Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | THE ART OF SEEKING KNOWLEDGE.
Seeking Knowledge atau mencari ilmu adalah salah satu aktivitas yang dianjurkan oleh AlQuran. Pun dalam firmannya, Allah selalu mengingatkan manusia bahwa ilmu pengetahuan itu sangat utama dibandingkan dengan harta benda. Dari mana kita bisa mengetahui hal ini ? Salah satunya dari QS At Taubah Ayat 112. Tak hanya itu, jika kita mendalami kitab Allah akan banyak kita dapati betapa ilmu itu adalah karunia Allah yang mulia.
THE ART OF SEEKING KNOWLEDGE
Akan tetapi, ilmu juga bisa menjadi hijab atau sesuatu yang membuat kita menjadi buta mata hati akan kebesaranNya. Terlebih jika niat kita dalam mencari ilmu tidak tulus atau hanya karena pamrih sesuatu. Entah itu karena ingin dianggap pintar, ingin menyerang orang dengan pengetahuan yang kita miliki atau hanya ingin mencapai sesuatu yang tidak kekal.
Ilmu bisa membawa kita pada kebahagiaan, ilmu juga bisa membawa kita pada kehancuran. Semua tergantung kepada bagaimana niat kita dalam mencari dan mengimplementasikannya. Oleh sebab itu, ilmu menjadi suatu karunia yang luar biasa dari sisiNya.
DEFINISI ILMU
Jika kita sering membaca tentang kisah-kisah Rosul, kisah orang yang beriman dahulu, kisah tentang wali atau kekasih Allah, kisah tentang tokoh-tokoh luar biasa di dunia, yang paling mencolok tentang diri mereka adalah ilmunya. Orang-orang hebat acap kali terkenal karena quote-quotenya yang notabene itu adalah bentuk dari ilmu.
Hanya sebagian orang yang kita jumpai begitu hebatnya karena harta benda yang mereka miliki. Dan seringkali, mereka menjadi sangat kaya raya disebabkan karena ilmunya. Namun ada beberapa jenis ilmu yang perlu kita ketahui. Ada ilmu wajib, ada juga ilmu sekunder (yang tidak diwajibkan oleh semua orang untuk mempelajarinya).
Dan pada dasarnya, tingkatan tertinggi dari ilmu itu adalah mengenal (ma’rifat) dan sampai kepadaNya. Jika kita runut dengan seksama, apapun ilmu pengetahuan yang kita pelajari, mengarahnya pada ilmu Illahi juga. Namun sebagai manusia yang mudah terdistraksi oleh pengaruh dunia, sering kali kita terhenti atau justru melangkah jauh dari sejatinya ilmu itu sendiri.
Mencari ilmu adalah salah satu tujuan kita dikirimkan ke dunia ini. Bentuk ilmu ini bisa berupa hikmah kebijaksanaan yang sering bersumber dari pengalaman, ilmu yang sengaja dipelajari berdasarkan logika atau hasil eksperimen tertentu. Dan jika kita simak dengan seksama, science atau ilmu pengetahuan itu adalah bukti-bukti ilmiah dari firman Allah Yang telah dituliskan di dalam Alquran.
Dalam beberapa Hadist pun Rosullullah selalu menganjurkan kita sebagai umatnya untuk mencari ilmu. Terutama memperdalam ilmu tauhid. Bahkan sebelum kita menutup mata dan pergi selamanya dari dunia ini, hal yang wajib untuk kita cari adalah ilmu. Dengan ilmu inilah jiwa kita akan hidup selamanya. Karena harta benda atau apapun yang bersifat meterial di dunia ini, perlahan akan sirna juga. Bahkan nilai uang yang kita agungkan sekarang pun suatu hari nanti tak akan ada nilainya. Kita sudah bisa melihat fenomena ini yang sedang terjadi di beberapa negara yang sudah mengalaminya.
JENIS-JENIS ILMU
Supaya saya ngomongnya tidak ngaco dan ngelantur kemana-mana, saya akan mengulas dunia keilmuan ini berdasarkan kitab Minhajul Abidin karya Sang Hujatul Islam, Imam Al-Ghazali. Menurut Imam Al-Ghazali, ilmu itu adalah pusat segala sesuatu. Ilmu dan ibadah adalah layaknya sepasang permata. Maka untuk menjadi manusia yang paripurna, maka manusia diharuskan untuk memperhatikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritualnya.
Sang Hujatul Islam mengatakan bahwa ilmu itu memiliki kemuliaan. Hal ini bisa dilihat dari firman Allah SWT yang ada di dalam QS. Ath-Thalaq ayat 12, di mana Allah berfirman :
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui (mempunyai ilmu) bahwasannya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.”
Sementara kewajiban manusia untuk beribadah terdapat dalam AlQuran, QS. Adz-Dzariyat ayat 56 :
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Dari dua ayat di atas, kita bisa mengetahui bahwa ilmu dan ibadah itu adalah dua hal yang menjadikan kita manusia yang seutuhnya. Tanpa kedua hal tersebut, manusia hanya sebatas makhluk yang tergolong dalam kingdom animalia saja. Bukan makhluk lengkap yang menjadi seorang “hamba”.
Untuk lebih meyakinkan, mari kita juga dengarkan pendapat dari Imam Al-Hasan Al-Bashri yang berkata, “ Tuntutlah ilmu dengan tidak merusak ibadah dan kerjakanlah ibadah dengan tidak melalaikan ilmu.” << pendapat ini juga mengukuhkan bahwa ilmu dan ibadah merupakan dua hal yang wajib dipikirkan dan dilakukan bagi seorang hamba.
Berdasarkan aspek kebermanfaatannya, Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi 5 bagian, yaitu :
- Ilmu yang bersifat fardhu ain yaitu yang kita butuhkan saat ini yang berhubungan dengan dunia dan ukrowi (akhirat). Ilmu ini yang wajib dipelajari oleh setiap individu.
- Ilmu yang bersifat fardhu kifayah yaitu ilmu yang bersifat mengikat kepada kelompok sebagai satu kesatuan. Atau ilmu yang tidak wajib dipelajari oleh setiap individu, namun dianjurkan untuk mempelajarinya apabila berkenan. Misalnya saja tentang ilmu kedokteran, ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk umat.
- Ilmu fadhilah adalah ilmu yang dianjurkan untuk pribadi maupun kebermanfaatan seperti ilmu aritmatika (ilmu berhitung).
- Ilmu mubah adalah ilmu yang tidak terkait dengan spesialisasi bidang kita, namun sangat menunjang dengan pengetahuan kita. Misalnya ilmu seni, ilmu sastra ataupun ilmu sejarah. Atau ilmu yang bersifat pengetahuan dan menunjang ilmu yang wajib kita pelajari.
- Ilmu Mazmumah (tercela) : ilmu yang bisa mengakibatkan manusia menjauh dari Allah SWT. Misalnya ilmu sihir, ilmu horoscope, judi, mantra dan lain-lain. Ilmu ini menjadi tercela bukan karena ilmunya yang tercela, tetapi karena niat manusia yang menggunakannya untuk tujuan yang tidak baik.
Ngomongin ilmu Mazmumah terutama tentang astrologi atau horoscope, mengapa para ulama melarang kita untuk mempercayainya karena dikuatirkan kita lebih fokus dan percaya pada ilmu itu daripada pada Allah SWT. Apalagi jika kepercayaan kita terhadap pengetahuan tersebut bersifat masif. Saking terpakunya pada ilmu tersebut kita jadi tidak fokus untuk berubah ke arah yang lebih baik. Padahal segala sesuatu itu sifatnya dinamis alias selalu ada perubahan yang signifikan. Kalo kita terlalu percaya pada ramalan, dikuatirkan kita terjebak hidup di dalamnya.
Adapun ilmu yang wajib dipelajari (fardhu ain) menurut Imam Al-Ghazali adalah sebagai berikut :
- Ilmu Tauhid : ilmu yang membahas tentang nama, sifat dan perbuatan Allah SWT dan segala hal yang berkaitan dengan Ketuhanan, kenabian dan pokok-pokok keimanan.
- Ilmu Sirri atau tasawuf yaitu ilmu yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan hati.
- Ilmu Syariat yaitu ilmu tentang tatacara beribadah, hukum-hukum syariat dan aturan-aturan muamalah.
Ketiga ilmu tersebut meskipun wajib dipelajari namun juga memiliki batasan-batasan tertentu. Setidaknya ada minimal batasan yang wajib dipelajari, diantaranya :
- Batasan minimal ilmu tauhid yang wajib dipelajari adalah sebatas kita mengetahui pokok-pokok agama. Kita harus mengetahui bahwa kita di dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Esa yang tak ada sekutu bagiNya. Bahwa Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosulnya ke dunia untuk mengajarkan tentang kehidupan dan bagaimana menjalankan kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat.
- Batasan minimal ilmu sirri atau tasawuf adalah mengetahui semua yang wajib dilakukan oleh hati dan semua yang terlarang baginya. Tujuannya agar dalam melaksanakan ibadah maupun hal lainnya kita selalu niatkan dengan keikhlasan dan Lillahi ta’ala. Kita juga mengagungkanNya serta ridha akan ketetapanNya.
- Batasan minimal ilmu syariat adalah mengetahui dan mengamalkan setiap perkara yang wajib untuk dikerjakan dan wajib pula untuk mengetahui tata cara pelaksanaannya. Contohnya adalah ilmu bersuci (thaharah), sholat dan zakat bagi umat muslim.
Itu artinya sebagai manusia setidaknya kita wajib mempelajari tentang ilmu ketuhanan (illahiyah) sebelum mempelajari ilmu lainnya yang bersifat option (pilihan). Dengan mempelajari ilmu Ketuhanan, maka kita juga akan mengaktifkan kecerdasan spiritual kita dengan pedoman yang kuat. Ilmu tauhid, ilmu hakikat, ilmu tasawuf dan ilmu syariat adalah paket ilmu yang wajib dipelajari meski dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan di atas.
Ilmu fardhu ain ini ibaratnya adalah pilar kokoh yang membantu kita untuk tetap berjalan tegak meskipun kita sedang berada dalam lautan ilmu. Kita tidak mudah terombang-ambing oleh dahsyatnya gelombang ilmu yang menerjang. Karena kita telah memiliki pedoman yang kokoh. Misalnya saja kita belajar tentang filsafat, kita tak lagi takut sesat pikir, namun justru bisa memperkaya khazanah keilmuan kita.
FUNGSI ILMU
Fungsi ilmu yang utama tentu supaya manusia bisa mengagungkanNya. Dengan ilmu, manusia mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang posisinya sebagai seorang hamba. Dengan ilmu manusia mengetahui dengan persis siapa yang dia sembah. Karena ibadah yang tak berdasarkan ilmu, terkadang membuat kita penuh keraguan. Pada siapa kita bersujud ? Kepada siapa kita bertasbih ? Dsb.
Pun saat kita mengetahui jawabannya, terkadang kita masih sanksi atas keberadaanNya. Itulah mengapa kita harus belajar tentang ilmu tauhid. Agar hal-hal yang seperti ini bisa terjawab dan tidak membawa keraguan dalam hati kita. Setelah mempelajarinya, maka kita terapkan ilmu tersebut dengan cara diamalkan dalam kehidupan sehingga kita benar-benar merasakan keberadaanNya.
Membantu manusia dalam mengambil keputusan. Dengan adanya ilmu, manusia bisa mempertimbangkan dampak negatif dan positif dari perbuatannya tersebut. Jika ia mengimplementasikan ilmu tersebut dengar porsi yang pas, seharusnya dampak yang didapatkannya adalah positif. Namun jika ia tidak menerapkan ilmu tersebut dengan pas, ya bisa jadi dampaknya akan negatif.
Ilmu juga menghindarkan manusia dari kejahatan. Kalo manusia itu berbuat jahat itu akibat kebodohannya. Jadi kalo kita merasa pintar tapi kita merasa baik-baik saja saat melakukan kejahatan, mungkin perlu dipikirkan lagi tentang klaim kepintaran kita ini ? Bisa jadi sesungguhnya kita sudah mengetahui kebenaran, namun karena kita mengingkarinya dan berbuat kejahatan maka sesungguhnya kita sedang berbuat bodoh untuk diri sendiri.
MANFAAT ILMU BAGI DIRI SENDIRI
Mencari ilmu lebih utama dibandingkan mengumpulkan harta. Karena ilmu mampu menerangi hati dan jiwa manusia sementara harta bisa melalaikan dan mengeraskan hati manusia. Itulah mengapa Allah SWT menempatkan harta dan anak sebagai bentuk ujian bagi umat manusia, sementara ilmu menjadi karunia yang diprioritaskan untuk dicari.
Dengan ilmu manusia bisa memposisikan dirinya. Ia tahu bagaimana harus merespon dan bertindak dalam menghadapi sesuatu. Ia akan mengimplementasikan pengetahuannya dengan porsi yang pas saat menghadapi permasalahan. Dengan begitu ia bisa hidup dengan tenang dan berakhir merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dunia saat ini dipenuhi dengan amarah dan hal-hal yang bersifat negatif. Rasanya sangat sulit untuk bisa mempertahankan pikiran positif untuk diri kita sendiri di mana orang-orang sekitar kita selalu melepaskan energi negatif mereka ke udara. Rasanya memang sulit untuk tidak terserap, namun dengan ilmulah energi negatif yang kita serap bisa kita olah menjadi energi positif. Jika energi positif yang kita hasilkan tidak berguna bagi lingkungan sekitar kita, minimal bisa berguna untuk diri kita sendiri lebih dulu. Hehehe...
Menurut Imam Al-Ghazali bahwa ilmu itu sesungguhnya sifatnya sudah mulia. Apapun ilmu yang ada di dunia ini datangnya dari Ilahi. Bahkan ilmu yang menurut kita “nggak banget”. Allah menyediakan banyaknya ilmu tersebut agar dipergunakan manusia sesuai dengan perspektif hidupnya. Makanya, terkadang pendapat si A belum tentu salah karena dia mengemukakan pendapatnya sesuai dengan perspektif yang diambilnya. Pun ilmu kita belum tentu sepenuhnya benar apabila diimplementasikan oleh orang lain dengan background yang berbeda.
Kalo kita telaah dan pahami tentang Alquran, Allah selalu mengingatkan manusia dengan firmannya tentang “perselisihan yang diakibatkan oleh ilmu”. Pun kita kelak akan ditanyai tentang perselisihan itu karena sejatinya ilmu apapun datangnya dari satu sumber, Ilahi. Kalo kita percaya bahwa Allah lah yang berkuasa atas segala sesuatu, seharusnya kita juga memahami bahwa ilmu pun datangnya dari sisiNya juga.
Terkadang memang cara menalar manusia yang membuat ilmu itu yang sebenarnya sederhana menjadi sangat membingungkan. Pun sejatinya, penalaran itu karena dipengaruhi oleh banyak hal dalam hidupnya. Oleh sebab itu, meski sumber ilmu kita sama, namun olahan dari ilmu tersebut lah yang membuatnya berbeda. Hal ini terjadi karena sudah tercampur oleh cara penalaran manusia yang berbeda-beda dan tergantung mindset dan background yang ada padanya.
Ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu yang kita pelajari dan diamalkan, serta memiliki dampak bagi perubahan hidup kita ke arah yang positif secara keseluruhan. Artinya bukan hanya positif untuk kita saja akan tetapi juga positif untuk lingkungan sekitar. Pada akhirnya ilmu yang berguna adalah ilmu yang mendekatkan kita pada Allah SWT. Apapun ilmu yang justru menjauhkan kita dariNya, maka sebaiknya kita hindari.
Jika ilmu yang kita cari dan amalkan membuat kita lebih dekat pada Allah SWT, secara otomatis kita akan mendapatkan ketenangan jiwa. Dan dampak dari jiwa yang tenang tersebut adalah kebahagiaan yang hakiki (contentment). Bukan bentuk kebahagiaan semu yang bergantung pada hal-hal artificial.
Misalnya saja, jika kita menggantungkan kebahagiaan kita pada manusia, sedangkan manusia itu kemudian tiada mendahului kita, maka penderitaan dan kekecewaan lah yang akan menyelimuti hidup kita. Atau misalnya sumber kebahagiaan kita sandarkan pada harta benda, ketika harta benda tersebut menghilang, maka kesedihanlah yang akan menghantui kita. So, hubungan kita dengan Illahi-lah yang akan membawa kebahagiaan sejati yang sesungguhnya.
Dan untuk mencapai tahap ketenangan jiwa inilah kita harus membangun hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Karena hanya Dia-lah yang memberikan ketenangan jiwa atau sikap hidup yang “mutmainah”. Tapi untuk mendapatkan privillage tersebut, tetap harus dengan usaha juga ya ? Setidaknya dengan memperhatikan perbuatan hati kita. Ilmu ini yang nantinya berada dalam lingkup ilmu tasawuf. Penakluk-kan hawa nafsu. Bukan dihilangkan (karena tidak mungkin hilang) namun ditaklukkan agar tidak membabi buta dan merajalela.
WHAT I LEARN !
Dari panjangnya penjelasan tentang keilmuan ini kita akan membuat beberapa poin di bawah ini ya ? Hihihi..
Ilmu sejatinya adalah dzat yang mulia. Yang membuatnya tercela karena sudah dipengaruhi oleh panalaran dan nafsu manusia di dalamnya. Di mana terkadang ilmu dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia tanpa memperdulikan bagaimana cara menerapkannya. Seperti misalnya ilmu berhitung dipergunakan untuk media korupsi. Ilmu yang diterapkan dengan keikhlasan dan ketulusan dan untuk kepentingan yang bersifat Illahiyah, sejatinya menjadi mulia. Namun jika ilmu dimanfaatkan hanya untuk perhiasan dunia saja, biasanya ada niatan tak bagus yang terselubung di dalamnya.
Ada jenis ilmu yang wajib kita pelajari terutama yang berhubungan dengan Ketuhanan, ada juga ilmu yang sifatnya optional. Pun ada juga ilmu yang memang tidak perlu kita pelajari karena banyak mudaratnya dibandingkan kebermanfaatannya.
- Ilmu dan ibadah adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Dua hal yang menjadi kewajiban manusia di dunia. Mencari ilmu juga menjadi bentuk ibadah yang tidak berbentuk syariat. Karena ibadah tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Sementara ilmu tanpa ibadah akan membawa kita pada kehampaan.
- Ilmu adalah cahaya bagi jiwa-jiwa yang berada dalam kegelapan. Dengan ilmu, jiwa kita yang terperangkap dalam kegelapan sedikit demi sedikit akan menjadi terang. Kita akan mendapatkan clarity (kejelasan) tentang kehidupan yang sedang kita jalani ini. Perbedaan benar dan salah pun jadi semakin jelas. Ilmu membuat manusia lepas dari kebodohan.
- Ilmu mengantarkan manusia untuk mengenal dan semakin dekat dengan penciptaNya. Sebagai bonusnya, jiwanya akan diliputi dengan ketenangan. Dan pada akhirnya ia akan mencicipi kebahagiaan yang sejati.
- Ilmu akan mengajarkan pada manusia tentang banyaknya perspektif dari suatu perkara. Dengan begitu ia tak akan resah apabila ada orang yang menyatakan suatu perkara dari sudut pandang yang berbeda. Karena manusia yang memiliki ilmu akan menyadari bahwa di dunia ini dipenuhi dengan perspektif yang berbeda dan tak perlu diperdebatkan.
- Ilmu memberi petunjuk pada manusia mana yang harus dilakukan, mana yang harus diubah dan mana yang harus ditinggalkan. Dengan begitu hidup lebih teratur dan lebih mudah dijalani.
- Ilmu mampu memenuhi kebutuhan manusia. Dengan ilmu manusia bisa menciptakan sesuatu yang dapat membantu hidupnya. Entah itu bersifat teknologi ataupun mindset saja.
- Ilmu akan mengenalkan manusia pada dunia yang tak pernah dianggapnya ada. Dunia yang asing dengan dirinya. Misalnya saja dimensi spiritual. Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata indra bukan berarti tidak ada kan ya ? Seperti misalnya energi. Kita tak pernah tahu bahwa energi itu ada jika bukan karena ilmu. Pun yang lainnya.
- Ilmu akan membawa manusia pada pemahaman tentang makna-makna yang tak bisa dicerna oleh panca indera.
- Ilmu membuat manusia bisa mengenal dunia, akhirat dan dirinya sendiri.
- Tanpa ilmu dan penerapan-nya, manusia hanya akan menjadi seperti kingdom animalia lainnya.
Jangan menganggap remeh ilmu meski yang sederhana sekalipun. Terkadang kita sering mengabaikan ilmu hanya karena yang mengatakan seorang anak kecil. Pada hal bisa jadi anak tersebut oleh Allah Swt dikirimkan pada kita untuk mengajarkan sesuatu. Bahkan dulu kisah Qabil yang ingin mengubur mayat saudaranya diajarkan oleh seekor burung. Artinya Allah SWT mengirimkan siapa saja kepada kita untuk mengantarkan ilmu.
Terkadang ilmu itu ada dalam perbuatan manusia, namun terkadang ilmu itu juga terkandung dalam percakapan mereka. Dimana pun dan apapun itu, ingatlah bahwa kita di dunia ini memang sejatinya untuk beribadah dan belajar. Belajar dari pengalaman, dari pendidikan yang formal dan informal, dan belajar dari alam semesta. Dari belajar itulah kemudian kita amalkan, jika pengamalan itu diniatkan untuk Allah SWT dengan ketulusan dan keikhlasan, maka amalan tersebut akan menjadi ibadah pula.
Hindarilah memanfaatkan ilmu untuk niatan yang tidak baik. Karena bisa jadi, bukan ilmunya yang akan hancur, tapi justru diri kita sendiri yang akan hancur. Pada hakikatnya, ilmulah yang mulia, bukan kepandaianmu. Karena tanpa kepandaianmu, ilmu akan tetap berguna bagi yang lain, namun jika kepandaianmu tak dipenuhi dengan ilmu yang bermanfaat, maka ia hanya menjadi alat biasa saja tanpa ada bahan yang diolahnya. Ya ibaratnya kayak mesin nganggur gitu deh. hehehe...
Terima kasih sudah membaca, selamat belajar dan beribadah. Mari kita menjadi manusia paripurna, bukan hanya manusia sebagai kelompok kingdom animalia saja ! Semangart !
DAFTAR PUSTAKA :
- Al-Ghazali, Imam Abu Hamid. 2021. Kitab Minhajul Abidin (Terj. Fuad Syaifudin Nur). Jakarta: Rene Turos Indonesia.
- Faiz, Dr. Fahruddin. Imam AlGhazali-Ilmu Laduni (Al Risalah Al Laduniyyah). MJS Channel (Youtube). 28 Maret 2018. 15 November 2022. https://youtu.be/1DKFKTPrdfE.
0 Comments
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.