Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | AOTM | CARAVAGGIO.
Masih fresh di blog ewafebriart tentang Art Style yang berhubungan dengan Gaya Baroque. Untuk melengkapinya, Artist Of The Month bulan Januari 2023 ini saya akan membahas tentang Caravaggio. Salah satu tokoh yang juga dikenal sebagai pelukis dengan gaya Baroque-nya. Siapa sih Caravaggio ? Yuk kita kulik tentang biografinya.
AOTM : CARAVAGGIO
Salah satu segmen yang ingin saya tingkatkan di Blog ini adalah tentang Artist Of The Month, jika sebelumnya saya menunggu ada orang yang ingin di Feature di segmen ini, kali ini justru saya membahas tentang tokoh-tokoh terdahulu yang memiliki sejarah asik untuk dikulik.
Dalam gaya lukis barok kemarin, ada beberapa tokoh yang saya bahas secara umumnya saja. Salah satunya adalah Caravaggio. Nah, di tulisan ini saya akan mendedikasikan satu halaman sepenuhnya untuk beliau ini.
BIOGRAFI
Caravaggio in Chalk by Ottavio Leoni |
Michelangelo Merisi Da Caravaggio adalah nama lengkap dari Caravaggio. Ia lahir di Milan, Duchy Of Milan, pada 29 September 1571. Ayahnya bernama Fermo Merixio yang merupakan seorang arsitektur pada zaman itu.
Dalam sejarah ia tercatat pernah belajar pada Simone Peterzano di mana nantinya saat bersama Simone inilah ia menciptakan karya self potrait-nya yang pertama kali dengan judul The Young Sick Bacchus.
Caravaggio juga dikenal sebagai pemberontak (rebel). Tidak hanya karyanya yang dianggap tidak lazim saat itu, namun juga kehidupan nyata yang dilalui. Mungkin karena kehidupan nyatanya yang suram inilah, yang kemudian mempengaruhi dia dalam berkarya.
Kehidupan Caravaggio yang dianggap tidak lazim, setidaknya ditandai dengan adanya 11 kali dakwaan yang dialamatkan kepadanya dengan kasus yang berbeda-beda. Ia bahkan pernah menjadi seorang buronan karena membunuh seorang pria saat berkelahi terkait pertandingan tenis.
Ia juga merupakan seniman yang terkenal karena karyanya merupakan hasil dari observasi secara langsung dari lingkungan sekitarnya. Tak hanya manusia yang ia cermati, tetapi juga alam. Itulah sebabnya ia mampu menangkap hal detail yang sangat realistis seperti misalnya ia pernah melukis kuku yang kotor dari seorang model lukisannya. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di Porto Ercole, Kingdom Of Napples, Kekaisaran Spanyol pada 18 Juli 1610.
TEKNIK LUKIS
Salah satu ciri khas dari gaya lukis Caravaggio terletak pada teknik lukisnya. Ia dikenal sebagai Bapak Tenebrist karena pengaruh karyanya terhadap generasi selanjutnya sangat luar biasa. Bahkan beberapa seniman yang mengikuti gayanya atau terpengaruh oleh tekniknya memiliki sebutan khusus, yakni : Caravaggisti atau tenebrosi.
Teknik lukis yang ia gunakan dalam karyanya adalah tenebrist, yaitu suatu sub teknik yang terdapat pada teknik Chiaroscuro. Istilahnya agak sangar ya ? Hihi.. Biar afdol saya tulis satu persatu aja.
TEKNIK CHIAROSCURO
Chiaroscuro adalah sebuah teknik lukis yang menitikberatkan pada kekontrasan warna agar memberikan efek tertentu pada sebuah karya. Kekontrasan ini terletak pada teknik pencahayaan yang cukup tajam antara objek yang ingin ditonjolkan dengan area latar belakangnya.
Hampir kebanyakan pelukis di era barok memanfaatkan teknik ini, sebab tekni ini bisa mempengaruhi efek dari keseluruhan lukisan. Setidaknya kita bisa disuguhi pemandangan yang nampak dramatis dari sebuah lukisan.
Selain Caravaggio, Rembrandt merupakan tokoh yang memanfaatkan teknik ini ke dalam karya-karyanya. Maka jangan heran jika kita bakalan sering mendapati karya mereka yang memanfaatkan latar belakang sangat gelap.
TEKNIK TENEBRIST
Sementara teknik tenebrist adalah teknik lukis Chiaroscuro yang menitikberatkan pada dominasi area gelap di area lukisan untuk mengangkat objek yang ingin ditonjolkannya.
Pada teknik ini, eksposur cahaya yang digunakan sangat tajam pada bagian objek yang ingin ditonjolkan. Penggunaan warna seperti raw umber, burnt umber, vandyke brown, crimson, lamp black, paynes grey dan warna gelap lainnya sangat mendominasi.
Tenebrist sendiri berasal dari kata “tenebraso” yang merupakan bahasa Italia yang berarti gelap, misterius, atau gloomy. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut teknik ini adalah “Dramatic Illumination”. Teknik ini memanfaatkan efek spotlight (area tertentu yang diberi cahaya lebih menonjol) agar lukisannya nampak lebih dramatis. Ia mampu membuat sebuah objek nampak begitu tajam dengan cara memanipulasi pencahayaan dan bayangan dengan sangat kuat.
Menurut Letizia Treves seorang kurator, mengatakan :
“Caravaggio juga memanfaatkan cahaya untuk menangkap bentuk, menciptakan ruang, dan menambah drama dari kejadian sehari-hari.” (Sooke, Alastair. 2016. bbc.com)
Sebelumnya teknik ini pernah diterapkan oleh Albrech Durer dan El Greco. Namun publik lebih mengenal teknik ini setelah diterapkan oleh Caravaggio dalam karya-karyanya.
KARYANYA
Caravaggio dikenal sebagai salah satu seniman yang menciptakan karyanya berdasarkan observasi langsung dibandingkan mengikuti kajian-kajian akademis. Itulah sebabnya karya Caravaggio terlihat sangat realistis, meskipun ilustrasi dalam karyanya merupakan cerita mitos.
Konon ia adalah seniman yang selalu membutuhkan seorang live model dalam membuat karya-karyanya. Setidaknya model tersebut ia gunakan sebagai referensi nyata yang ia proyeksikan ke dalam lukisan. Bahkan, ketika tak ada seorang model yang membantunya, ia menggunakan dirinya sendiri sebagai acuan. Salah satunya terdapat dalam Young Sick Bacchus. Yuk kita pelajari lebih detail lagi karyanya :
BOY PEELING FRUIT (1592-1593)
Boy Peeling Fruit adalah lukisan yang dibuat pada awal karir Caravaggio di Milan. Pada masa ini, banyak karya Caravaggio yang menyertakan buah-buahan (still life) sebagai objeknya.
Lukisan ini menggunakan media cat minyak dengan ukuran 75.5 x 64.4 cm. Pada masa ini Caravaggio masih belum menemukan teknik yang menjadi ciri khasnya. Ia hanya memanfaatkan elemen yang ada dalam lukisan tersebut sebagai medianya dalam berkomunikasi.
Menurut Giuliu Mancini, pada saat karya ini diciptakan, ia tinggal bersama dengan Monsignor Pandulfo Pucci di Pallazo Colonna. Caravaggio melukis gambar-gambar yang bersifat religius untuk Pucci, namun hingga saat ini, tak ada satu pun karya yang ia ciptakan untuk Pucci tersebut diketemukan. Caravaggio tidak menyukai cara Pucci memperlakukan dirinya, ia kemudian memutuskan untuk pindah dari tempat itu.
Di saat bersamaan Caravaggio juga menjual karyanya secara langsung kepada pembeli tanpa sepengetahuan Pucci, dan salah satunya adalah lukisan ini.
Bagi orang awam, adegan di dalam lukisan ini nampak biasa saja. Hanya sebuah objek di mana ada seorang pemuda yang sedang berusaha mengupas buahnya. Namun bagi seorang pelukis atau seniman setiap elemen yang ada dalam karya ini memiliki makna tertentu. Sebagai gambarannya seperti berikut ini :
- PEMUDA. Objek pertama yang menyita mata kita tentu adalah adanya seorang pemuda di mana ia terlihat menggunakan pakaian yang cukup rapih. Ini mencerminkan ia tidak berasal dari pedesaan. Karena pada zaman itu, pemuda yang berasal dari pedesaan terlihat dari cara berpakaian yang berantakan.
- BUAH. Elemen kedua yang menonjol tentu berada pada keberadaan buah yang ada dalam lukisan tersebut. Ada buah yang sedang dipegang oleh pemuda tersebut dan hendak dikupas. Ada juga buah-buahan yang bertebaran di atas meja dengan banyak pilihan. Setidaknya kita bisa melihat adanya apel, peach, pear dan plum.
Yang menjadi pertanyaan, bahkan akhirnya menimbulkan perdebatan adalah :
Buah apa yang sedang dikupas oleh anak muda tersebut ?
Inilah uniknya lukisan itu, untuk bisa menikmati dan memahami keseluruhan adegan dalam lukisan tersebut kita juga harus memperhatikan hal-hal yang kadang terlihat sepele, tetapi justru di situlah letak maknanya.
Menurut beberapa pemerhati lukisan, buah yang sedang dikupas oleh pemuda tersebut adalah buah pear. Dan sebagian kalangan juga setuju akan kesimpulan tersebut, namun ada juga yang mengatakan bahwa buah yang sedang dikupas tersebut adalah plum. Yang banyak orang sangsi akan hal tersebut karena warnanya kurang gelap. Tak hanya berhenti di kesimpulan itu saja, karena ada yang mengatakan bahwa buah yang sedang dikupas tersebut sebenarnya adalah Bergamot.
Bergamot (citrus bergamia) sendiri adalah salah satu jenis jeruk yang merupakan hasil kawin silang antara jeruk lemon dan jeruk pahit (bitter orange / citrus aurantium). Warnanya hijau ke kuningan tergantung kadar matangnya. Rasanya tidak seasam lemon namun lebih pahit dari limau gedang (grapefruit). Kata bergamot berasal dari kata italia “bergamotto” yang merupakan nama sebuah kota di Italia atau dari bahasa Turki ottoman yang artinya “prince’s pear”. Prince’s pear inilah mungkin yang dimaksud dengan buah pear.
Dengan mengenali tentang buah yang sedang dikupas oleh si pemuda, kita bisa memahami bahwasannya lukisan ini sedang menceritakan tentang :
Seorang pemuda yang sedang mendemonstrasikan tentang pengendalian diri dari dosa-dosa yang terlihat manis ~ John T. Spike
Buah adalah elemen yang digunakan sebagai simbol yang penuh makna pada masa-masa renaisans. Salah satunya menjadi simbol godaan bagi manusia. Seperti cerita Nabi Adam dan Siti Hawa di surga, yang pada akhirnya diturunkan ke bumi karena menuruti godaan setan yang terkutuk dengan memakan buah kuldi.
Jika kita perhatikan dengan saksama, buah-buahan yang tidak dikupas di atas meja tersebut adalah buah yang memiliki rasa manis. Ini menandakan, anak laki-laki tersebut sedang menahan diri untuk tidak terjebak dalam godaan-godaan yang terlihat manis. Ia lebih memilih rasa asam dan pahit untuk dikupas.
Bisa jadi juga makna lainnya adalah pemuda tersebut lebih memilih kehidupan yang asam dan pahit daripada kehidupan yang manis karena ia takut terkena diabet dosa di masa akhir hidupnya, hehehe. Atau mungkin juga si pelukis sedang menceritakan tentang kehidupan yang sedang dijalaninya saat itu. Bahwa ia sedang hidup dalam dunia yang penuh akan kepahitan dan keasaman, sementara di sekelilingnya merupakan kehidupan yang terlihat manis. Hihihi..
Persepsi yang terakhir adalah Sang pemuda memilih kehidupan yang pahit dan asam, dan ia juga sebenarnya merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi di dalamnya. Apalagi bagi Caravaggio tempat tersebut adalah tempat baru yang akan ia jajaki. Itulah sebabnya ia menyajikan adegan mengupas buah dalam lukisan tersebut.
Apabila kalian punya persepsi lainnya, Silakan interpretasi kan sendiri lho ya ?
THE YOUNG SICK BACCHUS (1593-1594)
Lukisan ini merupakan self potrait pertama Caravaggio saat ia masih belajar dengan Simon Peterzano sekitar tahun 1593-1594. Terbuat dari cat minyak dengan ukuran 67 cm x 53 cm. Tujuan dari terciptanya lukisan ini disinyalir sebagai salah satu trik marketing atau istilah jaman sekarang adalah branding. Ia ingin menunjukkan kepada publik bahwa ia juga mampu membuat lukisan-lukisan dengan objek figur tidak hanya still life semata.
Namun sejarah mencatat bahwasannya saat lukisan ini diciptakan, Caravaggio sedang dirawat di rumah sakit Santo Maria Della Consollazione selama enam bulan. Bayangin aja, 6 bulan dikurung di rumah sakit tentu sangat membosankan bukan ? Untungnya Caravaggio bisa menemukan cara untuk membuatnya tetap merasa hidup. Hihi.. Sebelum kita merasakan lockdown, Caravaggio sudah pernah mengalaminya donk gaez. Tapi yang namanya orang kreatif mah beda ya ? Dikurung pun masih tetap berkarya, lah kita.. dikurung jadinya rebahan mulu, hahaha...
Menurut Paolo Zamboni, seorang Profesor di University Of Ferrera, saat itu Caravaggio sedang mengidap penyakit Addison. Sebuah penyakit yang mewabah di tahun 1800an. Hal ini terlihat dari ciri-cirinya yaitu, ekspresinya memperlihatkan ia sedang mengalami anemia, kulitnya berwarna kekuningan, namun ada beberapa kulitnya yang berubah menjadi kehitaman.
Lukisan ini menggambarkan penderitaan yang sedang dialami oleh Caravaggio dari ekspresinya yang terlihat meringis dan kepalanya dengan posisi miring. Namun dengan cara yang cukup kontras pula, Caravaggio menggunakan sosok Bacchus sebagai objek yang merefleksikannya.
Bacchus adalah dewa Romawi yang dikenal sebagai dewa anggur, kesuburan, pesta, dewa yang suka bersenang-senanglah pokoknya. Dalam peadaban Yunani Bacchus dikenal dengan nama Dionisius.
Kesan paradoks dalam lukisan ini sangat kental dan nyata sekali ya ? Bahwa dewa pesta pun digambarkan bisa merasakan sakit walaupun ia nampak menutupi rasa sakitnya tersebut.
Dari gambaran ini saya bisa menarik kesimpulan bahwasannya mereka yang suka berpesta dan berhura-hura serta haus akan kesenangan dengan cara berlebihan adalah orang-orang yang sesungguhnya sedang memiliki banyak luka dalam dirinya.
Ia memanfaatkan pesta dan kesenangan untuk lari dari kenyataan yang sedang dialaminya. Memang ada orang-orang yang butuh media lainnya untuk kabur dari dirinya sendiri. Mereka membutuhkan penghiburan yang sangat instan agar luka dalam dirinya terlupakan. Hal ini menyiratkan pepatah :
Mereka yang suka menghibur orang, sesungguhnya adalah orang-orang yang paling butuh untuk dihibur.
Bahwa dalam kegembiraan yang terrefleksi pada lahirnya, sesungguhnya selalu ada luka batin yang membuatnya menangis. Setiap manusia memang memiliki cara berbeda dalam menanggulangi lukanya.
Ada mereka yang menutupinya dengan mengalihkan prioritasnya pada kebutuhan jasmaninya. Ada juga manusia yang memutuskan untuk fokus menyembuhkan luka hatinya dibandingkan disibukkan dengan hal-hal yang bersifat jasmani. Ada juga yang merefleksikan lukanya dengan menyakiti orang lain agar dirinya merasa lebih baik, padahal ia hanya menambahkan luka pada dirinya sendiri. (Gw kayaknya seeing begitu.. ðŸ˜)
Kalian grup yang mana ?
THE FORTUNE TELLER (1594 – 1595)
The Fortune Teller Ver. 1 |
The Fortune Teller adalah salah satu lukisan Caravaggio yang memiliki versi lebih dari satu. Lukisan versi pertama dibuat pada tahun 1594 dengan ukuran 115 cm x 150cm dengan menggunakan media cat minyak. Saat ini lukisan tersebut disimpan di Musei Capitolini, Roma, Italia.
Lukisan versi keduanya dibuat pada tahun 1595 masih dengan media cat minyak dan saat ini disimpan Louvre, Paris. Dimensi lukisan ini lebih kecil dari versi sebelumnya, yaitu 93 x 131 cm. Secara elemen keduanya memiliki objek yang hampir sama. Akan tetapi secara ekspresi keduanya terlihat berbeda. Ya setidaknya posisi dari kepala sang laki-laki justru menjauh dari objek perempuannya. Hihihi..
Perlu diketahui bahwa saya tidak akan membahas keduanya satu per satu ya ? Tetapi saya akan membahas secara garis besarnya saja. Nanti saya akan tambah dengan beberapa persepsi yang saya tangkap dari pemandangan ini.
Adegan yang disajikan dalam karya ini adalah :
- Seorang pemuda dengan pakaian yang terlihat rapi. Seolah ia adalah seorang bangsawan atau pemuda yang memiliki edukasi yang cukup baik. Pada lukisan versi pertamanya tidak terlihat sang pemuda mengekspos perhiasan yang melingkar di lehernya. Sementara pada lukisan versi kedua kalung sang pemuda terlihat jelas. Bahkan beberapa aksesori yang menempel padanya pun terlihat lebih banyak dibandingkan versi pertama. Hal ini menunjukkan bahwa ia berasal dari kalangan yang berada.
- Objek selanjutnya adalah seorang wanita yang berdiri di sampingnya dengan gaya pakaian yang cukup sederhana. Ia lah sang Fortune Teller atau peramal. Hal ini terlihat dari aksinya yang sedang membaca tangan sang pemuda.
- Jika kita perhatikan dengan saksama, si wanita tidak hanya membaca tangan sang pemuda saja, tetapi ia juga berusaha untuk menarik cincin yang melingkar di jari sang pemuda. Sementara sang pemuda terlihat fokus melihat pada ekspresi/wajah sang wanita. Pada lukisan versi pertama sang pemuda terlihat sangat tertarik juga pada kecantikan sang wanita. Hal ini terlihat dari kemiringan kepala yang lebih mendekat pada sang wanita. Sementara pada lukisan versi kedua kepala sang pemuda terlihat agak menjauh dari sang wanita. Atau terlihat lebih memiliki kesadaran atas dirinya sendiri. Hihihi..
The Fortune Teller Ver, 2 |
Dalam pemandangan ini saya menangkap beberapa pesan di dalamnya. Makna ini tidak mutlak kebenarannya loh ya ? Karena terkadang apa yang kita tangkap bisa saja berbeda-beda. Namun setidaknya ini bisa menambah koleksi persepsi tentang lukisan tersebut, hahaha..
- TIPUAN. Bagi saya, Caravaggio ingin menyampaikan bahwasanya ramalan itu bisa jadi sebagian besar isinya bukan tentang kebenaran. Hal ini nampak sekali dari lukisan versi kedua. Di mana saat ia menceritakan kepada sang pemuda tentang isi ramalannya, si wanita juga berusaha mengambil sesuatu dari tangan si pemuda. Hal ini menunjukkan bahwa isi ramalannya hanya sebuah kedok untuk mengalihkan tujuan sebenarnya yaitu ingin mengambil sesuatu dari sang pemuda. Apalagi kalo isi ramalannya cantik ya ? Hihihi.. maka berhati-hatilah dengan aktivitas ini. Ada prediksi yang memang terjadi apalagi bila dilengkapi dengan penjelasan fenomena berupa gejala dan ilmu. Ada juga yang memang hanya omong kosong saja. Cuma buat bahan untuk dunia tipu-tipu.
- KEBODOHAN. Jangan sampai kita menjadi korban kebodohan hanya karena sebuah ramalan yang belum tentu valid kebenarannya. Terkadang sebuah retorika yang nampak manis membuat kita terjebak dalam cerita kebohongan, sehingga tanpa sadar kita dimanfaatkan oleh orang-orang yang dengan sengaja ingin memanipulasi diri kita dengan narasinya.
- NAIF. Terkadang yang nampak polos dan tak bersalah justru menjadi sosok yang penuh intrik. Ia membalut tubuhnya dengan kepolosan padahal hatinya penuh dengan tipu muslihat. Belajarlah dari setiap peristiwa yang pernah kita alami sehingga kita tidak menjadi naif dalam menghadapi orang lain. Setidaknya kita bisa mengetahui mana yang benar-benar baik atau yang hanya berpura-pura baik saja.
- ILUSI. Dalam hidup ini kita kadang disajikan dengan sesuatu yang membuat kita merasa sangat bahagia ketika mendengarnya walaupun hal tersebut adalah sebuah kebohongan. Salah satunya adalah pujian. Pujian membuat kita sangat terlena, meski kadang pujian tersebut disampaikan karena tujuan tertentu. Tanpa kita sadari kebohongan-kebohongan ini akan membuat kita hidup dalam sebuah ilusi, sehingga ketika kita menyadari tentang sebuah realitas, kita merasa tertusuk duri. Ego kita pun akan tersakiti yang membuat kita menjadi manusia dengan banyak penyakit hati.
Kebanyakan ini persepsinya ya ? Hahaha.. Kalo menurut kalian, apa yang bisa kalian tangkap dari pemandangan di atas ?
THE CROWNING WITH THORNS (1602-1607)
Lukisan ini cukup membuat saya banyak merefleksi diri. Entahlah, tapi saya merasa bahwa lukisan ini sangat relate dengan apa yang saya alami, secara makna ya ? jangan salah ! Hihi..
The Crowning Thorns adalah salah satu lukisan religius yang diciptakan sekitar tahun 1602 hingga 1607 Masehi. Menggunakan media cat minyak dengan dimensi lukisan 127 cm x 165,5 cm. Kini lukisan ini disimpan di Kunsthistorisches Museum, Vienna.
Lukisan ini menggambarkan tentang Yesus yang sedang dipaksa untuk memakai mahkota dari kawat berduri di atas kepalanya oleh penguasa dalam pemerintahan pada saat itu dengan memerintahkan dua eksekutor di belakangnya.
Jika kita perhatikan dalam lukisan ini ada beberapa orang yang terlibat. Setidaknya ada empat orang yang berada dalam scene ini. Mari kita bahas satu persatu :
- OFFICER. figur pertama yang saya bahas adalah seorang officer atau orang menyimbolkan sebuah orang yang berkuasa atau orang pemerintahan pada saat itu. Ia duduk membelakangi kita dengan pakaian dilapisi baju besi warna hitam yang lengkap dengan topinya dengan warna senada. Ekspresinya memperhatikan figur yang sedang disiksa. Ia seolah berada di sana sebagai orang yang memberikan perintah kepada eksekutor.
- EKSEKUTOR. Ada dua figur eksekutor yang memaksa memasangkan mahkota berduri dan menyiksanya dengan dua tongkat bambu yang diarahkan ke tubuhnya. Mereka terlihat sebagai orang yang hanya melakukannya sebagai bentuk menjalankan perintah saja.
- KORBAN. Dalam adegan ini, sang Korban adalah Yesus yang sedang mendapatkan paksaan untuk memakai mahkota berduri sebagai bentuk penghinaan karena klaim yang dilakukannya sebagai seorang Rosul. Dari kepalanya nampak mengalirkan darah di area dahi. Mengapa yang diserang bagian kepalanya ? Menurut saya karena mereka ingin menghina konsep yang didatangkan oleh Yesus pada umat saat itu. Namanya konsep, sudah pasti terletak di kepalanya donk ya ? Dari ekspresinya, Yesus terlihat menahan rasa sakitnya dengan rasa sabar yang sangat luar biasa. Bahkan sesungguhnya ia juga memegang tongkat yang bisa ia gunakan untuk menangkal siksaan itu, namun yang ia lakukan justru sebaliknya. Ia tidak melawan balik kepada para eksekutor.
Scene inilah yang membuat saya merefleksi diri sendiri. Tentang bagaimana Yesus mengajarkan kita menghadapi sebuah penderitaan. Ada orang yang Tuhan ciptakan sebagai jembatan penghubung atas pelajaran tersebut. Salah satunya adalah Caravaggio. Di mana ia mampu mengekspos penderitaan agar kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa yang dihadapi oleh Yesus pada saat itu secara visual.
Caravaggio bisa menampilkan ekspresi yang dirasakan oleh Yesus hanya berdasarkan dari gospel , dan bisa menjadi suatu pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Di sinilah sesungguhnya Caravaggio mampu menampilkan penderitaan sebagai bentuk keindahan secara harfiah, sementara ekspresi kesabaran Yesus adalah mengandung kekuatan dan keindahan yang hakiki. Keindahan yang tak mampu dilihat oleh mata manusia, namun hanya bisa diakses melalui mata hati.
WHAT I LEARN
Pada dasarnya kita bisa belajar tentang kehidupan dari banyak sumber. Bahkan kita juga bisa mengambil pelajaran dari sebuah ilustrasi dalam lukisan. Contohnya adalah lukisan The Crowning Thorns oleh Caravaggio ini.
Dari lukisan ini saya banyak belajar tentang beberapa hal :
- SABAR. Dalam menghadapi ujian apa pun, kesabaran menjadi kunci utama dalam hidup. Entah itu fitnah, penghinaan, siksaan, dan segala sesuatu yang membuat kita menderita. Bahkan dalam Alquran pun Tuhan selalu mengingatkan kepada kita untuk selalu bersabar dan berdoa ketika menghadapi rasa sakit yang kita terima. Bisa jadi kepasrahan yang ada dalam ekspresi Yesus dalam lukisan tersebut adalah simbol dari kepasrahan diri dan berserah diri sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa. Ciri mukmin sejati adalah dengan berserah diri. Kesabaran adalah senjata terkuat menghadapi apa pun.
- INNER POWER. Meskipun terlihat merana dan sadis, namun sesungguhnya figur terkuat di dalam lukisan ini adalah Yesus, bukan ketiga figur yang ada di sekitarnya. Bayangkan saja, hanya untuk menanggulangi satu orang mereka harus melibatkan tiga orang sekaligus. Ini menandakan bahwa mereka sesungguhnya adalah orang-orang yang insecure5. Tak hanya itu, mereka bahkan membutuhkan komponen lainnya untuk menyiksa. Betapa sebenarnya adegan ini menunjukkan merekalah yang secara hakikat sesungguhnya adalah orang-orang yang sangat lemah.
- DIAM. Saat kita mengalami sebuah penghinaan , reaksi terbaik dan tepat yang perlu kita tunjukkan adalah sikap diam. Melawan mereka yang penuh amarah dan penyakit hati itu sama aja buang-buang energi. Toh pada dasarnya kata-kata mereka sesungguhnya tidak memiliki kekuatan apa pun apabila kita tidak meresponsnya. Hinaan mereka hanya akan berhasil apabila kita bereaksi terhadapnya. So, biarkanlah mereka itu bergaul dengan amarah dan penyakit hatinya sendiri saja.
- MENERIMA EMOSI/SAKIT. Dari ekspresi yang nampak dari wajah Yesus adalah ia menerima rasa sakit itu, tidak menolaknya. Ia menerima emosi dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh siksaan tersebut, namun kemudian melalui proses sabar, ia mengurai rasa sakit tersebut sehingga tidak lagi berpengaruh terhadap egonya.
- SELF CONTROLING. Dari sini kita bisa belajar tentang pengendalian diri yang dilakukan oleh Yesus. Ia bisa saja melawan para eksekutor, dan belum tentu dia kalah meskipun seorang diri. Namun ia lebih memilih untuk mengendalikan dirinya sendiri. Ia tidak ingin amarah dan setan mengusainya. Maka ia menjadi manusia yang berserah diri sepenuhnya.
- KETEGUHAN AKAN KEBENARAN. Dari Yesus kita belajar tentang teguh mendirikan kebenaran meskipun banyak siksaan, hinaan, ujian yang harus kita terima. Karena hal tersebut pada akhirnya akan membuat jiwa kita semakin kuat dan jejek6 dalam menghadapi kehidupan. Mereka yang hidupnya dipenuhi dengan kebohongan, akan hidup secara terombang ambing di muka bumi ini.
- PRIDE AND DIGNITY. Mereka yang haus akan kemuliaan dan kebanggaan diri pada akhirnya adalah orang-orang yang justru akan kehilangan hal tersebut. Biasanya untuk mendapatkan kemuliaan, orang akan memanfaatkan kebanggaan diri yang berlebihan. Di sini kita bisa melihat dari adegan si Officer, yang sesungguhnya ia memendam rasa iri akan kemuliaan yang di dapat Yesus secara natural. Untuk mengambil alih kemuliaan itu dari Yesus, ia memanfaatkan jabatannya untuk berkuasa atas hidup Yesus dengan memerintahkan dua orang eksekutor. Sayangnya ia tak akan pernah mendapatkan kemuliaan dengan cara itu selamanya.
Dalam kehidupan ini banyak karakter manusia yang akan kita temukan. Akan selalu ada orang-orang yang memiliki peranan seperti ketiga orang tersebut dalam ruang lingkup kita. Ada orang-orang yang merasa terancam oleh keberadaan kita sehingga mereka berusaha menghancurkan kita bagaimana pun caranya. Ada orang-orang yang haus akan kekuatan (power) sehingga ia berusaha memanipulasi kehidupan orang-orang agar ia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Ada orang-orang yang tak mampu menolak perintah orang lain dan hidup sesuai dengan apa yang diperintahkan orang lain (people pleasure) meskipun ia sendiri sesungguhnya tidak merasa nyaman. Ada juga orang-orang yang mampu mengelola dirinya sendiri sehingga siapa pun yang berusaha menguasainya tidak mampu membeli jiwanya dengan apa pun.
MY POV
Akan selalu ada orang-orang seperti Firaun dan Musa dalam hidup kita, seperti apa yang tertera dalam AlQuran bahwa Tuhan selalu menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan. Termasuk karakter manusia.
Seperti yang pernah saya bahas sebelumnya bahwasannya menulis adalah media saya dalam belajar. Maka gak lengkap kalo kita sudah membahas panjang lebar tetapi gak bisa membuat poin kesimpulan, yekan ? Hahaha..
Dengan membuat kesimpulan saya bisa merekap kembali tentang pengetahuan yang saya terima melalui proses menulis ini. Paling tidak saya bisa menangkap beberapa poin berikut ini :
- Banyak karya Caravaggio yang diciptakan secara series. Selain The Fortune Teller, The Crowning Thorns juga memiliki series yang lainnya. Ini artinya tak masalah kan kalo kita menggunakan konsep yang sama dalam membuat sebuah karya namun memiliki dua hasil karya atau lebih yang berbeda.
- Karyanya didominasi dengan tema-tema yang sadis. Disajikan dalam sebuah pemandangan tentang kematian, penyiksaan, rasa sakit dan perjuangan. Tema ini mampu mendominasi karyanya karena secara kehidupan nyata, Caravaggio pun hidup dengan cara yang sama. Apalagi ia adalah seniman yang membuat karyanya melalui observasi secara langsung. Dan pengalaman hidupnya adalah hal yang paling dekat dengannya dan bisa diamati serta dirasakan oleh dirinya sendiri. Jadi setiap adegan yang ia tunjukkan dalam karyanya seolah mengabarkan kepada dunia tentang kehidupan yang sedang ia jalani.
- Kemampuannya dalam memanipulasi cahaya dalam karyanya membuat lukisannya nampak lebih dramatis dan realistis. Karena kita bisa menyaksikan apa yang mampu ia tangkap dari alam dan sekitarnya dengan detail.
- Caravaggio banyak menampilkan paradok dalam karyanya. Ya mungkin memang banyak seniman yang bercerita dengan cara menampilkan paradok dalam karya-karyanya. Bukankah hidup kita pun penuh dengan hal ini ?
- Dari Caravaggio kita bisa belajar tentang konsistensi. Pada akhirnya ia menjadi pelopor atau trend setter karena konsistensinya dalam menerapkan teknik Tenebrist dalam karya-karyanya. Jadi kalau mau terkenal gak usah hobi jegal orang lain. Tapi cukup konsistensi membangun skill yang jelas. Mampu melakukan banyak hal itu bagus, tetapi setidaknya pilih salah satu yang membuatmu fokus di dalamnya dan konsisten meningkatkan skill hingga taraf ahli (expert).
Baiklah ! Itulah sekelumit biografi dan karya Caravaggio. Semoga tulisan ini tidak hanya sebagai materi bacaan semata namun kita juga bisa belajar dari karyanya maupun kisah hidupnya. Ambillah pelajaran sisi positifnya dan tinggalkan lah sisi negatifnya. Hehe.. jangan lupa untuk terus berkarya meski kadang kondisi tidak memungkinkan, seperti yang dialami Caravaggio saat sakit. SemangArt !
Daftar Pustaka :
- Wikipedia. Caravaggio. Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://www.wikipedia.org/wiki/Caravaggio
- Sooke, Alastair. 2016. Why Caravaggio Was As Shocking As His Paintings. BBC dot com. Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://www.bbc.com/culture/artikel/20161010-why-caravaggio-was-a-shocking-as-his-paintings
- Wikipedia. Bergamot Orange. Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Bergamot_orange
- Wikipedia. The Fortune Teller (Caravaggio). Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://en.wikipedia.org/wiki/The_Fortune_Teller_(Caravaggio)
- Wikipedia. Boy Peeling Fruit. Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Boy_Peeling_Fruit
- Wikipedia. The Crowning With Thorns (Caravaggio, Vienna). Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://en.wikipedia.org/wiki/The_Crowning_With_Thorns_(Caravaggi0,_Vienna)
- Wikipedia. Young Sick Bacchus. Diakses pada 27 Desember 2022 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Young_Sick_Bacchus
0 Comments
Dalam beberapa kasus kolom komentarnya tidak mau terbuka, Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.