SEJARAH CAT AIR

Sejarah Cat Air


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | SEJARAH CAT AIR

Saat masih sekolah dasar zaman dulu, alat lukis yang pertama kali saya coba adalah cat air. Masalahnya tuh, warna pigmennya bukan berasal dari cat air yang pada umumnya, tetapi berasal dari pewarna makanan. Nah, kalau orang Banyuwangi menyebutnya tuh dengan nama, Sumbo. Hihihi.. Yes dulu kami melukis dengan menggunakan sumbo gaes ! Berhubung referensi saya tentang cat air sudah lebih banyak macamnya, yuk kita mulai bahasannya ! Hehehe..

SEJARAH CAT AIR


Cat air atau dalam bahasa Inggris kita menyebutnya dengan nama Watercolor, sementara dalam bahasa Prancis kita menyebutnya dengan nama Aquarelle adalah metode dalam melukis yang menggunakan pigmen warna dengan media air sebagai pencampurnya.

Istilah watercolor ini bisa digunakan dalam dua konteks. Yang pertama hasil dari lukisannya disebut dengan watercolor paint, sementara sebutan itu juga berlaku untuk media yang digunakannya juga.

Cat air ini adalah jenis seni lukis yang sangat klasik atau dianggap kuno lah. Karena kemunculannya cukup lama banget ternyata. Walaupun kebanyakan lukisan klasik menggunakan cat minyak, namun keberadaan cat air ini tergolong sangat lama banget.

Seni cat air telah lama ada sejak manusia masih tinggal di gua-gua. Lukisan di dinding gua merupakan bukti paling sederhana tentang keberadaan cat ini. Lukisan terlama diduga telah dibuat pada zaman palaetikum di daerah Eropa. 

Teknisnya masih sederhana banget, pada saat itu manusia gua mencampur tanah merah dan air sebagai media lukis. Objek yang mereka lukis adalah para pemburu dan hewan buruannya. Hal ini dilakukan sebagai penanda tentang keberadaan mereka. Dan dari sini pula lah manusia zaman sekarang bisa belajar tentang sejarah mereka. [i]

ASAL USUL CAT AIR


Sejarah lukisan cat air pertama kali berkembang pesat di Tiongkok setelah di masa itu ditemukan kertas untuk pertama kalinya. Sekitar tahun 1000 masehi. Pada abad ke 12 Bangsa Moor (1) memperkenalkan kertas ke Spanyol. Lalu kemudian ia menyebar ke wilayah Italia.

Pabrik kertas tertua di dunia justru terletak di Fabriano, Italia. Pabrik ini dibangun pada tahun 1276. Sementara di Prancis dibangun juga pabrik kertas untuk pertama kalinya yaitu Arches pada tahun 1492. Para pelukis watercolor mungkin sudah tidak asing dengan kedua nama tersebut. Karena di Indonesia banyak pelukis cat air yang menggunakan produksi kertas tersebut, sekalipun harganya bisa dibilang tidak murah. Hahaha.. Bahkan satu lembar kertas Arches dengan ukuran kurang lebih 56 x 76 cm saja, harganya bisa mencapai sekitar Rp. 50.000 dengan ketebalan 185 gsm. Itu pun harga beberapa tahun yang lalu. Hihihi..

Lukisan cat air tertua di atas kertas yang pernah ditemukan adalah karya dari Raffaello Santi (2). Saat itu ia mendesain kartun yang akan digunakan untuk corak pada gorden. Sementara di Jerman, ada Albrecht Durer yang membuat karya dengan menggunakan cat air dan memberinya judul A Young Hare, tahun 1502.

Albrech Durer adalah seorang pelukis yang banyak membuat ilustrasi botani, kehidupan alam liar, dan landscape menggunakan cat air. Pada zaman Baroque, cat air hanya digunakan untuk membuat sketsa dan ilustrasi yang digunakan sebagai prototipe sebelumnya akhirnya karya tersebut dibuat di atas kanvas atau media lainnya. Para seniman menggunakan cat air untuk sketsa karena memiliki warna yang bisa dijadikan sebagai patokan/gambaran sebelum melukis di atas media yang sesungguhnya.

Di akhir abad 18 seorang pendeta dari Inggris raya yang bernama William Giplin menulis sebuah series perjalanannya ke dalam sebuah buku yang kemudian menjadi sangat populer. Ia berkisah tentang kunjungannya ke daerah pedesaan di Inggris. Dan untuk melengkapi ceritanya, ia menyertakan sebuah ilustrasi yang memanfaatkan cat air di dalamnya. Hal ini kemudian menjadi momen berkembangnya era Personal Tourist Journal (Jurnal Pribadi Pelancong). [ii]

Di masa sekarang istilah tersebut mungkin dikenal dengan sebutan “Urban Sketcher”, di mana para seniman melukiskan ilustrasi yang ia temui dengan menggunakan cat air. Anak-anak yang suka journaling juga paham banget akan hal ini, pasti ! Soalnya banyak dari jurnal mereka yang menyertakan ilustrasi sebagai pelengkapnya. Hehehe..

Dari sinilah kemudian, banyak para seniman watercolor yang dilibatkan dalam perjalanan ekspedisi yang berhubungan dengan arkeologi maupun geologi. Apalagi kan zaman dulu belum ada kamera kayak sekarang ya ? Jadi mereka memanfaatkan manuskrip ilustrasi untuk belajar dan memperdalam penemuannya.

Jadi jangan heran kalo kita banyak menemukan ilustrasi di buku kuno dengan menghadirkan karya-karya watercolor. Eh zaman sekarang juga masih ada sih, walaupun mungkin banyak juga para seniman yang membuat ilustrasi menggunakan peralatan digital langsung, seperti Ipad.

Balik lagi ke sejarah kuno ! Sekolah pertama untuk belajar khusus tentang cat air didirikan oleh Hans Bol. Karena saat itu belum begitu banyak pelukis cat air yang cukup terkenal, maka di sekolah Hans Bol (1534 - 1593), para murid diajarkan membuat lukisan yang dipengaruhi oleh karya Durer. Seiring berjalannya waktu, maka banyak pelukis cat air yang mulai bermunculan, di antaranya ada Van Dyck, Thomas Gainsborough dan Johns Constable. Yang paling terkenal adalah Paul Sandby yang dianggap sebagai bapak Lukisan cat air Inggris Raya.

Pada zaman dulu kala, cat air banyak digunakan justru dengan teknik Fresko. Yaitu sebuah teknik melukis pada permukaan dinding dengan menimpakan pigmen pada plaster yang baru dilapisi. Kini cat air lebih banyak diterapkan di kertas khusus. Zaman dulu mereka tidak hanya menggunakannya di kertas tetapi juga di dinding. Biasanya sih menggunakan tempera, tapi ada juga yang menggunakan watercolor.

Di daratan Eropa, watercolor sepertinya memang kurang terkenal. Justru banyak pelukis yang menggunakan Gouache karena dinilai memiliki warna yang lebih solid dibandingkan cat air yang cenderung transparan. Marco Ricci dan Francesco Zuccarelli adalah seniman Italia yang menggunakan Gouache sebagai media lukisnya.

Namun di Inggris, lain ceritanya. Hehehe.. Setidaknya ada tiga seniman cat air di Inggris yang dianggap sebagai pembawa pembaharuan terhadap dunia cat air. Hihihi..

Ada Paul Sandby (1730-1809) yang bahkan dijuluki sebagai “Father Of The English Watercolor”, Thomas Girtin (1775-1802) yang merupakan pioner membuat lukisan cat air dengan ukuran yang cukup besar dan menggunakan gaya Picturesque. (3) Yang terakhir ada Joseph Mallord William Turner (1775-1851), yang membawa cat air ke another level. Ia menciptakan ratusan karya berupa cerita bersejarah, arsitektur dan juga ilustrasi yang menggambarkan mitologi dengan layer-layer warna yang luar biasa. Teknik Washes (4) yang digunakannya membuat dia bisa melukis cat air dengan ukuran besar namun tetap efisien.

Dari sini kemudian cat air berkembang seperti sekarang ini bahkan hingga ke Indonesia. Meskipun jarang kita jumpai lukisan cat air dengan ukuran besar, namun sebenarnya tetap ada kok di Indonesia. Agak segmented (5) memang, karena bahan materialnya sendiri cukup mahal. Apalagi kalo kita melukisnya pake cat yang kualitasnya oke. Harga cat sejenis Rembrandt yang ukuran 20 ml saja bisa mencapai Rp. 200.000/tube. Hahaha.. mahal bingits ya ? Tapi wajarlah, hasil warnanya juga cukup memukau mata.

Sekarang pun cat air tetap menjadi primadona kok ya ? Walaupun seniman cat air di Indonesia kalah tenar dengan seniman cat minyak atau cat akrilik. Tapi tetap saja cat air selalu memiliki peminat tersendiri.

Saya pun belakangan ini juga lebih menyukai eksperimen dengan cat air karena lebih seru untuk di eksplorasi. Hahaha.. plus kan kuasnya mudah dibersihkan juga, serta catnya gak bau tajam kayak cat minyak. Jadi lebih aman kalo digunakan untuk melukis di dalam ruangan. Hehehe..

Jadi walaupun zaman dahulu belum banyak pilihan warna seperti sekarang, namun ternyata banyak pelukis yang menggunakan warna-warna dari alam. Warna-warna inilah yang nantinya akan menjadi patokan untuk terciptanya warna sintetis seperti saat ini. 

BAHAN MATERIAL CAT AIR


Setelah kita belajar sedikit tentang asal usulnya, sekarang kita belajar tentang materialnya. Sebenarnya cat air ini terbuat dari apa saja sih ? Soalnya nih ya ? Cat air dalam tube itu terlihat lebih berminyak, tapi bukan minyak. (eh gimana sih ?) Ia terikat oleh binder yang berbentuk menyerupai minyak. Akan tetapi apabila kita tambahkan catnya dengan air, maka cairan minyak tersebut akan ikut larut dalam air. Penasaran kan, sama jenis minyaknya ?

Owh iya kondisi ini gak berlaku pada cat air yang berbentuk cake (half pans) ya ? Biasanya yang berbentuk kotak-kotak kayak eye shadow make up itu terlihat lebih kering daripada yang ada dalam tube. Umumnya pelukis cat air yang berkarya dengan ukuran kertas jumbo, lebih memilih yang model tubes dibandingkan yang halfpans. Mungkin biar mudah digunakan dan bisa memperkirakan berapa banyak jumlah yang harus dilarutkan dengan air ya ? Soalnya yang model halfpan kan lebih susah alias ribet kalo dicampurkan dalam jumlah banyak.

“it consists of mixture of pigmen, binders, such as gum arabic and humectants such as glycerin, which together with other components, allow the color pigmen to join and form the paint paste, which we know as watercolor.” - Viscarra, Alenjandra. How To Paint In Watercolor From The Beginning (p.47). Kindle Edition [iii]

Jadi kalo menurut Alejandra. Watercolor itu dibuat dari pigmen warna (yang banyak macamnya itu) ditambahkan dengan Gum Arabic sebagai bindernya (bahan pengikat pigmenasi) dan juga Glycerin yang berfungsi sebagai humektan (6). Dengan adanya humektan, maka cat akan tetap memiliki kelembapan dalam jangka panjang meskipun kita simpan dalam waktu yang lama.

Selain menggunakan Glycerin, bisa juga memanfaatkan humektan seperti Ox Gall dan madu agar kelembapan catnya tetap terjaga. Hal ini juga berfungsi untuk menjaga kualitas kekentalan cat, ketahanan pigmen warnanya serta penguapan air saat diterapkan di atas kertas. [iv]

Pada abad 16 sampai abad 18, binder watercolor terbuat dari gula atau lem yang transparan. Namun pada abad ke 19, penggunaan binder beralih pada gum arabic dan glycerin atau madu.

“Waduh, kalo ditambahin telur, tepung, margarin, pengembang bisa jadi kue dah tuh. Hihihi... “

Wah ternyata, bahan material yang saya sangka sebagai minyak tersebut adalah Gum Arabic ya ? Ia menjadi binder atau bahan material yang bersifat mengikat sehingga pigmen warnanya bisa menyatu dan tercampur dengan sempurna. Hihihi..

So, kalau misalnya kita punya watercolor dalam tube, trus minyaknya pada ngumpul di bagian ujungnya saat kita membuka tutupnya, jangan langsung dibuang semuanya. Karena cairan itu bisa membantu pigmen warnanya tetap lembab dan tidak mengering.

Tahun 2014, brand Golden, yairu perusahaan cat yang ada di Amerika menciptakan standart baru untuk Watercolor dengan memanfaatkan Aquazol (7) sebagai bindernya. Standart ini disebut dengan QoR (Quality Of Result) watercolors. Ada tiga warna primer yang diciptakan dengan menggunakan Aquazol sebagai binder. Dari ketiga warna ini, nantinya bisa diciptakan turunan warna lainnya. Ketiga warna tersebut adalah : Hansa yellow, Phthalo blue dan Quinacridone (PV 122).

Cat Air adalah rekomendasi cat yang aman untuk pernafasan juga ramah lingkungan. Apalagi jika kita menggunakan cat air yang memiliki Artist Quality (Kualitas terbaiknya) di mana material yang digunakan pun pasti yang terbaik. Namanya yang terbaik, terkadang memang lebih mahal harganya. Hehehe.. Tapi sepadan lah !

Notes :

  1. Moor atau Moro adalah umat muslim dari zaman pertengahan yang tinggal di Al-Andalus (Semenanjung Iiberia termasuk di antaranya Bangsa Spanyol dan Portugis di zaman sekarang).
  2. Pelukis dan arsitektur dari Firenze, Italia (6 April 1483 – 6 April 1520).
  3. Estetika ideal yang diperkenalkan di Inggris pada tahun 1782 oleh William Gilpin dalam bukunya Observation on the River Wye, and Several Parts Of South Wales, etc. Sebuah buku panduan perjalanan bagai para treaveler di Inggris.
  4. Flat wash.
  5. Pasar tertentu.
  6. Bahan material yang membuat suatu materi akan tetap moist, memiliki kelembapan tertentu.
  7. Aquazol yang disebut juga dengan PEOX atau PetOX adalah resin sintetis yang non toxic dan ramah lingkungan.

Daftar Pustaka :



Post a Comment

0 Comments