TARI TOPENG, FILOSOFI HIDUP MANUSIA DAN PERSONANYA !

TARI TOPENG, FILOSOFI HIDUP TENTANG MANUSIA DAN PERSONANYA !


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | TARI TOPENG, FILOSOFI HIDUP MANUSIA DAN PERSONANYA !

Baru-baru ini saya banyak belajar tentang tari Topeng dari beberapa wilayah di Indonesia. Dan yang menarik adalah ketika saya belajar tentang Tari Topeng Panca Bali, yang merupakan sendratari dari Pulau Dewata dengan segala macam karakternya.

TARI TOPENG, FILOSOFI HIDUP MANUSIA DAN PERSONANYA !


Kekayaan seni dan budaya di Indonesia memang bukan main-main. Bahkan dari satu jenis tarian yang memiliki konsep sama, mampu melahirkan sejarah dan jenis tarian yang berbeda.

Belakangan ini saya memang disibukkan dengan membuat riset tentang seni tari yang ada di Indonesia. Dari sekian banyak jenis tari, saya tertarik untuk membahas Tari Topeng. Tari Topeng adalah jenis tarian yang mampu berkembang di berbagai wilayah di Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing.

Ciri khas ini bisa dilihat dari kostum, gerakan tari, aksesori bahkan sejarah yang digunakan dalam mengenalkam tari topeng.

SEJARAH TARI TOPENG

Tari topeng


Dalam beberapa artikel dan riset yang saya dapatkan. Tari Topeng pada masa kemunculannya justru berasal dari daerah Jawa Timur, terutama pada masa pemerintahan Raja Jenggala di abad 10 hingga ke 16. (Batiqa, Makna Tersembunyi Di Balik Tari Topeng Cirebon. Batiqa.com)

Penyebaran tari topeng dilakukan oleh para seniman jalanan sebagai bagian dari media berekspresi, sekaligus cara mereka untuk berdialog tentang keresahannya dengan masyarakat sekitar melalui karya seni.

Dalam setiap karakter yang ada pada tari topeng memiliki makna dan filosofi tertentu sesuai dengan budaya, letak geografi dan latar belakang daerahnya masing-masing. Meskipun secara konsep, tari topeng di berbagai daerah memiliki kesamaan, namun cerita yang disampaikan dalam tarian tersebut berbeda-beda.

Bermula pada masa pemerintahan Raja Jenggala di abad ke 10 hingga 16, Tari Topeng menjadi kesenian yang dianggap sakral dan mistis. Meski saat ini Tari Topeng menjadi identitas budaya pada masyarakat Cirebon dan sekitarnya, tetapi sebenarnya tari ini justru malah tumbuh dan berkembang di Jawa Timur hingga akhirnya berkembang di berbagai daerah di Nusantara. 

Penyebaran tari topeng tidak hanya berhenti di Pulau Jawa, tetapi juga menyebrang hingga ke Pulau Dewata. Dalam Prasasti Blantih (1059 Masehi) telah mengungkapkan penggunaan topeng sebagai properti yang digunakan untuk menari.

Hal ini diperkuat lagi dalam Prasasti Ularan Plasraya (1460-1550) di mana pada masa ini area Gelgel di pimpin oleh Dalem Waturenggong mampu menakhlukkan Kerajaan Blambangan. Dalam penakhlukkan ini ada beberapa barang yang dibawa sebagai hasil rampasan perang. Salah satunya terdapat satu peti yang berisi topeng.

Dari kisah ini kita bisa membayangkan jika di abad 10, tari topeng memang sudah tersebar di mana-mana. Hal ini bisa kita lihat dari Prasasti Blantih di tahun 1059 Masehi. Di mana topeng sudah digunakan sebagai properti menari. 

JENIS-JENIS TARI TOPENG


Membahas jenis tari topeng itu sangat banyak sekali. Karena dalam setiap daerah bisa lahir berbagai macam jenis dan karakter. Di antaranya ada :

TARI TOPENG CIREBON

Tari Topeng Cirebon


Yang paling terkenal dan remarkable adalah tari topeng Cirebon. Di mana dalam setiap penampilannya di bagi beberapa babak dengan menampilkan karakter topeng yang berbeda-beda.

Ada beberapa karakter topeng yang ditampilkan dalam pertunjukkan. Kelima karakter ini juga memiliki gerak tari yang berbeda sesuai dengan karakternya masing-masing :

  • TOPENG PANJI : Adalah jenis topeng yang dijadikan simbol sebagai manusia yang bersih atau masih suci layaknya bayi yang baru dilahirkan. Oleh sebab itu, warna topengnya pun di dominasi warna putih.
  • TOPENG SAMBA : Adalah jenis topeng yang mencerminkan anak-anak yang masih polos dan lugu, ceria dan juga lincah. Maka gerak tari dalam topeng Samba pun terlihat lincah dan energik meski cenderung kaku.
  • TOPENG RUMYANG : Adalah jenis topeng yang digunakan untuk menggambarkan manusia yang dianggap telah menginjak usia remaja dengan segala tingkahnya. Di bandingkan dengan topeng Samba, gerak tari Topeng Rumyang terlihat lebih luas.
  • TOPENG PATIH (TUMENGGUNG) : Adalah jenis topeng yang digunakan untuk menggambarkan sosok manusia yang telah dewasa, bijaksana dan bertanggung jawab layaknya seseorang yang memiliki jabatan tinggi dalam pemerintahan. Hihihi.. walaupun pada kenyataannya sosok yang memiliki jabatan terkadang tidak sesuai dengan karakter yang digambarkan.
  • TOPENG KELANA : Adalah gambaran manusia yang dikuasai oleh egonya. Ia dipenuhi dimensi terendah manusia yakni amarah. Sosok Kelana ini menyerupai tokoh Rahwana dalam cerita Ramayana, walaupun bagi para Dalang (sebutan untuk penari Topeng) kedua tokoh ini digambarkan dengan dua jenis tari yang berbeda.

Dalam setiap pertunjukan tari Topeng, biasanya para penari akan menampilkan lima karakter tersebut dalam babak yang berbeda-beda. Jika kita perhatikan dengan saksama, alur babak dalam pertunjukan tari topeng ini menyerupai kehidupan manusia. Dari mulai putih (suci) hingga menjadi tua dan bijaksana.

Dan umumnya manusia yang bijaksana adalah mereka yang mampu menakhlukan sosok Kelana dalam dirinya.

Dalam pertunjukkan tari Topeng terkadang setiap tarian dengan karakternya masing-masing bisa dibawakan secara terpisah dan bisa ditampilkan juga dalam bentuk grup atau perorangan.

TARI TOPENG BETAWI


Tari Topeng Betawi cenderung menjadi tari topeng terbaru karena tarian ini berkembang sekitar abad ke 20. Tari Topeng Betawi merupakan tarian yang diangkat dan dikembangkan dari Tari Topeng Cirebon sehingga secara gerak tari, pakem tari Topeng Betawi memiliki kemiripan.

Yang menjadi ciri khusus dari tari topeng Betawi adalah para penari (dalang) tidak boleh bersikap murung pada saat menari. Hal ini bisa juga dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat bahwa tari topeng Betawi mampu menolak bala (keburukan). Oleh sebab itu para penari tidak boleh memperlihatkan wajah sedih atau murung pada saat menari.

Secara psikologi hal ini tentu berpengaruh bagi para penontonnya ya ? Ya kan manusia itu menontoh pertunjukkan atau hiburan untuk menghilangkan penat dan kesedihan yang ia rasakan. Kalo hiburan yang ia tonton justru memperlihatkan wajah murung dan sedih tentu akan menyebabkan mereka mengingat tentang kemalangan yang sedang mereka hadapi ya ?

Secara konsep tari topeng Betawi sangat mirip dengan tari Topeng Cirebon dengan lakon-lakon yang juga sama. Namun secara gerakan tari dan kostum yang digunakan sedikit mengalami perubahan atau modifikasi sesuai dengan ciri khas daerahnya.

Dalam rangkaian pertunjukan tari Topeng biasanya akan dilengkapi dengan bebodoron. Di mana ada kisah atau dialog yang disampaikan kepada penonton dengan cara melucu atau berbentuk lawakan. 

Hal ini sebenarnya merupakan sarana untuk menyampaikan kritik dan isu-isu sosial yang dikemas dalam humor, sehingga siapa pun yang mendengar tidak mudah baper (bawa perasaan) apa lagi tersinggung.

TARI TOPENG IRENG (DAYAKAN)

Tari Topeng Ireng


Dari Jawa Barat kita menuju ke arah timur, di daerah Magelang, Jawa Tengah. Di mana di daerah Kecamatan Borobudur, berkembang sebuah tarian yang disebut dengan Tari Topeng Ireng. (Kusuma, Putri Tiah H. Tari Topeng Ireng : Asal, Daya Tarik dan Perkembangannya, 2022)

Tari ini berkembang di tahun 1950, di mana masa perjuangan kemerdekaan RI masih membara. Terlebih di masa ini, Indonesia baru saja mengalami agresi Militer 1 (1947) & 2 (1948-1949) yang dilakukan oleh Belanda untuk melemahkan sikap mental para pejuang Indonesia. 

Namun para pejuang kita tidak kurang akal dalam menanamkan semangat perlawanan dan perjuangan. Salah satunya melalui media seni tari. Itulah mengapa dalam gerak seni Tari Topeng Ireng mirip dengan gerakan bela diri. Gerakan tari topeng terkenal energik dan percaya diri saat ditampilkan. Hal ini karena gerakan dalam beladiri di kamuflasekan menjadi gerak tari.

Pun dalam iringan musik yang ditampilkan juga mengandung petuah-petuah kebijaksanaan. Bahkan tak jarang lirik dan syair yang digunakan sarat akan ajaran agama dan mengingatkan ketika tentang Ketuhanan.

TARI TOPENG BALI

Tari Topeng Bali
Topeng Keras (Kiri) & Sidakarya (Kanan/Putih)


Semakin ke area timur, kita menyebrang ke Pulau Dewata. Di mana di Pulau ini ada juga kesenian topeng dengan konsep yang sama namun ditampilkan dengan cerita yang berbeda.

Dibandingkan tari Topeng Cirebon yang lebih sederhana dalam mengkategorikan jenis tarinya, dalam tari topeng Bali tidak hanya dibedakan jenis tarinya saja. Tetapi juga jenis topeng yang digunakan dalam pertunjukkan.

Kita tahu bahwa tradisi dan budaya yang berkembang dalam masyarakat Bali dipengaruhi oleh strata sosialnya. Hal ini juga berpengaruh pada kesenian topeng. Ada beberapa jenis topeng Bali berdasarkan strata sosialnya dan tentu saja digunakan untuk acara yang berbeda, di antaranya :
  • TOPENG RATU >> yaitu topeng yang menggambarkan kaum bangsawan.
  • TOPENG KERAS >> yaitu topeng yang menggambarkan sosok petarung atau ksatria.
  • TOPENG TUA >> yaitu sosok yang menggambarkan tentang orang yang memasuki masa pensiun dan usia tua.
  • TOPENG BONDRES >> yaitu sosok rakyat jelata.
  • TOPENG SIDAKARYA >> yaitu sosok yang dianggap sederhana namun bijaksana.
Sementara berdasarkan fungsi ada tiga jenis Topeng yakni :
  • TOPENG WALI >> yakni topeng yang digunakan dalam untuk upacara adat dan dianggap keramat.
  • TOPENG BEBALI >> yakni topeng yang digunakan untuk pengantar upacara adat.
  • TOPENG BALI-BALIHAN BEURRA >> yakni topeng yang digunakan untuk hiburan dan pertunjukan tarian semata.
Salah satu contoh topeng yang dikeramatkan dan masuk dalam kategori Topeng Wali adalah Tari Topeng Tua Bali.

Ada juga Topeng Panca Bali yang menampilkan lima (hingga tujuh) karakter topeng dalam setiap pertunjukannya. Topeng Panca merupakan topeng Bebali yang sering digunakan dalam pertunjukan pengantar upacara adat.

Dalam Tari Topeng Panca ada lima karakter yang biasanya ditampilkan per babak seperti tari topeng Cirebon, yakni Topeng Dalem (Topeng Ratu), Topeng Keras, Topeng Tua, Topeng Penasar (Bondres) dan Topeng Sidakarya. Masing-masing topeng pada dasarnya menggambarkan karakter manusia yang berbeda-beda.

KISAH TOPENG BALI


Cerita dalam tari Topeng Panca Bali biasanya mengambil kisah dari Raja Gelgel, Dalem Waturenggong yang ingin melaksanakan suatu acara keagamaan di dalam Pura Agung Besakih, Bali. Di saat yang bersamaan ada seorang Resi atau Brahmana Keling yang berasal dari Jawa Timur berada di Pulau Dewata untuk mencari keluarganya.

Ternyata keluarga yang ia cari, tak lain adalah Dalem Waturenggong. Namun karena kondisi dan keadaan Brahmana Keling yang terlihat lusuh dan tidak menarik. Membuat Dalem Waturenggong malu mengakui keberadaannya sebagai saudara. 

Hal ini kemudian membuat Sang Brahmana menjadi kecewa dan mengucap janji yang menyebutkan bahwa acara agung apa pun yang akan diselenggarakan dalam Pura Agung Besakih akan mengalami kegagalan. Ucapan janjinya seperti berikut ini :

"Wastu Tata Astu, karya yang dilaksanakan tan sidakarya (tidak sukses), bumi kekeringan, rakyat kekeringan, sarwa gumatad-gumitid ngrubed." - (Octaria, Dehweys. Topeng Sidakarya : Mengenal Sejarah dan Perkembangan Budayanya, 2022, detik.com)

Kutukan Sang Brahmana pun menjadi kenyataan, sehingga membuat Sang Raja, Dalem Waturenggong merasa menyesal dan ingin menemui Sang Brahmana untuk memohon ampun dan meminta maaf. Karena kebesaran hati Sang Brahmana, ia pun memaafkan dan kemudian ia diberikan gelar "Dalem Sidakarya" oleh Sang Raja. Gelar ini disimbolkan melalui Topeng Sidakarya.

Untuk mengingat kisah dan kejadian ini, kemudian diciptakan tari Topeng Panca Bali. Agar generasi berikutnya tetap mengenal sejarah yang pernah terjadi dalam masyarakatnya.

FILOSOFI TOPENG (PERSONA)

Filosofi topeng



Membahas tari topeng itu sebenarnya banyak yang bisa dikulik. Termasuk di antaranya mengingatkan saya tentang konsep Persona yang dikembangkan oleh seorang filsuf bernama Carl Jung yang menerangkan tentang karakter kejiwaan manusia. 

Konsep tentang Persona dan Kepribadian pernah saya bahas di ebook Self Journey, Download Di sini  ! 

Bahwa manusia itu pada dasarnya menggunakan satu persona (topeng) ke persona lainnya dalam menghadapi kehidupannya. Masalahnya : "terkadang kita menggunakan persona itu terlalu berlebihan sehingga menciptakan masalah baru dalam kehidupan kita. Atau justru kita menggunakan Persona yang sama terus menerus tanpa mempertimbangkan ruang dan waktunya sehingga tidak relevan atau sesuai. "

Bahaya lainnya adalah ketika kita menggunakan "topeng sosial" atau topeng yang kita bentuk di ruang publik, bisa menimbulkan ketakutan pada diri kita sendiri. Salah satu ketakutan yang akan muncul adalah rasa takut atas penilaian oleh orang lain terhadap kita

Sehingga semakin lama kita akan menjadi seperti apa yang diinginkan orang lain, bukan berdasarkan atas keinginan jiwa kita sendiri. Pada akhirnya kita akan disibukkan dengan memenuhi tuntutan orang lain, bukan pada apa yang kita butuhkan. Contohnya bisa kita lihat dari kehidupan para selebritis.

Kita memang membutuhkan suatu persona tertentu saat berhadapan dengan keadaan dan orang yang tertentu pula. Kadang kita menggunakan persona sebagai seorang anak, orang tua, pelajar atau bahkan guru. Namun di saat yang bersamaan kita juga harus tahu kapan menanggalkan persona itu dan menggantinya dengan persona yang lebih tepat sesuai ruang dan waktu.

Persona yang disalah gunakan akan menimbulkan masalah baru bagi para pemakainya. Apalagi jika ia tak melepaskan sama sekali. Kita akan menjadi seseorang yang tidak seharusnya. Bahkan bertingkah laku yang tidak sesuai tempat dan waktunya. Hal ini bisa kita pelajari dari tari topeng.

Dari sekian banyak jenis tari topeng, saya akan mengambil contoh dari Tari Topeng Panca Bali dan karakter yang ada di dalamnya. Pada dasarnya Tari Topeng Panca juga dimiliki oleh daerah Cirebon. Dengan menampilkan karakter Topeng Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung dan Kelana dalam satu pertunjukkan sekaligus. 

Namun karena saya tertarik dengan kisah Dalem Waturenggong dan Brahmana Keling. Maka saya akan membahas tentang tari topeng Panca yang berasal dari Bali. 

Topeng Panca Bali memiliki lima karakter topeng yang selalu ditampilkan dalam setiap pertunjukannya : Ada Topeng Dalem (Ratu), Topeng Keras, Topeng Tua, Topeng Penasar (bondres) dan Topeng Sidakarya.

Ada Topeng Keras yang sekilas mata nampak manis dan murah senyum serta ramah secara dzohirnya. Namun di balik kehangatan yang ditampilkan ada niat-niat busuk yang dibungkus dengan rapi dan tak kasat mata.

Ada Topeng Sidakarya yang sekilas mata terlihat brutal dan tidak menarik sama sekali. Namun siapa yang menyangka bahwa karakter yang ada dalam diri Sidakarya adalah seorang Resi atau Brahmana Keling.

Manusia itu mudah tertipu dengan apa yang dilihatnya, tetapi tidak bagi Tuhan. Dan terkadang atas KehendakNya, tipu daya itu akan diperlihatkan di hadapan orang-orang yang dikehendakiNya. 

Kadang kita mudah tertipu dengan apa yang terlihat oleh mata. Tapi percayalah bahwa Tuhan tidak akan mudah tertipu dengan topeng-topeng kita. Karakter di balik topeng keras tidak akan pernah tertukar dengan karakter seorang Brahmana hanya karena ia terlihat manis, ramah dan hangat.

Pun sebaliknya meski topeng Sidakarya terlihat tidak menjanjikan, tetapi di balik topeng itu ada sosok yang sederhana, berwawasan dan bijaksana.

Apa pun jenis topeng yang sedang kamu pilih untuk digunakan, jangan lupa untuk meng-upgrade yang tak terlihat oleh mata manusia lainnya, Karakter ! Kalo perlu jangan lupa menanggalkan topengmu jika dibutuhkan. Karakter yang tertanam dalam diri manusia akan menjadi identitas abadinya. Bukan karena pengakuan diri, apalagi membayar agar dipuja puji ! Itu sih basi ! 😁 !

Manusia lain mungkin saja mudah tertipu dengan topeng yang kita gunakan, tetapi tidak bagi Tuhan. Tanpa kita sangka terkadang topeng itu akan dibuka oleh Tuhan di hadapan orang lain atas KehendakNya !

Dan itulah mengapa Tuhan selalu menilai "niat" kita, bukan penampilan.

Jadi pada dasarnya kita memang membutuhkan topeng sebagai persona untuk berhadapan dengan orang lain. Di saat yang bersamaan kita juga harus pandai mengatur kapan persona itu harus dipakai atau ditanggalkan. 

Karakter adalah identitas diri kita yang sebenarnya. Jadi jangan sampai diabaikan. Sehingga kita tidak kehilangan diri kita yang sejati namun di saat yang sama kita bisa menjadi manusia yang mudah beradaptasi.

Post a Comment

0 Comments