AOTM | ALBRECHT DÜRER

Siapa Albrecht Durer ?


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | AOTM | ALBRECHT DÜRER

Memasuki bulan Maret 2023, saya akan mengulas Artist Of The Month dari kalangan pelukis cat air. Tokoh yang satu ini, menjadi pelukis pertama cat air yang banyak menggunakan lanskap dan botani sebagai objeknya, Dialah Albrecht Dürer. Seperti apa sosok ini ? Dan apa yang bisa kita pelajari dari beliau ? Yuk kita sama-sama belajar.

Maret adalah Watercolor’s Month (1), haha.. Karena postingan saya bakalan banyak di dominasi dengan bahasan tentang cat air nih. Semoga sih bisa sebulan penuh ya ? InshaAllah, kita lihat saja nanti.

ALBRECHT DÜRER


Sejujurnya, saya memang kurang begitu familier dengan tokoh yang satu ini. Saya mengenalnya setelah bulan lalu saya membuat Ebook tentang Belajar Cat Air, di mana dalam sejarah perkembangan cat air, muncul nama Albrecht Dürer sebagai pelukis yang disinyalir pertama kali memperkenalkan lukisan menggunakan cat air. 

Awalnya, cat air hanya dimanfaatkan untuk membuat prototipe sketsa sebelum dilukiskan di atas media besar (kanvas atau panel). Namun setelah Dürer menggunakan cat air untuk sebuah lukisan, maka selanjutnya banyak pelukis yang mengikuti langkahnya. Walhasil, cat air pun kemudian di produksi untuk dijual.

BIOGRAFI

Biografi Albrecht Durer


Sebelum membahas lebih lanjut tentang tokoh yang satu ini, serta perjalanannya dalam dunia seni. Mari kita belajar sedikit tentang latar belakangnya. Siapa sih beliau ini ? Dan apa yang membuatnya menjadi salah satu tokoh yang cukup fenomenal di zamannya.

Albrecht Dürer adalah seorang seniman dari Jerman yang lahir pada 21 Mei 1471 di Nuremberg. Ia merupakan anak ketiga dan anak kedua laki-laki dari 18 bersaudara. Ayahnya bernama Albrecht Dürer The Elder, sementara ibunya bernama Barbara Holper.

Ia dikenal sebagai seorang pelukis, seniman grafis dan seorang matematikawan Jerman pada masa-masa Renaisance. Ia juga dikenal memiliki hubungan yang baik dengan pelukis Italia seperti Leonardo Da vinci, Raphael dan Giovanni Bellini.

Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah teknik engraving (pahat). Sebagai seorang yang menguasai bidang matematika, ia tak hanya melukiskan sebuah objek dengan keindahan semata tetapi juga mempertimbangkan perspektif dan proporsi gambar secara tepat. 

Karya engraving-nya lebih terkesan gothic dibandingkan karyanya yang menggunakan media lainnya. Selain engraving, ia juga mahir melukis menggunakan media cat air, cat minyak bahkan kerajinan emas dan perak untuk membuat aksesori dan perabot rumah tangga lainnya, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Goldsmith (2).

KARIER


Dürer memang terlahir dalam keluarga seniman. Ayahnya merupakan seorang perajin emas dan perak yang cukup sukses. Ia membuat perabot makan atau aksesori yang banyak menghiasi rumah para bangsawan pada zamannya. Ayah Dürer sendiri sebenarnya bukan berasal dari Nuremberg, melainkan dari Ajtos. Maka jangan heran kalo ada yang mengenal Dürer dengan nama lain juga, yakni : Adalbert Ajtosi.

Tak hanya Ayahnya yang memiliki darah seni, kakaknya pun juga ada yang menjadi seorang seniman, bernama Hans Dürer. Sedangkan adiknya Endres Dürer mengikuti jejak sang Ayah menjadi perajin emas. Kakek Dürer, Anton Koberger juga memiliki darah seni. Ia bahkan dikenal juga sebagai seniman grafis yang cukup terkenal di masanya. Ia pernah mempublikasikan karya dalam bentuk buku yang di dalamnya berisi tentang desain ilustrasi yang ia gunakan dalam membuat engraving-nya. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1493 yang diberi judul Nuremberg Chronicles, berisi sekitar 1.809 ilustrasi.

Pada tahun 1490, Dürer bekerja pada Martin Schonganer, seorang ahli engraving di daerah Eropa bagian Utara. Sayangnya, dua tahun kemudian, Martin meninggal dunia. Setelah sepeninggalan Martin, Dürer melanjutkan studi engravingnya pada saudara Martin yang bernama, Paul Caspar dan juga seorang pelukis bernama Ludwig.

Pada tahun 1493, Dürer pergi ke Strasbourg dan belajar seni pada seorang pematung yang bernama Niklous Gerhaert. Di masa inilah untuk pertama kalinya Dürer menciptakan self potrait (3) dan ia kirimkan pada tunangannya, Agnes yang kala itu masih tinggal di Nuremberg. Tahun 1494 sampai dengan 1495, untuk pertama kalinya Dürer melakukan perjalanan ke wilayah Italia. Selama di Italia ia belajar membuat grafis dengan teknik drypoint (4) (Printmaking Intaglio).

Tahun 1495 ia kembali ke Nuremberg dan membuka workshopnya. Pada zaman itu, di wilayah Nuremberg, ada sebuah aturan yang mana jika ada seseorang yang ingin membuka workshop, ia harus sudah menikah. Saat itulah ia memutuskan menikah dengan tunangannya. Di masa ini karya-karya Dürer banyak dipengaruhi oleh gaya lukisan Italia. Mungkin karena perjalanannya ke Italia yang mempengaruhi gaya lukisnya.

Pada tahun 1505 ia mengunjungi Italia untuk kedua kalinya. Di masa inilah ia mulai membuat karya dengan menggunakan cat tempera yang ia aplikasikan di atas linen. Banyak karya yang ia ciptakan pada zaman ini yang digunakan untuk area altar. Salah satunya karya yang ia buat di gereja San Bartolomeo. Ada juga karya-karya botani yang ia simpan sebagai manuskrip.

Setelah dua tahun ia berada di Italia, ia kembali lagi ke Nuremberg, tepatnya pada tahun 1507. Kala itu reputasinya sudah sangat terkenal di daratan Eropa. Di masa ini, sekitar 1507 hingga 1511 ia mulai menciptakan karya-karya yang dianggap masterpiece. Di antarnya :

  • Adam And Eve (1507)
  • Martyrdom Of The Ten Thousand (1508)
  • Virgin With The Iris (1508)

Tahun 1511, ia juga mulai memproduksi Woodcut seriesnya : The Great Passion, The Life Of The Virgin, Apocalyse Series (kedua). Sementara di tahun 1513-1516 ia mulai membuat karya engraving yang dianggap cukup fenomenal, yakni : Knight, Death & The Devil (1513), St. Jerome In His Study, dan Melancholia 1 (1514) di mana saat itu bertepatan dengan meninggalnya Sang Ibunda, Barbara Holper. Melencolia I menjadi suatu karya yang cukup menarik perhatian dan diperdebatkan. Menurut beberapa pengamat, Melencolia I merupakan karya yang sarat akan intelektual Dürer.

Sejak tahun 1512, Maximilian I, seorang Raja dari kekaisaran Roma menjadi salah satu patron (5) Dürer. Meskipun dalam perjalanan hidupnya nanti, sang Raja terkadang tak mampu membayar Dürer secara finansial namun ia tetap diperlakukan sebagai seseorang yang terhormat. Itulah yang membuat Dürer tak merasa keberatan meskipun tak mendapatkan upah berupa uang. Salah satu karya yang ia ciptakan untuk Maximilian I adalah The Triumph Arch yang tersusun dari 192 block cetakan.

Pada masa ini Dürer juga berkenalan dengan Johaness Stabius yang merupakan seorang ahli astronomi di masa pemerintahan Maximilian I. Johaness menjadi perantara antara Maximilian I dengan Dürer, terutama yang berhubungan dengan pembayaran/uang. Bisa jadi Johaness lah yang membantu menyelesaikan permasalahan tentang keuangan ini. Bersama dengan Johaness, Dürer menciptakan peta dunia untuk pertama kalinya yang memiliki bentuk geometric sphere (6).

Memasuki tahun 1520 hingga tahun 1521, Dürer melakukan perjalanan ke Belanda. Ketika Maximilian I meninggal dunia, Dürer menyadari bahwasannya penglihatan dan tangannya tak lagi mampu berfungsi secara maksimal. Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama keluarganya mengunjungi beberapa tempat di wilayah Belanda. 

Ia menuju Cologne melalui Rhine, kemudian melanjutkan perjalanan ke Antwerp. Ia disambut hangat oleh orang-orang di wilayah ini, bahkan ia pun menjadi produktif berkarya menggunakan media charcoal dan chalk (kapur). Ia bahkan mencatat secara detail tentang karya-karyanya, siapa yang membeli karyanya bahkan harganya. Sangat jarang seorang seniman pada masanya mencatat secara lengkap tentang informasi karyanya.

Sebagai seorang matematikawan tentu kita tidak heran jika ia mencatat setiap informasi tersebut secara detail, apalagi tentang angka-angka yang diterimanya, hihihi.. Manuskrip inilah yang di zaman sekarang menjadi bukti autentik serta sumber sejarah bagi peradaban selanjutnya. Setelah menghabiskan satu tahun di Belanda, ia menyadari bahwa kesehatannya semakin memburuk dari waktu ke waktu. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke Nuremberg.

Pasca kembalinya dari perjalanan di wilayah Belanda, Dürer mulai produktif berkarya dengan tema-tema rohani. Walaupun di masa-masa ini tak banyak karya yang mampu ia ciptakan karena terbentur oleh kesehatan. Bahkan lukisan Salvator Mundi pun tak ia selesaikan. Jadi kita sekarang tahu mengapa lukisan Salvator Mundi berbeda dengan hasil karyanya yang lain. Karya-karya yang sempat ia buat di masa ini di antaranya : Madonna and a child (1526), The Four Apostle, dan Hieronymus Holtzschuker.

Meski di masa ini ia tak membuat banyak karya lukis, namun ia justru mempublikasikan buku yang “The Fours Book of Measurement”, “The Fours Book of Human’s Proportion” pada tahun 1928. Dalam buku-bukunya, Dürer seolah menyiratkan bahwasanya ia sangat mengagumi Dr. Martin Luther, bahkan ia berdoa dan berharap bisa bertemu dengan Dr. Martin dan mempersembahkan karya engravingnya sebagai bentuk rasa terima kasih sekaligus kekagumannya karena ia merasa terbantu saat melalui masa-masa sulitnya. Ia kemudian menghembuskan nafas terakhir di Nuremberg pada 6 April 1528.

KARYA ALBRECHT DÜRER


Kemampuannya dalam bidang matematika membuat ia memiliki keahlian di bidang proporsi dan perspektif. Pengetahuannya ini juga yang mampu membantu Leonardo Da Vinci dalam merumuskan beberapa pandangan tentang perspektif yang ia catat dalam manuskripnya. Nah sekarang mari kita pelajari bersama tentang karya-karya Albrecht Dürer.

MADONNA AND A CHILD ( HALLER MADONNA, 1496-1499)

Haller Madonna karya Albrecht Durer


Haller Madonna karya Albrecht Dürer merupakan lukisan cat minyak yang dilukis di atas panel dengan ukuran 40 x 50 cm. Dalam lukisan ini, tahun pembuatannya tidak bisa dipastikan kapan, akan tetapi karya ini diduga dibuat oleh Dürer sebelum tahun 1500 Masehi, kurun waktu antara tahun 1496 hingga 1499.

Lukisan ini merupakan gambaran bertema rohani tentang Bunda Maria dan Yesus ketika masih bayi, di mana badan Yesus digambarkan sangat atletik. Di bagian belakangnya ada sebuah jendela dengan gambar lanskap seolah terlihat seperti bingkai lukisan. Sementara bagian latar belakang temboknya terlihat tidak halus, seolah menandakan setting tempatnya berada dalam rumah yang sederhana, bukan rumah orang kaya.

Jika diperhatikan dengan saksama, bagian tangan mungil bayi yang digendong tersebut seolah mengeluarkan jari tengahnya. Saya tidak tahu apakah hal ini mengisyaratkan sesuatu hanya kebetulan semata, apalagi pada masa itu mungkin masyarakat tidak mengenal maksud dari tanda tersebut. Entah tanda itu memiliki makna atau tidak saya juga tidak tahu, hihihi.

Perhatikan juga tangan mungil yang sebelah kirinya. Ia seperti menyembunyikan sesuatu, semacam bola yang bercahaya. Apakah itu merupakan “globlus cruciger7” ? Menurut beberapa pengamat, sebenarnya bayi ini sedang memegang buah. Menurut kalangan Nasrani di wilayah Eropa pada zaman dulu, buah merupakan simbol dari dosa (buah kuldi) yang dibawa manusia sejak lahir. Buah yang membuat manusia pada akhirnya dikeluarkan dari surga, dan dikirim ke bumi ini. Jadi menurut pandangan mereka, manusia yang terlahir di dunia ini sudah memiliki “original sin”.

Jika diperhatikan juga, ekspresi wanita yang merupakan gambaran dari Bunda Maria, begitu terasa dingin namun sekaligus menyimpan kesedihan dan kekecewaan mendalam. Ia menatap kosong ke depan seolah ingin mengatakan sesuatu namun ia tahu akan konsekuensinya. Dan ia memilih untuk diam karena itu adalah perintah Allah SWT agar segala fitnah yang dia dapatkan saat itu, akan diselesaikan oleh Allah SWT sesuai dengan skenario dan kehendakNya.

Ilustrasi ini mengingatkan saya pada suatu kisah di dalam Surat Maryam di AlQuran ayat 16 hingga 24. Di mana Allah menceritakan tentang kisah Siti Maryam yang melahirkan Yesus dan difitnah oleh orang-orang yang di sekitarnya yang dianggap berzina. Allah memerintahkan Bunda Maria untuk tidak mengatakan apa-apa dan menyampaikan kepada orang yang bertanya kepadanya bahwa ia sedang berpuasa berbicara. Ekspresi kesedihan yang ada dalam lukisan tersebut seolah mengisyaratkan bahwa apa pun alasan yang akan dikemukakan oleh Siti Maryam, tidak akan membuat orang percaya kepadanya.

Dan dalam Surat Maryam pula, Allah SWT memberikan mukjizat kepada Yesus ketika beliau masih bayi untuk menyampaikan kebenaran tentang apa yang sedang dihadapi ibunya. Hal ini juga tersirat dari lukisan Dürer di mana sosok Yesus dalam lukisan tersebut sesungguhnya badannya nampak seperti orang yang sudah dewasa, namun secara bersamaan ia terlihat masih bayi. Interpretasi saya tentang ilustrasi ini, seolah Dürer mengatakan bahwa ada sosok dewasa (bijaksana) dalam tubuh si bayi ini. Ia juga mengatakan tentang kebenaran seperti yang tertuang dalam Surat Maryam ayat 34, namun tak satu pun orang yang mau mempercayainya.

Dan dari ilustrasi simbol yang terletak di bagian pojok bawah kanan dan kiri merupakan simbol dari keluarganya Koberger (kakek) dan Haller Von Hallerstein. Konon lukisan ini memang dipesan oleh sang Kakek yang akan diberikan kepada anak perempuannya (tantenya Dürer). Sementara bantal yang sedang diduduki dengan rumbai yang berwarna merah menyimbolkan darah pengorbanan Yesus.

LOT AND HIS DAUGHTERS

Luth As with His Daughters


Yang menarik dari lukisan ini adalah pada bagian dibalik panelnya terdapat lukisan yang bertemakan rohani juga, yaitu kisah Nabi Luth As bersama keluarganya yang sedang melakukan perjalanan. Lukisan ini gambaran Nabi Luth As dan putrinya yang keluar dari kota Sodom setelah diberitahukan oleh Malaikat bahwa kota tersebut akan diazab oleh Allah SWT. 

Dalam lukisan tersebut kita juga melihat adanya ledakan api yang berada di bagian lautan dan di sekitar tebing. Ini menandakan Allah mengazab semua wilayah kota Sodom. Mengapa tidak ada istrinya dalam lukisan tersebut ? Karena Istri Nabi Luth As berada di antara orang-orang yang dimurkai Allah SWT (bandel sih, gak mau denger peringatan ibunya !).

Mungkin kita bertanyea-tanyea, mengapa ada dua lukisan dalam satu panel. Konon katanya karya ini merupakan salah satu jenis seni diptych (8). Diptych berasal dari bahasa Yunani : di : dua ; ptyche “fold (dilipat)”. Artinya ada dua karya seni yang dijadikan satu dengan cara dilipat. [i] Kini kedua lukisan ini disimpan di National Gallery of Art, Washingtoon DC.

Bagi saya pribadi karya ini memberikan makna spiritual yang luar biasa. Di mana Dürer mengungkapkan kekuasaan Allah SWT dalam satu karya sekaligus. Ia seolah ingin mengatakan kepada dunia bahwa hanya Allah SWT yang berhak atas apa pun yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dia menjadi Tuhan yang selalu memberikan rahmatNya sekaligus Dia juga menjadi Tuhan yang mampu memberikan azab bagi umat manusia yang tidak mau mendengar peringatan berkali-kali.

Karya ini seolah mengingatkan kepada kita, “hey manusia, ada Yang Maha Kuasa atas dirimu, maka janganlah kamu ingkar dan melarikan diri dariNya. Banyaklah bersyukur maka Allah akan memberikan RahmatNya kepadamu.”

YOUNG HARE (1502)

Young Hare karya Albrecht Durer


Young Hare adalah karya yang membawa saya untuk mengupas kisah tentang Albrecht Dürer. Apalagi lukisan ini menjadi lukisan cat air yang dianggap masterpiece pada zamannya. Terutama tentang teknik detail yang digunakan oleh Dürer untuk menghidupkan objek ini dalam lukisannya.

Meski hanya satu objek dengan latar belakang yang cenderung minimalis, Dürer ingin membuktikan kelihaiannya dalam perspektif sekaligus kemampuannya dalam mengaplikasikan cat air dengan detail yang indah. Apalagi di masa itu, cat air belum menjadi media yang populer untuk berkarya lukis. Banyak orang yang menggunakan cat air hanya sebagai media sketsa sebelum diterapkan ke media panel atau kanvas.

Meskipun begitu, ragam detail yang diangkat oleh Dürer dalam karya ini mampu membangun perdebatan. Orang mulai memperbincangkan tentang bagaimana seorang Dürer mampu membuat karya dengan begitu detail dari objek Hare (trewelu) yang notabene merupakan hewan yang sangat aktif dan cepat. 

Jika karya itu dibuat di zaman sekarang, mungkin orang sudah tidak heran, karena banyak cara yang bisa digunakan untuk membantu melihat detailnya, seperti hasil foto. Sementara di masa Dürer itu kan belum ada kamera kayak sekarang, itu artinya Dürer menggunakan live model. Tapi apa iya bisa melukis Hare dengan ragam detail seperti itu, sementara Hare itu binatang yang pecicilan ?

Beberapa pendapat mengatakan bahwa bisa jadi Dürer melihat trewelu itu dari pantulan kaca jendelanya, sehingga si binatang tersebut tidak kabur saat dilukis karena ia tidak sadar sedang diperhatikan oleh manusia. Menurut beberapa orang sangat mustahil bagi Dürer untuk bisa melukis secara langsung trewelu tanpa media pembantunya. Jadi mana yang benar ? Hmm... Biarlah kebenaran ini menjadi rahasia Dürer ya ? Hihihi.. [ii]

Hare atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan trewelu ini berbeda dengan rabbit atau kelinci ya. Karena Hare ini bisa berlari lebih cepat dibandingkan kelinci, lagi pula bagian telinga hare lebih panjang daripada kelinci. Yang pasti mereka berdua ini masih keluarga lah ya, tapi beda ciri fisik aja. hehe..

THE FOUR APOSTLE (1526)

The Four Apostles


The Four Apostle adalah lukisan yang dibuat oleh Dürer sekitar tahun 1526. Lukisan ini menjadi karya terakhir Dürer yang dengan media yang cukup besar. Ukuran lukisan mencapai 76 cm x 215 cm yang menggunakan media cat minyak di atas panel. Tadinya saya pikir lukisan ini tuh satu, eh tapi ternyata dua lukisan.

Karya ini dilukis pada masa reformasi, sekitar tahun 1517, serta memiliki pengaruh luar biasa bagi Jerman. Karena menurut masyarakat Jerman, terutama yang beragama Protestan, lukisan ini menjadi ikon yang sangat kontradiktif dengan kalimullah (The Words Of God). Orang-orang Protestan pada zaman itu tidak mau membiayai lukisan-lukisan yang dianggap suci. Oleh sebab itu, pelukis seperti Dürer yang melukis tema-tema rohani harus tetap mencari penghasilan sendiri agar bisa tetap berkarya.

Ketika Dürer kembali ke Nuremberg di masa terakhirnya, ia banyak menghasilkan lukisan yang cukup fenomenal termasuk beberapa karya self potraitnya. Dalam lukisan tersebut ada 4 orang objek yang dianggap sebagai manusia suci (saint/wali) pada zamannya. Di sebelah kiri panel, ada St. John dan St. Peter, sementara pada bagian sebelah kanan panel ada St. Mark dan St. Paul. St. Mark dan St. Paul keduanya hanya memegang kitab. Sementara yang lain tidak ada yang memegang kunci dan kertas yang digulung.

Karakter para pendeta ini bisa dikenali dari simbol yang dipegangnya :

  • St. John the Evenngelist >> membuka buku yang diartikan sebagai seorang yang memiliki karakter Sanguine.
  • St. Peter >> memegang kunci yang diartikan sebagai seseorang yang memiliki karakter Phlegmatis.
  • St. Mark >> ekspresinya sama seperti ketika seseorang memutar bola matanya yang mengartikan ia memiliki karakter Choleric.
  • St. Paul >> memegang pedang dan buku yang ditutup dengan ekspresi mata melirik ke samping diartikan sebagai seseorang yang memiliki karakter Melancholy. [ii]

Banyak aspek yang ada dalam lukisan ini menjadi bukti yang sangat berarti bagi pergerakan reformasi di masa itu. Itulah sebabnya lukisan ini dianggap sangat penting dan menjadi simbol perubahan. Lukisan ini banyak menjadi perdebatan dan spekulasi tentang makna atau niatan mengapa lukisan ini dibuat. 

Namun banyak juga yang meyakini bahwa lukisan ini hanya sebagai salah satu legacy (9) yang ditinggalkan oleh Dürer dan dianggap memiliki value (nilai) dan sesuai pada masanya. Meskipun lukisan ini bernama The Four Apostle namun sebenarnya media panel yang digunakan juga terpisah. Masing-masing panel memiliki dua objek.

Saya tidak akan membahas lukisan ini berdasarkan sejarah dan latar belakang saat kejadian, karena sejujurnya saya tidak begitu memahami konteksnya. Sebagai orang awam, saat menikmati lukisan saya hanya mengobservasi emosi yang saya tangkap dari objeknya saja. Dan interpretasi ini tidak mewakili siapa pun dan apa pun ya ? kecuali pikiran saya aja ! Karena pasti setiap dari kita memiliki perspektif yang berbeda. 

  • St. John yang membuka buku dengan jubah berwarna merah dengan garis pinggir berwarna yellow ochre/gold dan baju warna sap green. Salah satu posisi kakinya mengarah ke luar, seolah ingin meninggalkan tempat tersebut. Ia membuka kitab dengan ekspresi serius dan membacanya. Bisa jadi hal ini mencerminkan ia merupakan orang yang memiliki rasa penasaran yang dalam dan tinggi terhadap suatu pengetahuan. Ia mencoba mencari apa pun yang ingin diketahuinya, biasanya mereka ini adalah orang-orang yang serius dan pencari ilmu. (Sok tahu Va !)
  • St. Peter, seseorang yang berdiri di dekat St. John, ia nampak sedang memegang kunci yang cukup besar dalam keadaan wajahnya tertunduk ke bawah. Kalo diperhatikan, sebenarnya matanya tak tertuju pada buku yang sedang dibuka oleh St. John. Ia sepertinya menjadi sosok yang sebenarnya justru sudah memahami apa pun yang sedang dicari oleh St. John. St. Peter ini ibarat seseorang yang bijaksana dan banyak memiliki pengetahuan sebagai kunci kehidupan. Ia itu ibarat seorang wali yang mengetahui banyak sesuatu namun tidak banyak ngomong karena takut sama Allah SWT. Ibarat peribahasa, St. Peter ini diumpamakan pohon padi, yang makin berisi, makin menunduk. Hihihi..
  • Lanjut ke panel sebelahnya, ada St. Mark. Jika kita perhatikan, tangan sebelah kirinya memegang lembaran kertas yang digulung-gulung berwarna putih. Sementara matanya menatap ke arah samping namun terlihat seperti ekspresi orang yang “denial”. Di mata saya, dia tuh semacam orang yang sebenarnya sudah mendapatkan sebuah jawaban / pengetahuan yang ia cari, namun di saat bersamaan ia tidak mau menerimanya juga. Bedanya sama St. John, kalo ia justru mencoba memahami dan mempelajarinya dengan serius, sementara St. Mark ini seperti orang yang gak mau terima kenyataan, ia tuh ibaratnya punya kecenderungan berpikir _“pasti bukan yang ini jawabannya !”.
  • St. Paul ini seperti orang-orang yang memiliki Fixed Mindset. Kalo dia sudah menemukan kebenaran versinya, maka ia akan menjaga kebenaran itu dan tidak toleransi terhadap apa pun yang merusak kebenaran itu. Makanya ekspresinya pun seperti gaya orang-orang yang curigaan sama pendapat orang. Sangat berkebalikan sama St. Mark. Hihihi.. Kebanyakan dari kita kan memang begitu, kita akan menjadi berani berperang sama siapa pun jika ada orang yang berusaha mengusik kebenaran yang kita yakini. Dan menurut saya, sorot matanya itu seolah sedang menegaskan, “apa pun yang kalian katakan, jika sampai mengusik kebenaranku, maka jangan sampai menyesal ! Awas ya !”

Itu adalah ulasan perspektif yang saya tangkap dari objek lukisan tersebut. Soal kebenarannya, kan hanya Allah SWT yang tahu. Hehehe... dan salah satu daya tarik lukisan itu memang seperti itu ya ? Kadang kita tak selalu sepakat dengan orang lain soal interpretasi. Bahkan mungkin saat pelukisnya membuat karya tersebut, konsepnya sendiri gak si rumit ulasan yang saya beberkan, hahaha..

Karya ini juga menjadi bukti bahwasannya seni dan psikologi ada dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karena keduanya menjadi elemen penting dalam pembuatan sebuah karya. Maka tidak heran jika pendahulu kita selalu mengajarkan tentang cipta, rasa dan karsa. Kemauan atau tekad seseorang akan mampu menciptakan sebuah karya yang luar biasa apabila dilandasi dengan rasa (yang berhubungan dengan hati dan psikologi manusia).

MELENCOLIA I

Melencolia I karya Albrecht Durer


Melencolia 1 adalah karya engraving (pahatan) dengan ukuran 24 cm x 18.8 cm karya Albrecht Dürer di tahun 1514. Objek utama dari karya ini adalah seorang wanita yang duduk sambil memangku tangan, serta memiliki sayap sebagai simbol seseorang yang memiliki karakter melancholia atau melankolis.

Pada karya ini, Dürer menggunakan banyak simbol yang ia gunakan untuk menginterpretasikan idenya. Dari mulai perkakas yang merupakan peralatan yang cukup lekat dengan dunianya hingga numerologi yang menjadi salah satu keahliannya juga. Tak hanya itu ada sebuah tangga, binatang kelelawar dengan tulisan melencolia, pengukur waktu yang terbuat dari pasir, timbangan, bahkan seekor binatang yang tertelungkup dengan badan yang nampak kurus kering.

Meskipun karya ini terlihat seperti dekoratif semata, namun Dürer ini selalu membuat karya yang memiliki interpretasi yang definitif. Beberapa pengamat mengatakan bahwa karya ini menghubungkan karakter melankolia dalam ranah kreativitas.

Seorang wanita yang menjadi objek utama dalam karya ini, diisyaratkan sebagai Muse yaitu seorang Dewi yang dalam mitologi Yunani mampu menguasai pengetahuan, sastra, dan seni. Muse dianggap sebagai dewi yang bisa memberikan sumber pengetahuan yang berhubungan dengan puisi, lirik lagu, dan mitos. Nah, Muse dalam karya Dürer ini sepertinya sedang galau menanti sebuah inspirasi namun ia memiliki ketakutan tidak mendapatkannya. Bisa dibayangkan, seorang “muse” yang kita jadikan sebagai inspirasi berkarya justru dilanda galau, ini sudah pasti pertanda buruk, yekan ?

Menurut seorang ahli sejarah tentang seni, Erwin Panofsky, ia mengatakan bahwa Melencolia I Karya Dürer merupakan sebuah representasi pertama di mana konsep “melankolis” yang diterapkan dalam cerita rakyat yang bersifat ilmiah dan pseudo-ilmiah (10) dibawa ke dalam dunia seni. Dan dikembangkan ke seluruh benua Eropa dan berlangsung selama lebih dari tiga abad. [iv]

Sesuai dengan judul lukisannya, objek dalam karyanya ini adalah seorang wanita yang sedang merasa galau/melankolis tentang apa yang akan dikerjakannya. Padahal di sekitarnya begitu banyak barang yang bisa ia manfaatkan untuk membuat sesuatu/karya. Meskipun ia memiliki peralatan dan kemampuan, namun ia masih overthinking (11). Suatu kondisi yang sering dihadapi oleh masyarakat kita sekarang. Tuhan telah menganugerahkan banyak hal di hadapan kita, namun kita tidak memanfaatkannya dan malah tenggelam dalam kegalauan panjang.

Melencolia I adalah karya yang mendeskripsikan tentang karakter manusia yang dipengaruhi oleh moodnya. Biasanya ciri yang paling menonjol dari karakter ini adalah mereka terlihat sangat depresif. Kayaknya tuh mereka masih dilanda bingung mau ngapain, padahal sebenarnya hal yang dibutuhkan sudah ada di hadapan kita. Saya jadi ingat tentang Seneca dalam bukunya tentang How To Die yang mengatakan bahwa manusia itu terkadang masih menginginkan sesuatu yang sebenarnya tidak dia butuhkan. Tetapi ia justru mengabaikan apa yang telah dimilikinya. Hayo.. ! Kalian kayak gitu juga gak ?

Sama seperti yang tersirat dari wanita yang dianggap sebagai Muse ini. Ia memiliki banyak kemampuan dan peralatan, tetapi ia mengabaikan waktu hanya karena menunggu mood atau motivasi yang datang menyambangi. Karya ini seolah mengatakan kepada kita tentang kekuatan pikiran manusia itu sendiri.

Seberapa pun keahlian yang kita kuasai, banyaknya jenis peralatan yang telah kita miliki, jika pikiran kita tidak tenang, maka yang terjadi adalah kita tidak akan melakukan apa-apa sama sekali. Kita justru menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tak berguna dan tak bermanfaat sama sekali.

Karya ini juga dibuat di masa ketika Dürer kehilangan sang Ibu. Mungkin karya ini juga menjadi representasi tentang apa yang dirasakannya kala itu. Meskipun ia memiliki peralatan yang lengkap, keahlian dan kemampuan yang luar biasa, namun di masa ini ia sedang dilanda kegalauan yang luar biasa sehingga ia mengalami gangguan depresi dan tidak ingin mengerjakan apa pun sama sekali ? 

Apakah kalian pernah mengalami ini ? Saya pernah ! And that's okey ! Terkadang memang kita berada dalam fase yang tidak baik-baik saja. Apabila ada dalam fase seperti ini, ingatlah untuk terus bertahan. Tak masalah memberi waktu pada diri kita untuk diam dan mengenali serta merasakan sakit, namun berikanlah waktu pada jiwa kita untuk pulih dan bangkit kembali. 

WHAT DO WE LEARN ?


Awal saya membuat tulisan ini, sebenarnya saya gak yakin apakah ada pelajaran yang saya dapatkan dari beliau ini. Tetapi setelah membahas tentang Melencolia I, saya seperti merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Dürer. Sejujurnya, beberapa waktu yang lalu pun saya mengalami kegalauan yang luar biasa, hingga membuat pikiran saya jadi ambyar. Alhamdulillah ! saya bisa melewati masa ini dan mulai membangun diri kembali.

Ada pun beberapa poin yang bisa saya ambil pelajaran dari pelukis yang satu ini, antara lain :

  • Dari The Four Appostle saya belajar bahwa setiap manusia itu memiliki perangai dan karakter pribadi masing-masing, meskipun mereka adalah orang-orang berilmu sekalipun. Tak semua orang berilmu itu mampu menjadi orang yang bijaksana. Dan belum tentu juga orang yang berilmu itu selalu memberikan respons seperti dugaan kita. Ada orang-orang yang memiliki ilmu namun sebenarnya mengingkari keilmuannya, ada orang yang berilmu dan tidak suka dikritik atau menerima masukan orang lain, ada juga orang yang tak pernah berhenti belajar meskipun ia telah mengetahui banyak hal. Ada juga orang yang sangat berilmu tinggi namun tidak banyak ngomong, kecuali seperlunya saja, dan itulah orang bijaksana.
  • Dari Haller Madonna saya belajar bahwasannya terkadang “ sikap diam itu emas” untuk menghadapi fitnah dunia. Semakin kita bisa belajar diam, semakin mudah masalah yang kita hadapi terselesaikan. Jadi memang penting belajar diam agar kehidupan kita menenangkan.
  • Dari Melencolia I saya belajar bahwa dalam berbuat sesuatu atau menciptakan sesuatu, faktor terpenting lainnya adalah “kemauan” atau “motivasi”. Jangan menunggu motivasi yang datangnya dari luar diri kita, karena yang terjadi justru kita tidak akan melakukan apa-apa. Gunakan motivasi dari diri sendiri untuk melakukan apa pun semampu kita karena Tuhan pun tidak membebankan sesuatu kepada hambaNya melebihi kapasitas yang ia miliki.

Dari Dürer secara keseluruhan saya belajar, bahwa manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Ingat tentang Cipta, Rasa dan Karsa ? Bahwa manusia itu akan mampu menciptakan sesuatu jika ia memiliki kemauan dan melibatkan niat tulus dan ikhlas. Itulah karya masterpiece manusia. Alhamdulillah !

Jangan menggantungkan pengakuan atau validasi dari orang lain, karena hal itu hanya membuatmu membuang waktu menunggu. Tetapi dengan apapun yang telah Allah sediakan dihadapanmu, manfaatkanlah sebaik-baiknya untuk kebaikan, itulah ibadah. Dan ingatlah bahwa hakikatnya nama seni itu berarti persembahan manusia pada Allah, maka bersyukurlah atas apa yang telah Tuhan limpahkan kepadamu dan berkaryalah sesuai dengan kemampuan yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu.

Notes :

  1. Bulan cat air.
  2. Perajin emas dan perak untuk membuat berbagai macam perabot dan ornamen.
  3. Lukisan potret diri sendiri.
  4. Teknik cetak dengan prinsip penggoresan gambar ke atas permukaan block.
  5. Penyokong dana/ yang membawahi Dürer atau yang membiayai.
  6. Berbentuk bulat namun di dalamnya memiliki sisi-sisi yang geometris.
  7. Bola dan tanda salib yang sering dijadikan simbol sebagai dunia yang telah ditakhllukan oleh Yesus.
  8. Karya seni yang menggabungkan dua karya dalam satu kesatuan. Biasanya karya tersebut digabungkan menggunakan engsel.
  9. Karya peninggalan.
  10. Ilmu pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang dianggap sebagai ilmiah tetapi tidak mengikuti atau pun tidak sesuai dengan metode ilmiah yang semestinya.
  11. Berpikir secara terus menerus tentang hal yang negatif.

DAFTAR PUSTAKA :

Post a Comment

0 Comments