnya.

PERSPEKTIF DALAM ALAM PIKIRAN


Okey ! Sekarang kita beralih ke bahasan perspektif yang berhubungan dengan cara pandang manusia atau alam pikiran. Dari pendapat ahli di atas kita tahu bahwa perspektif itu berbentuk sebuah kerangka berpikir di mana di dalamnya melibatkan banyak faktor di antaranya : keyakinan, pengalaman, nilai atau value, konsep, gagasan bahkan juga asumsi.

Informasi atau data yang kita terima tidak akan menjadi kerangka perspektif jika tidak melalui proses pengolahan yang melibatkan faktor di atas. Belum lagi ada beberapa aspek yang mempengaruhi, seperti sosial, budaya, pendidikan, profesi, agama, bahkan juga usia. Maka tak heran apabila manusia akan memiliki opini yang berbeda-beda, karena mereka mengambil perspektif yang dipengaruhi oleh aspek-aspek tersebut.

Perspektif tidak hanya diterapkan pada dunia seni, namun juga sosial. Dalam ilmu sosiologi, perspektif dibedakan menjadi 4 kategori :

  • Perspektif Evolusionis : Sudut pandang yang menitikberatkan pada pola perubahan masyarakat ataupun dinamika sosial.
  • Perspektif Interaksionis : Sudut pandang mengenai masyarakat dari interaksi simbolik yang terjadi antara individu dan juga kelompok masyarakat.
  • Perspektif Fungsionalis : Sudut pandang yang melihat masyarakat dinilai sebagai sebuah jaringan yang terorganisir dan memiliki fungsinya masing-masing.
  • Perspektif Konflik : Sudut pandang mengenai masyarakat yang berada di dalam konflik yang terus menerus di antara kelompok atau kelas.

Tak hanya itu, perspektif juga diterapkan dalam bidang komunikasi di mana perspektif merupakan pilihan dan juga sebagai wawasan yang dimiliki oleh manusia saat ingin memilih beberapa aturan berkomunikasi yang berhubungan dengan kehidupannya. Nah ini yang paling sering kita terpakai dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam bidang komunikasi, ciri-ciri perspektif ada dua. Yaitu :

  • Terbentuknya beberapa aturan komunikasi yang dijadikan sebagai tanda bahwa hal tersebut merupakan hasil dari proses sebab-akibat.
  • Terbentuknya aturan yang digunakan sebagai refleksi atau perenungan atas perilaku yang dilakukan oleh manusia di dalam sebuah kehidupan.

Penerapan perspektif ini biasanya terjadi dalam sebuah perbincangan antar sesama manusia dalam membahas suatu perkara. Dalam proses komunikasi yang terjalin itulah nantinya akan menghasilkan aturan-aturan yang telah dipengaruhi oleh-faktor-faktor di atas.

Dalam melihat suatu masalah ada tiga jenis perspektif yang sering digunakan oleh manusia. Dan jenis-jenis ini dianalogikan seperti bagaimana binatang menangkap suatu obyek dengan panca inderanya, seperti :

  • Mata Burung : Cara pandang yang diibaratkan seperti ketika seekor burung mengamati daratan saat mereka terbang. Artinya ia mampu melihat secara keseluruhan (area) karena segala sesuatu bisa nampak dari atas.
  • Mata Kucing dan Mata Cacing : Cara pandang dengan memposisikan diri seperti seekor kucing atau cacing yang memperhatikan suatu obyek dengan posisi tengkurap. Pada prinsipnya ketika kita menyaksikan sebuah obyek dari bawah maka akan terlihat secara dramatis.
  • Mata Manusia : Cara pandang seseorang ketika obyek yang dilihatnya tersebut berada pada kondisi sejajar dengan matanya.

Sebagai manusia tentu kita seringnya menggunakan jenis perspektif mata manusia di mana segala sesuatu terlihat sejajar dengan mata kita. Maka tidak heran jika sering menyimpulkan tentang sudut pandang orang lain sesuai dengan standar yang kita miliki. Karena kita hanya mampu menjangkau seluas mata kita memandang ke depan saja. Tidak secara keseluruhan. Sehingga pilihan sudut pandangnya pun tidak banyak, walhasil kita sering menghakimi orang lain berdasarkan ukuran standar kita.

Contoh aplikasi dari mata kucing atau mata cacing barangkali ketika kita melihat perspektif orang lain dan bergumam “wow”. Karena kita menyaksikannya dengan memposisikan diri kita dari bawah. Sehingga apa yang mereka sampaikan terdengar sangat wow sekali. Misalnya, ketika kita memperhatikan keberhasilan dan kesuksesan seseorang, kita akan merasa sangat tercengang. Apalagi kita langsung berpikir, “enak banget hidupnya !”. Kita tidak melihat proses dia mencapai segala sesuatu yang dirasakannya sekarang.

Nah, yang paling asik mungkin kita harus belajar untuk menerapkan cara burung melihat ke suatu obyek di daratan ya ? Ketika burung melihat dari atas, maka ia bisa melihat secara keseluruhan alias dari segala arah. Burung bisa memantau apa yang ada di setiap sisi obyek tersebut. Entah itu arah dari kanan, arah dari kiri, arah dari depan, arah dari belakang, atau arah segala penjuru mata angin lah intinya. Hihihi.. dengan begitu ia bisa menyimpulkan keadaan si obyek dengan lebih akurat.

Namun untuk bisa mempratikkan bagaimana cara burung memperhatikan obyeknya, artinya kita juga harus belajar banyak aspek dalam kehidupan ini. Sehingga, pada saat kita membuat kesimpulan, kita bisa melihatnya dari segala sudut / aspek. Bagaimana cara menerapkannya ? Ya tentu kita harus mengasah diri dengan wawasan, sehingga ketika kita disuguhi suatu perkara untuk dicarikan sebuah solusi atau sebuah opini, kita bisa menjelaskannya dari banyak sudut pandang.

Dengan begitu akan banyak kemungkinan yang bisa lahir darinya. Dan pengaruhnya bagi kita adalah pemahaman terhadap perspektif orang lain. Karena bisa jadi perspektif yang diutarakan oleh orang lain sama seperti salah satu kemungkinan yang kita simpulkan. Hal ini akan membantu manusia untuk tidak mudah menghakimi orang lain, hanya karena beda pendapat.

ADA APA DENGAN PERSPEKTIF ?


Sebenarnya perspektif berdasarkan dunia seni dan aqli tak jauh beda. Yang membedakan terletak pada perwujudan perspektif di dunia tiga dimensi yang diterapkan pada dunia seni atau visual. Karena kebutuhan untuk dijadikan sebagai penerapan berbentuk material, maka perspektif dalam visual harus diimplementasikan ke dunia nyata. Sementara perspektif alam pikiran, ya tetap berada dalam akal manusia. fungsinya hanya mempengaruhi pemikiran maupun tindakan yang dilakukan oleh manusia.

" Perspektif dalam visual bersifat praktis dan diimplementasikan dalam kehidupan nyata / material. Perspektif dalam alam pikiran bersifat mempengaruhi dalam bentuk non material."

Dari penjelasan di atas setidaknya saya bisa mengambil beberapa poin kesimpulan. Bahwasannya manusia sebagai makhluk Tuhan yang sangat kompleks dan dikarunia akal, memanfaatkan pemberian Tuhan ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dan tentu saja caranya dengan belajar. Belajar mendengarkan, belajar memperhatikan, belajar sabar, belajar menyimpan informasi yang diberikan, belajar mengolah informasi tersebut sehingga kita memiliki banyak data sebagai bentuk dari wawasan.

Wawasan tersebut nantinya akan menjadi komponen yang akan membantu manusia dalam proses berpikir sehingga menghasilkan sebuah tindakan, gagasan baru, ataupun opini. So, elemen terpenting dalam perspektif adalah belajar dan data/infomasi. Tanpa kemauan untuk belajar dan mengelola informasi yang diterima, orang akan malas berpikir. Dan pada akhirnya akan mengurangi kemampuannya dalam melihat perspektif dari segala arah.

Pun tujuan saya dalam membuat segmen perspektif adalah sebagai media belajar. Setidaknya untuk diri saya sendiri. Alhamdulillah, jika pemikiran itu kemudian bisa bermanfaat juga untuk orang lain. Dengan menjadikannya sebagai tulisan, saya berharap kelak bisa melihat dinamika perubahan dari pikiran saya sendiri. Karena biasanya kita bisa membandingkan pikiran kita yang lalu dengan yang akan datang. Dan semoga perubahan tersebut bisa menjadi lebih baik.

Post a Comment

0 Comments