Batik Gajah Oling : Filosofi Tersembunyi Di Balik Motif Gajah Oling

Batik Gajah Oling dan Filosofinya

Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | Batik Gajah Oling : Filosofi Tersembunyi Di Balik Motif Gajah Oling.

Banyuwangi, kawasan paling timur dari Pulau Jawa ini menyimpan banyak kisah dan misteri yang perlu kita pelajari. Salah satunya adalah Batik Gajah Oling. Motif batik ini terlahir dan berkembang di wilayah Kerajaan Blambangan. Apa sih yang menarik dari motif ini ? Dan misteri apa yang terkandung dan setiap desain serta pilihan warna yang digunakan ? Yuk kita bahas !

Batik Gajah Oling : Filosofi Tersembunyi Di Balik Motif Gajah Oling

Sebagai seorang blogger yang lahir dan besar di Banyuwangi, saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membagikan perkembangan seni dan budaya yang ada di kota Banyuwangi. Kenapa ? Ya supaya para pembaca bisa lebih mengenal kota Banyuwangi. Hihihi..

Banyuwangi gak hanya terkenal dengan sisi mistisnya saja loh ya ? Karena seni dan budaya di kota ini masih sangat kental terasa. Eh, atau mungkin karena aspek seni dan budaya juga kali ya ? hehehe.. Memang sih kalo kalian mengunjungi kota Banyuwangi akan merasakan sensasi berbeda tentang budaya dan seninya, di mana kedua bidang ini masih berjalan sangat dinamis meski dunia modern pun tetap berkembang pesat.

Misalnya saja dengan adanya seni pertunjukan kuda lumping yang masih menjadi salah satu hiburan favorit masyarakat Banyuwangi. Belum lagi masih sering kita temukan pertunjukan wayang, gandrung atau bahkan janger. Kita juga bisa menemukan banyak sekali event atau kegiatan yang melibatkan seni dan budaya lokal di kota Banyuwangi. Misalnya saja Pethik laut, Gandrung Sewu, atau pun Banyuwangi Ethno Carnival.

Namun kali ini saya ingin membahas tentang seni lokal Banyuwangi dalam bentuk desain visual yang bisa kita temukan di berbagai macam produk dan menjadi salah satu ikon atau identitas kota Banyuwangi, yakni : Batik Gajah Oling !

Sejarah Batik Gajah Oling

Sejarah Batik Gajah Oling


Salah satu seni dan budaya yang saat ini mulai dikembangkan dan diperhatikan adalah Batik Gajah Oling. Sebuah motif batik yang sering digunakan dalam acara resmi maupun tidak. Bahkan para penari Gandrung Banyuwangi, menggunakan motif ini sebagai salah satu kostum wajib. Terutama untuk motif kain jarik/sewek. Bagaimana sih asal usul dari terciptanya motif ini ? Dan sejak kapan motif ini berkembang di Kota Banyuwangi ?

Asal Usul Batik Gajah Oling

Gajah Oling diyakini sebagai motif batik yang asli dan tertua di wilayah Banyuwangi. Memiliki ciri bentuk salur, seperti tanda tanya atau huruf "s" yang menggambarkan belalai gajah dan uling (belut). Sejarah perkembangannya tidak terlepas dari Kerajaan Mataram pada Abad ke-15 di mana Sultan Agung dari Mataram saat itu sedang memperluas wilayah kekuasaannya hingga Kerajaan Blambangan. [Novitasari, Chandra., Batik Banyuwangi | Sejarah, Motif, Gambar dan Penjelasanya, 2024] i

Setelah proses penakhlukan tersebut, banyak masyarakat Blambangan yang dibawa ke pusat pe meritahan di Kota Gede, khususnya di Plered. Di sinilah kemudian batik ini mulai dikenal oleh pihak istana dan sekitarnya, hingga mengalami perkembangan pesat saat ini.

Menurut Sejarahwan dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono menyebutkan bahwa Gajah Oling merupakan unsur dari salah satu bentuk pokok dalam ragam hias Nusantara Rekalsitran atau sulur gelung yang banyak dijumpai pada arca atau relief sakral yang terdapat pada Candi Hindu Dan Budha. Hal ini membuktikan bahwa lahirnya Gajah Oling berasal dari masa kerajaan Hindu Budha yang masih berkembang pesat di wilayah Pulau Jawa. (Kusuma, Mawar., Sejarah : Gajah Oling dan Blambangan " Selisik Batik, 2016) ii

Sementara menurut Budayawan Banyuwangi, Aekanu Hariyono menjelaskan bahwa Batik Gajah Oling merupakan simbol perputaran hidup manusia dalam filosofi jawa, Cakra Manggilingan. Di mana diyakini bahwa roda kehidupan itu akan terus berputar namun kekuasaan kitalah yang masih terbatas. (Belia, Ayu Prita., Gajah Oling, Si Motif Batik Tertua di Banyuwangi, 2018) iii

Evolusi Motif dan Pengaruhnya Terhadap Budaya lokal

Evolusi Batik Gajah Oling dalam kancah dunia seni dan budaya serta pengaruhnya terhadap budaya lokal sangatlah signifikan. Berikut ini beberapa sorotan yang bisa kita telaah tentang bagaimana perkembangan dan pengarunya terhadap budaya lokal :

  1. Warisan Budaya Blambangan >> Batik Gajah Oling merupakan warisan budaya dari Kerajaan Blambangan yang masih ada dan berkembang hingga sekarang. Selain sarat akan nilai estetika, Batik Gajah Oling juga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat Banyuwangi.
  2. Pengembangan Motif >> Terdapat perkembangan pada motif pendukung batik Gajah Oling di mana ada elemen baru yang melengkapi keindahan dan filosofinya. Elemen tersebut di antaranya ada api-apian yang mengelilingi sulur gelung (atau belalai gajah), bunga manggar yang ada pada bagian depan dari belalainya, serta daun dilem yang berjumlah 3 buah sebagai pemanis sekaligus inovasi dalam desain. [Qohar, Ikmal Taji H. N. A., Perkembangan Batik Motif Gajah Oling Paska Penetapan Peraturan Bupati Tentang Seragamisasi dan Dampak Pandemi Covid-19 di Banyuwangi (Jurnal), 2022] iv
  3. Pengaruh Regulasi >> Peraturan Bupati tentang aturan seragam mempengaruhi perkembangan motif dan pengaruh Gajah Oling pada masyarakat Banyuwangi. Hal ini menjadikan Gajah Oling lebih terintegrasi dalam kehidupan sosial dan administratif di wilayah Banyuwangi. [Qohar, Ikmal Taji H. N. A., Perkembangan Batik Motif Gajah Oling Paska Penetapan Peraturan Bupati Tentang Seragamisasi dan Dampak Pandemi Covid-19 di Banyuwangi (Jurnal), 2022]
  4. Dampak Pandemi Covid -19 >> Pandemi Covid-19 tidak hanya berpengaruh pada setiap individual tetapi juga dalam ranah industri batik di mana terjadi penurunan pesanan produk Gajah Oling yang cukup signifikan. Meski begitu para pengrajin berusaha tetap bangkit dan berusaha pulih kembali. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa batik ini masih tetap eksis hingga saat ini.
  5. Simbol Identitas Lokal (Local Pride) >> Batik Gajah Oling tidak hanya sebuah desain yang menitikberatkan pada seni dan budaya, namun bagi masyarakat Banyuwangi sudah menjadi sebuah ikon serta sarana pengingat kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu motif ini juga untuk menunjukkan fungsi sosial dan personal yang kuat.
  6. Pelestarian Budaya >> Studi etnosemiotika 1 dan estetika pada motif Gajah Oling menekankan pentingnya pelestarian budaya dan inovasi agar motif ini tetap relevan sekaligus bisa dikenal oleh masyarakat secara luas. [Syahrurridhani, Alfi dkk., Kajian Motif Batik Gajah Oling Dalam Busana Tari Gandrung Khas Banyuwangi Dengan Pendekatan Etnosemiotika Dan Estetika (Journal Kajian Seni), Vol. 09-01, 41-56, 2022] v
  7. Integrasi Dalam Seni >> Motif ini diintegrasikan ke dalam tarian Gandrung sebagai salah satu kostum. Hal ini menjadi bukti tentang adanya adaptasi budaya yang dinamis dan berkelanjutan. [Syahrurridhani, Alfi dkk., Kajian Motif Batik Gajah Oling Dalam Busana Tari Gandrung Khas Banyuwangi Dengan Pendekatan Etnosemiotika Dan Estetika (Journal Kajian Seni), Vol. 09-01, 41-56, 2022]
  8. Pengaruh Visual >> Ragam motif Gajah Oling yang diterapkan pada karya seni lainnya seperti pada mural, ukiran, dekorasi dan grafis di mana hal ini menunjukkan bahwa Gajah Oling memiliki pengaruh di luar seni batik.
  9. Heroisme Lokal >> Motif Gajah Uling tidak hanya tentang sebuah desain semata, karena bagi masyarakat sekitar, motif ini menyimpan nilai-nilai kepahlawanan. Di latar-belakangi oleh sifat kepahlawanan masyarakat Blambangan yang berusaha untuk menjaga kelestarian budaya mereka meski di masa itu batik sudah dikenal di wilayah pusat Kerajaan Mataram. Keunikan dan kesakralan menjadi salah satu nilai lebih bagi Gajah Uling untuk tetap dipertahankan hingga sekarang. [Kumparan Travel., Mengenal Gajah Oling, Motif Tertua Batik Banyuwangi, 2017] vi
  10. Inovasi Desain >> Sejak tahun 1980 hingga 2013 terjadi perubahan dalam desain dan teknik membatik Gajah Oling. Hai ini membuktikan adanya adaptasi serta kreativitas para pengrajin. [Sasmita, Anggit Gita., Perkembangan Batik Gajah Oling Banyuwangi, 2014] vii

Dari poin di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Batik Gajah Oling bukan semata-mata sebuah seni yang hanya memanjakan mata saja tetapi memiliki dampak ekonomi dan sosial yang sangat penting dan luas.

Peran Batik Gajah Oling Sebagai identitas Budaya Banyuwangi.

Batik Gajah Uling memiliki peran sentral dalam identitas Budaya Kota Banyuwangi. Selain menjadi motif tertua dari semua jenis batik Banyuwangi, Gajah Oling juga memiliki akar budaya yang tak bisa kita abaikan begitu saja. Bisa dikatakan ia menjadi salah satu bukti sejarah yang ditinggalkan oleh Kerajaan Blambangan.

Selain itu Gajah Oling juga menjadi salah satu simbol khas Banyuwangi yang bisa kita temukan dalam berbagai media seni. Bentuknya yang unik perpaduan belalai gajah dan luwesnya uling (belut) menjadi ikon khas dari kota ini. Jangan lupa juga adanya pengaruh filosofi spiritual yang mengingatkan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala keberkahan dan petunjuk dalam perjalanan hidup manusia.

Menjadi pakaian resmi pemerintahan Kota Banyuwangi yang digunakan juga untuk seragam sekolah dan pegawai negeri sipil. Dampaknya pun tidak main-main karena bisa berpengaruh pada ranah ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Dan tentu saja menjadi salah satu pelestari budaya kota Banyuwangi dari masa ke masa.

Filosofi Motif Gajah Oling

Filosofi Batik Gajah Oling

Setiap lekukan dalam desain Gajah Oling mengandung makna-makna tertentu. Secara umum filosofi dari Gajah Oling adalah mengajarkan kita tentang kekuatan spiritual dan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Gajah yang merupakan hewan yang sangat besar menggambarkan tentang "KemahabesaranNya". Sementara Oling bagi sebagian masyarakat dianggap sebagai makna dari "eling" atau mengingat. Sehingga secara keseluruhan dianggap sebagai media pengingat Tuhan Yang Maha Esa.

Makna Simbolis dari Batik Gajah Oling

Pada awalnya motif Gajah Oling hanya bentuk desain belalai gajah dan belut saja. Namun dengan berkembangnya zaman, elemen desain pada motif ini pun disesuaikan masa sekarang. Sehingga terdapat penambahan elemen baru sebagai pelengkap, penambahan makna filosofis serta estetika dari motif ini. Apa saja sih elemen yang ada di dalamnya ?

  1. Gajah Oling >> Bentuk yang menyerupai belali gajah atau tanda tanya (?) sebagai lambang dari kebesaran dan kekuatan. "Gajah" yang merupakan hewan paling besar dijadikan sebagai simbol "Maha Besar" yang mengacu pada kekuasaan dan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Sementara "Oling" yang secara etimologi mengingatkan kita pada kata "eling" dalam bahasa Jawa memiliki makna "ingat". Maka motif utama Gajah Oling mengajak kita untuk selalu mengingat "Kemahabesaran Sang Pencipta".
  2. Daun Dilem >> Daun dilem merupakan lambang kehidupan yang terus menerus tumbuh dan berkembang. Hal ini bisa juga dianggap sebagai simbol kesuburan dan harapan. Sebagai Makhluk Allah di muka bumi ini, sudah seharusnya kita terus belajar dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik dari versi diri kita sebelumnya. [Ratnawati, Ike., Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi, 2010] viii
  3. Bunga Manggar >> Bunga Manggar merupakan bunga yang sering digunakan untuk perayaan peristiwa yang menggembirakan seperti acara pernikahan. Bunga ini melambangkan kemakmuran dan keberkahan. [Ratnawati, Ike., Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi, 2010]
  4. Bunga Melati >> Bunga melati kerap disimbolkan sebagai lambang kesucian dan keindahan. Bentuknya yang indah dan harum menjadikan melati sebagai bunga favorit banyak orang setelah bunga mawar. Dalam banyak tradisi, bunga melati juga dianggap sebagai simbol kasih sayang dan cinta seperti halnya bunga mawar. Selain itu bunga ini banyak digunakan untuk acara adat seperti pernikahan sehingga menjadi salah satu bunga yang dianggap sakral. [Ratnawati, Ike., Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi, 2010]
  5. Motif Pucuk Rebung >> Motif pucuk rebung adalah motif yang biasanya mengelilingi belalai gajah yang bentuknya mirip seperti apa-apian di mana memiliki 3 ujung dengan ujung tengah yang lebih tinggi dibandingkan area pinggirnya. Pucuk rebung dianggap sebagai simbol kehidupan yang tidak pernah berakhir atau pertumbuhan yang berkelanjutan.
  6. Waringin Sungsang >> Waringin sungsang merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan letak pucuk rebung yang seolah terbalik atau berlawanan dengan belalai gajah. Hal ini menggambarkan dunia yang terbalik di mana terkadang yang lebih tinggi tidak selalu lebih baik dari yang di atasnya, Hal ini mengajarkan kepada kita tentang kerendah-hatian dan perilaku tidak sombong. [Ratnawati, Ike., Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi, 2010]
  7. Papat Kalimo Pancer Ganda >> Istilah ini biasanya digunakan untuk mendefinisikan jumlah desain gajah oling pada satu area kain. Di mana biasanya berjumlah 9 buah dengan ukuran dan arah hadap yang sama. 8 buah diletakkan secara berhadap-hadapan sementara 1 buah diletakkan di tengah sebagai simbol pusat segala arah dan kekuatan. [Ratnawati, Ike., Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi, 2010]

Jadi secara garis besar setiap elemen dalam motif Gajah Oling adalah untuk mengingatkan kepada kita bahwa inti dari segala hal berpusat pada Tuhan Yang Maha Esa. Dan apa pun permintaan kita hendaknya hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya Dia satu-satunya yang Maha Bisa. Sang Pencipta dan Penguasa Alam Semesta.

Warna dan Makna Batik Gajah Oling


Makna dan warna Gajah Oling

Meski sekarang banyak motif Gajah Oling yang menggunakan variasi warna, pada dasarnya motif Gajah Oling memiliki panduan dalam penggunaan warnanya. Warna hitam dan putih biasanya digunakan untuk mendesain simbolnya semetara warna lainnya digunakan sebagai backgroundnya. Dan berikut ini makna warna yang digunakan.

Warna Hitam dan kekuatannya

Jika kita perhatikan, motif Gajah Oling di dominasi warna hitam yang melambang kekuatan, ketegasan dan kedalaman. Hal ini mengacu pada keselarasan filosofis, yang mana mengingatkan kita untuk selalu belajar memahami makna atas segala sesuatu. Selain itu menjadi tegas dalam mengambil keputusan vital dalam hidup agar kita memiliki kekuatan secara fisik, mental dan khususnya spiritual.

Warna Putih dan kesuciannya

Warna putih biasanya digunakan untuk memberikan aksen pada belalai dengan bentuk lingkaran. Putih mewakili kesucian, keikhlasan, serta kejernihan hati. Warna ini juga sering digunakan untuk menunjukkan kesederhanaan sekaligus kejernihan dalam pikiran.

Warna Merah Sebagai simbol keberanian

Warna merah melambangkan keberanian, semangat dan juga energi. Dalam banyak budaya, warna merah sering dianggap sebagai simbol keberanian dan semangat yang membara. Contohnya bendera negara kita, merah putih.

Warna Biru dan ketenangannya

Melihat warna biru memberi sensasi tenang dalam pikiran kita. Pun makna ini juga digunakan dalam desain Gajah Oling, hanya saja biasanya digunakan sebagai warna latar belakangnya. Selain ketenangan, warna biru juga merupakan simbol dari kedamaian dan keharmonisan. Seperti efek warna langit ketika kita menikmatinya.

Warna Hijau dan Kesuburannya

Hijau identik dengan simbol kesuburan, kesejahteraan dan juga pertumbuhan. Hijau sering kita kaitkan dengan warna alam, warna yang menyejukkan sekaligus memberikan semangat. Perpaduan warna dingin dan panas dengan imbang. Warna hijau dalam desain Gajah Oling biasanya juga digunakan sebagai warna latar belakangnya.

Proses Pembuatan Batik Gajah Oling


Proses Pembuatan Batik Gajah Oling


Batik Gajah Oling bagi masyarakat Banyuwangi tidak hanya sebuah produk yang memiliki nilai ekonomis saja, tetapi juga memiliki nilai filosofis dan spiritualitas. Oleh sebab itu dalam beberapa proses pembuatannya, para pengrajin tidak hanya fokus memilih bahan material dan warna yang digunakan saja, tetapi juga tahapan proses spiritual. Namun sebelum itu, apa saja sih tahapan yang harus dilakukan untuk bisa membuat batik Gajah Oling dengan cara tradisional ?

Tahapan Pembuatan Batik Tradisional

Proses pembuatan batik Gajah Oling secara tradisional terbilang cukup rumit karena membutuhkan banyak tahapan. Namun tentu hasilnya pun lebih autentik dan luwes ya ? Nah berikut ini tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam membuat batik ini :

  • Penggambaran Motif >> Menggambar motif di atas kain menggunakan canting. Canting adalah alat batik dengan ujung seperti pena yang digunakan untuk memanaskan lilin malam (wax). Fungsi dari lilin malam itu sendiri adalah menjaga area agar tetap sesuai dengan warna kain dasar. Misalnya kain yang digunakan putih maka area malam akan tetap menjadi putih. Secara fungsi sama seperti liquid masking film pada karya cat air.
  • Pewarnaan >> Setelah memberikan motif pada kain sesuai seperti yang diinginkan, baru kemudian masuk dalam proses pewarnaan. Terutama untuk menghasilkan latar belakang kainnya.
  • Pemalaman >> Proses ini dibutuhkan apabila ada area tertentu yang ingin dilindungi sebelum proses pewarnaan kembali. Atau proses ini bisa juga dilakukan sebelum proses pewarnaan sehingga area yang telah ditentukan akan tertutup oleh malam sebelum dicelupkan pada warna.
  • Pelunturan Malam / Pelorodan >> Jika proses pewarnaan sudah sesuai dengan apa yang diinginkan, maka proses selanjutnya adalah dengan melarutkan malam dalam air panas. Proses ini disebut juga dengan pelunturan malam. Biasanya warna yang dihasilkan setelah proses pelunturan ini akan semakin tajam dan jelas. Meski begitu pelajari juga jenis warna yang digunakan. Karena setiap produk warna yang digunakan memiliki tata cara tersendiri.
  • Proses Spiritual >> Dalam pembuatan batik Gajah Oling beberapa pembatik atau pengrajin menggunakan tata cara spiritual seperti memilih hari yang dianggap baik. Bahkan dalam proses pembuatannya dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan doa-doa. Hal ini mengingatkan kepada kita bahwa segala sesuatu itu memang harus melibatkan Tuhan dalam prosesnya. Agar apa yang kita lakukan menjadi salah satu bentuk niatan ibadah non syariat.
  • Finishing >> Proses ini lakukan untuk menyempurnakan visual batik yang diinginkan. Misalnya saja memberi detail warna atau motif.

Setiap tahapan memang harus dilakukan secara cermat agar tidak melakukan kesalahan, mengingat proses pembuatan batik tulis itu lebih spontan. Apabila terjadi kesalahan desain tentu membutuhkan banyak tahapan rumit untuk memperbaikinya.

Teknik Khusus yang digunakan dalam Pembuatan Batik Gajah Oling

Pada dasarnya pembuatan batik Gajah Oling dengan batik jenis lainnya hampir mirip. Ada yang menggunakan teknik manual (batik tulis) dan juga batik cetakan. Sementara teknik khusus yang digunakan hanya pada elemen saja, seperti misalnya :
  • Canting Tulis >> Canting adalah yang digunakan untuk mengaplikasikan malam pada kain batik sesuai motif yang diinginkan. Alat ini terbuat dari tembaga, namun ada juga yang menggunakan semacam kayu yang dibentuk sedemikian rupa agar mampu menyimpan malam yang akan digunakan untuk membuat pola dan motif pada batik.
  • Pewarnaan Dengan Tumbuhan Alami >> Beberapa proses pewarnaan batik menggunakan warna asli yang diperoleh dari tumbuhan (bunga, kayu (batang atau akar) ataupun daun). Misalnya saja warna merah dari kayu secang atau soga jawa, warna kuning dari kunyit, dan lain-lain. Meski begitu ada juga yang menggunakan bahan Naphtol untuk mewarnai.
  • Kombinasi Motif >> Agar relevan dengan perkembangan zaman, motif Gajah Oling kini mengalami beberapa inovasi dengan penambahan beberapa kombinasi motif seperti adanya daun dilem, bunga melati dan manggar. Tujuannya agar bisa menambah nilai estetika sekaligus filosofisnya.
Inovasi dibutuhkan agar kreativitas dalam dunia desain mampu mengikuti perkembangan zaman namun sekaligus mempertahankan keaslian batik Gajah Oling.

Nilai Spiritual dalam Proses Pembuatan

Batik Gajah Oling memiliki nilai spiritual yang mendalam dan simbolik terkait dengan kepercayaan dan filosofis masyarakat Banyuwangi. Di antaranya beberapa aspek spiritual berikut ini :

  • Pengingat Manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Motif Gajah Oling mengajak kita untuk selalu mengingat Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan nama "Gajah Oling" pun secara makna mengajak kita agar selalu mengingat Tuhan (berdzikir).
  • Perputaran Hidup. Beberapa masyarakat mengatakan bahwa Gajah Oling juga memiliki makna filosofis yang mengingatkan kita tentang roda kehidupan yang terus berputar (cakra manggilingan), hal ini bisa kita lihat pada desain bunga melati yang nampak seperti roda. Sementara bunga tersebut tersambung dengan belalai gajah sebagai simbol Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sementara daun dilem merupakan hasil dari proses dan perilaku manusia di muka bumi ini yang menyebarkan kehidupan dan pertumbuhan.
  • Perlindungan dari Makhluk Halus. Ada juga yang berpendapat bahwa Batik Gajah Oling sering digunakan sebagai kostum untuk upacara adat yang bersifat sakral seperti pada tari Seblang dan Gandrung agar terhindar dari gangguan makhluk halus. Selain sarat akan makna kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, batik ini dipercaya juga disukai oleh para leluhur, sehingga diyakini mampu melindungi pemakainya dari gangguan makhluk halus yang iseng. Hihihi...
  • Simbol Kehidupan Yang Berkelanjutan. Gajah Oling memiliki makna tentang kehidupan yang terus tumbuh dan berkembang. Dalam perputaran hidup manusia, Gajah Oling mengajarkan tentang ketahanan mental dan moral. (Kusuma, Mawar., Sejarah : Gajah Oling dan Blambangan " Selisik Batik. 2016)

Batik Gajah Oling bukan hanya dianggap sebagai objek seni yang memiliki nilai komoditas semata namun lebih dari itu. Bagi masyarakat Banyuwangi, Batik Gajah Oling merupakan identitas maupun ikon yang menggambarkan tentang nilai-nilai spiritual sekaligus filosofis bagi kehidupan manusia sebagai khilafah di muka bumi ini.

Batik Gajah Oling Dalam Konteks Modern

Batik Gajah Oling dalam dunia modern


Gajah Oling memiliki peran yang sangat menarik dalam konteks modern saat ini. Meskipun motif ini lahir dan berkembang berdasarkan tradisi kuno tetapi adaptasi dan inovasi yang diberikan kepadanya membuat relevan bagi generasi saat ini. Berikut ini beberapa peran batik Gajah Oling dalam dunia modern :

  1. Warisan Budaya >> Batik Gajah Oling merupakan warisan budaya Banyuwangi di era globalisasi saat ini. Pelestarian seni dan budaya menjadi salah satu hal terpenting agar sejarah kita tetap dipelajari, diketahui dan dihargai dari generasi ke generasi. Selain itu, warisan budaya juga menjadi salah satu ajang promosi budaya Banyuwangi ke dunia luar sehingga bisa dikenal oleh banyak orang.
  2. Inspirasi Desain >> Banyak desainer fashion, seniman atau bahkan pengrajin yang memanfaatkan desain Gajah Oling sebagai salah satu inspirasi dengan menggabungkan elemen kontemporer atau pun gaya lainnya sehingga menjadi desain baru yang lebih fresh dan kekinian.
  3. Industri Fashion >> Batik Gajah Oling bisa diterapkan pada banyak produk fashion seperti baju, tas atau aksesori (udeng, kain sewek, pashmina, dan lain-lain). Hal ini tidak hanya memberikan nilai tambah produk dan finansialnya tetapi juga memperkuat identitas budaya.
  4. Pendidikan Dan Kesadaran >> Batik Gajah Oling bisa digunakan sebagai sarana pendidikan tentang budaya dan sejarah kota Banyuwangi. Melalui pameran, workshop atau acara budaya. generasi saat ini bisa belajar lebih banyak tentang makna, sejarah dan nilai-nilai di balik motif ini.
  5. Pariwisata >> Dalam dunia pariwisata Batik Gajah Oling bisa dijadikan sebagai souvenir yang unik dan berarti bagi pembelinya. Selain sebagai bukti dari kunjungan ke kota Banyuwangi juga bisa menjadi jembatan untuk mempererat hubungan keluarga satu sama lainnya. Maklum biasanya kita sering mendapatkan oleh-oleh dari keluarga saat berkunjung ke suatu tempat kan ya ? hihihi..

Itulah beberapa fakta, informasi dan keunikan serta sejarah di balik motif Gajah Oling ini. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang ingin belajar tentang budaya Banyuwangi atau bahkan membutuhkan inspirasi baru dalam membuat desain untuk karya-karyanya. Jangan lupa ! Buat kalian yang tertarik membeli beberapa produk fashion dengan motif Gajah Oling bisa ke sini !

Noted : 

  • 1 Perspektif disiplin ilmu yang menghubungkan konsep semiotika dengan metode etnografi. Yaitu dengan cara menganalisa sistem penanda yang ditemukan dalam konteks budaya tertentu melalui observasi dan penerapan metode etnografis.

Referensi : 

  • i Novitasari, Chandra. 2024, Batik Banyuwangi | Sejarah, Motif, Gambar dan Penjelasanya. Di akses pada 4 Mei 2024 dari https://pelajarindo.com/batik-banyuwangi-sejarah-motif-gambar-penjelasan/
  • ii Kusuma, Mawar., 2016, Sejarah : Gajah Oling dan Blambangan " Selisik Batik. Diakses pada 9 Mei 2024 dari https://jelajah.kompas.id/selisik-batik-2016/baca/sejarah-gajah-oling-dan-blambangan-selisih-batik/
  • iii Belia, Ayu Prita., 2018, Gajah Oling, Si Motif Batik Tertua di Banyuwangi. Diakses pada 4 Mei 2024 dari https://inspirasipagi,id/gajah-oling-si-motif-batik-tertua-di-banyuwangi/
  • iv Qohar, Ikmal Taji H. N. A., 2022, Perkembangan Batik Motif Gajah Oling Paska Penetapan Peraturan Bupati Tentang Seragamisasi dan Dampak Pandemi Covid-19 di Banyuwangi (Jurnal), Fakultas Seni rupa (Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Diakses pada 4 Mei 2024 dari http://digilib.isi.ac.id/10852/7/ikmal%20Taji%20Hadjiqin%20Nuha%20Abdul%20Qohar_2022_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
  • v Syahrurridhani, Alfi dkk., 2022, Kajian Motif Batik Gajah Oling Dalam Busana Tari Gandrung Khas Banyuwangi Dengan Pendekatan Etnosemiotika Dan Estetika (Journal Kajian Seni), Vol. 09-01, Okt-2022, 41-56, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Diakses pada 4 Mei 2024 dari http://jurnal.ugm.ac.id/jks/article/download/75661/34964
  • vi Kumparan Travel., 2017, Mengenal Gajah Oling, Motif Tertua Batik Banyuwangi, Di akses pada 4 Mei 2024 dari https://kumparan.com/kumparantravel//mengenal-gajah-oling-motif-tertua-batik-banyuwangi
  • vii Sasmita, Anggit Gita., 2014, Perkembangan Batik Gajah Oling Banyuwangi, Universitas Negeri Malang. Diakses pada 4 Mei 2024 dari https://repository.um.ac.id/id/eprint/54706
  • viii Ratnawati, Ike., 2010. Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi, Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses pada 5 Mei 2024 dari https://repository.upi.edu/10451

Post a Comment

0 Comments