DIESNATALIS SMKN 1 TEGALSARI, BANYUWANGI

Diesnatalis ke 17 smkn 1 tegalsari


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | DIESNATALIS SMKN 1 TEGALSARI, BANYUWANGI.


Kembali ke tanah kelahiran, kembali menikmati seni dan budaya yang pernah saya ditinggalkan dulu. Tulisan ini tentang art event dan juga perspektif tentang seni budaya di Banyuwangi.

DIESNATALIS SMKN 1 TEGALSARI, BANYUWANGI


Banyuwangi adalah kota yang unik, di mana seni dan agama masih saling berbaur dengan erat. Seni bagi masyarakat Banyuwangi adalah bentuk menyukuri karuniaNya sekaligus mengagungkanNya lewat seni dan bait-bait doa.

DIESNATALIS SMKN 1 TEGALSARI




Beberapa minggu yang lalu saya berkesempatan untuk menghadiri event sekolah di SMKN 1 Tegalsari, Banyuwangi. Sekolah kejuruan yang memiliki banyak pilihan program dan ekstra kulikuler.

Meski lingkungan area sekolah kental dengan nuansa Islami, di mana banyak pondok pesantren di sekitarnya, namun seni yang menjadi hiburan bagi masyarakat lokal masih tetap berjalan beriringan.

Seperti adanya ekstra kulikuler wayang, batik, tari, dll. Bahkan untuk memeriahkan Diesnatalis sekolah yang ke-17 kemarin, mereka menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit semalem suntuk.

RUWATAN SISWA SISWI BARU


Menyambut tahun ajaran baru 2022 ini, SMKN 1 Tegalsari menyelenggarakan penyambutan siswa siswi baru dengan acara ruwatan. 

Pada dasarnya ruwatan ini adalah seremonial keagamaan yang dilakukan agar anak-anak didik menjadi orang-orang yang beradab, berilmu dan berbudi pekerti yang luhur. Terlepas dari kemampuan akedemisi mereka. 

Dalam acara ini, siswa siswi baru diajak untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar dalam proses mencari ilmu, mereka berniat untuk Lilahi Ta'ala. Sehingga ilmu yang mereka dapat bisa bermanfaat untuk kehidupan mereka kelak. 

Pada acara ini terdapat sambutan dari kepala sekolah dan juga perwakilan Depdikbud kabupaten Banyuwangi. Mereka memberikan wejangan kepada murid-murid baru agar menjadi manusia yang kelak bermanfaat untuk agama dan masyarakat. 

Disampaikan oleh bapak Kepala Sekolah SMKN 1 Tegalsari bahwasannya tujuan sekolah ini adalah yang utama mendidik anak-anak didiknya agar menjadi manusia yang beradab. Nilai tinggi yang kini perlahan tergerus oleh hedonitas dan modernitas. 

Sementara bapak wakil Depdikbud menyatakan tentang konsep baru dalam pendidikan yaitu sistem merdeka belajar. Para guru diberikan keleluasaan dalam mengajar anak didiknya sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Sementara anak didik diberi kebebasan memilih pelajaran yang mereka minati sesuai dengan potensinya sendiri. 

Secara garis besar pengajaran ini dimaksudkan agar para siswa saling berlomba memperbaiki kualitasnya sendiri, tanpa membandingkan kualitasnya dengan siswa yang lain. Sehingg mereka fokus dalam mengembangkan dirinya dan tidak terpaku pada kompetisi dengan yang lainnya. 

Compete With Yourself mungkin quote yang menggambarkan apa yang disampaikan oleh bapak wakil Depdikbud tersebut. Hehehe.. 

Sebuah pengajaran mindset yang mengajak kita untuk fokus memperbaiki diri sendiri tanpa terintimidasi kesuksesan orang lain. 

WAYANG





Meskipun saya lahir lingkungan masyarakan jawa, namun sejujurnya saya tidak menguasai bahasanya dengan baik. Apalagi dalam bahasa jawa ada hirearki dari yang Ngoko (kasar), hingga yang halus (kromo inggil).

Dalam pagelaran wayang terdari dari beberapa unsur. Ada yang memimpinnya, biasanya Ki dalang (orang yang memainkan wayang) menggunakan bahasa kromo inggil (halus). 

Ada wayangnya yang dibuat dari kulit dengan karakter-karakter yang berbeda. Dan ada sinden, para penyanyi yang mengiringi narasi Ki dalang. Dan ada juga para pemain musik yang dikemas dengan apik sebagai pelengkap sekaligus pencegah rasa kantuk. Hihihi..

Buat orang yang model kayak saya ini agak susah memahami jalan ceritanya 😂😂, disebabkan minim kosakata dalam bahasa jawa. Apalagi dalam pewayangan, Ki dalang menggunakan bahasa kromo dan istilah-istilah sastra jawa.

Salah satu kerabat saya menganjurkan untuk melakukan hal ini ketika menikmati wayang. Dia mengatakan,

"Yo wes, engku lek koncone ngguyu yo melu ngguyu wae (ya udah nanti kalo pas menikmati wayang, kalo temennya ketawa, ya ikut ketawa aja)".

Sebuah nasehat yang sangat bermanfaat sekali. Setidaknya ini tips aman untuk tidak terlihat kebingungan. 😂

Meskipun begitu, saya bisa menangkap bahwa pagelaran wayang ini sarat akan nasehat kehidupan. Terutama hubungan kita sama Sang Pencipta. Karena dari prolog yang disampaikan Ki dalang, ada beberapa petuah bagaimana kita harusnya bersikap pada Yang Maha Pencipta.

Dari apa yang saya alami, saya bisa mengatakan bahwasanya pertunjukan wayang adalah seni yang mampu menyingkap relasi kehidupan dengan ketuhanan. Di mana wayang diciptakan sebagai media untuk mengingatkan manusia tentang adanya Yang Maha Kuasa di antara kita, yaitu Gusti Allah SWT.

Ki dalang merupakan simbol dari yang menguasai dan mengontrol hidup kita, sementara para wayang adalah kita dengan karakter yang berbeda-beda dan yang berserah diri sepenuhnya atas peranan yang ditetapkan oleh Ki dalang dalam kehidupan.

Wayang adalah salah satu seni yang bisa kita gunakan untuk menemukan Tuhan. Karena sejatinya, apapun yang ada di dunia ini tak bisa terlepas dari kuasaNya. Bahkan dalam ranah seni sekalipun.

"Wayang adalah illustrasi kehidupan. Di mana ada yang menjalankan (memimpin) & ada yang dijalankan (dipimpin). "

Di sini tampak jelas, bahwa definisi seni oleh Aristoteles terimplementasi dengan baik. Karena sejatinya seni itu merupakan penampilan yang tidak pernah menyimpang dari kenyataan.

Maka, siapapun yang dengan tulus dan ikhlas ingin mengetahui dan mencari keberadaanNya, bisa ditemukan melalui jalur apapun. Tidak selalu lewat jalur agama, pun dalam ranah seni kita bisa menemukanNya. Tergantung niat individu dalam mencariNya.

Meskipun saya tidak memahami 100% serial cerita dalam pewayangan, ya paling tidak, saya memiliki pengalaman menikmati wayang. Sekaligus bisa saya jadikan sebagai bahan tulisan di blog ini. Hahaha...

Saya jadi mikir, apakah saatnya saya belajar kromo inggil ? Pelajaran sekolah yang dulu saya tidak pernah mendapatkan nilai 6 ke atas. PR sekali keknya nie Gaes. Haha..

Yang membuat kagum dari pertunjukan wayang ini adalah dalangnya yang masih sangat muda belia. Dia adalah siswa kelas 12 (setara SMU kelas 3 jaman dulu) dari SMKN 1 Tegalsari itu sendiri. Namanya Ki Dalang Kukuh Adi Wibowo. 

Senang rasanya ada penerus dan pelestari budaya jawa seperti mereka. Hehee.. Setidaknya nilai-nilai luhur tentang nasehatnya tidak tergerus oleh modernitas yang mulai menjamur. Hihihi... 

SENI TARI




Ada yang menarik dari perayaan Diesnatalis kemarin. Terutama saat pembukaan disuguhkan tarian kreasi yang dibawakan oleh murid SMKN 1 Tegalsari sendiri. Selain Gandrung yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Banyuwangi, ada juga tarian Sri Ganyong yang sarat akan makna dan cerita.

Dalam tarian Sri Ganyong ada adegan di mana sang penari melepaskan tatanan rambutnya yang sudah rapi. Mereka melepaskan sanggul dan membiarkan rambutnya tergerai acak-acakan.

Mungkin kalo hanya menikmati tarian tanpa mencari makna yang tersembunyi, kita hanya melihat sekelompok orang yang megal-megol dihadapan kita. Dan pelepasan sanggul itu hanyalah untuk sebuah atraksi agar terlihat ada gregetnya saja. Namun ketika kita mengetahui latar belakang dari diciptakan tarian tersebut, maka adegan melepas sanggul itu adalah intisari dari tarian tersebut.

Tari Sri Ganyong menceritakan tentang kembang desa yang jatuh cinta, namun cintanya tak tersambut dan membuatnya menjadi depresi. Hmmm... (Kaya kenal sama alur kisahnya. Hihihi...). Pelepasan sanggul adalah simbol dari kembang desa yang mengalami depresi karena cinta yang tidak dihargai. 😂

Bagi orang awam seperti saya ini, mungkin agak susah menangkap makna dari seni pertunjukan. Namun adegan seperti pelepasan sanggul itu bisa menjadi simbol dari gagasan yang ingin disampaikan oleh pencipta tarian itu sendiri kepada audiens.

Pun dalam kehidupan ini juga seperti. Allah SWT memberikan tanda-tanda dan simbol atas keberadaanNya dan kekuasaanNya melalui alam semesta. Bahkan melalui peristiwa-peristiwa dalam kehidupan kita. 

Maka, tugas kita adalah mencari makna dibalik tanda-tanda (semiotika) yang dikirimkan oleh Tuhan. Dengan begitu kita bisa merasakan kehadiranNya dalam kehidupan.

Mari kita sama-sama belajar dari tanda-tanda yang Tuhan berikan melalui alam semesta. Sehingga kita bisa menemukanNya, dan menghidupkanNya dalam diri kita. Maka keberadaan Tuhan tak akan menjadi konsep semata. Tetapi kita benar-benar merasakan kehadiranNya. Amin Allahuma amin.

Post a Comment

0 Comments