TEKNIK POINTILIS : PENGERTIAN, SEJARAH DAN MANFAATNYA

Teknik Pointilis adalah


Blog Seni Indonesia - ewafebriart.com | TEKNIK POINTILIS :  PENGERTIAN, SEJARAH DAN MANFAATNYA.

Setelah kemarin saya membahas tentang Gaya Baroque, kali ini saya akan membahas tentang Pointilism atau teknik pointilis. Seperti apa pembahasannya, dan apa manfaatnya ? Yuk kita kulik bareng-bareng.

TEKNIK POINTILIS :  PENGERTIAN, SEJARAH DAN MANFAATNYA

Belakangan ini banyak kita jumpai gambar dengan teknik arsir dan stippling yang bertebaran di timeline sosmed ya ? Apalagi timeline anak jurnal yang hobi mendekorasi halaman layoutnya dengan gaya minimalis. Nah, kali ini saya akan membahas tentang teknik ini lebih dalam lagi. Hihihi.. Baca sampai habis ya ? 

DEFINISI POINTILISM

Teknik Pointilis atau Pointilisme adalah sebuah teknik menggambar dengan memanfaatkan tekstur titik-titik (dotted) untuk menciptakan volume pada suatu objek, sehingga membentuk gambar yang diinginkan. (ewafebri, Art Therapi Ideas | Teknik Gambar Pointillime, 2018).

Saya kutip dari Wikipedia, teknik Pointilisme adalah :

“ is a technique of painting in which small, distinct dots of color are applied in pattern to form an image.”

Sementara dari detik.com :

“Teknik seni rupa yang tersusun atas titik-titik kecil sehingga membentuk objek gambar.”

Definisi dari Gramedia.com :

“Teknik menggambar atau melukis yang memanfaatkan susunan titik-titik yang diolah sedemikian rupa, sehingga membentuk objek.

Secara garis besarnya, pengertian teknik pointilis adalah :

“Sebuah objek, panorama, adegan (scene) dalam karya seni rupa yang dibentuk oleh elemen berbentuk titik. Yang memberikan efek pencahayaan dan bayangan dari kerapatan dan kerenggangan jarak titik yang digunakan. “

Teknik pointilis sangat erat hubungannya dengan teknik pencahayaan dan bayangan (light and shadow) karena dua elemen tersebut sangat berpengaruh untuk menciptakan sebuah ilusi dalam gambar sehingga objeknya bisa terlihat memiliki volume (tiga dimensi).

SEJARAH TEKNIK POINTILIS

Istilah Pointilis sebenarnya pertama kali disematkan oleh Felix Feneon, seorang kritikus seni yang saat itu mengkurasi karya dari George Seurat. Ia memberikan istilah Peinture Au Point (Painting By Dots) pada karya Seurat sekitar tahun 1886. (Fandy, Pengertian Teknik Pointilis : Sejarah, Teknik dan Contohnya. Gramedia.com)

Konon menurut sejarahnya, suku Aborigin yang mendiami benua Australia sudah memanfaatkan teknik ini terlebih dahulu, sebelum dikokohkan menjadi sebuah teknik melukis yang kita kenal saat ini. Meskipun orang pertama yang memberikan istilah tersebut adalah Felix, namun yang terkenal sebagai pencetusnya, tentu saja adalah George Seurat dan Paul Signac 1886. Karena karya mereka lah yang  memang memanfaatkan teknik lukis ini.

Teknik Pointilis sendiri sangat erat hubungannya dengan aliran impresionisme, bahkan ia juga merupakan penanda perubahan zaman dari seni modern impresionisme ke neo-impresionisme.

Mengapa ia dimasukkan dalam kategori seni impresionisme ?

Dalam seni impresionisme terdapat teknik dab atau olesan-olesan kecil yang menyerupai titik untuk membentuk sebuah objek. Karakteristik inilah yang kemudian membuat teknik pontilis dianggap sebagai cabang dari seni impresionisme.

Salah satu karya yang menarik perhatian para kritikus seni, sehingga mereka menyematkan istilah aliran baru “neo-impresionisme” adalah karya Seurat yang berjudul “Un Dimanche a la Grande Jette” yang artinya “Minggu Sore Di Pantai La Grande Jette”. Dengan penyematan istilah baru “neo-impresionisme” ini mengukuhkan teknik pointilis sebagai aliran yang berdiri sendiri atau terlepas dari impresionisme, meskipun tidak secara total. Artinya para kritikus bisa melihat perbedaan yang sangat signifikan di antara keduanya.

Sebelumnya teknik pointilis juga dianggap sebagai teknik divionisme atau pun kubisme. Namun karena perbedaannya sangat mencolok, maka para kritikus seni mengklasifikasikannya dengan teknik baru. Perbedaan ini terletak pada “corak titik-titik” yang digunakan untuk membentuk suatu objek. Sementara teknik lainnya mereka mengandalkan corak garis dan juga goresan kuas.

JENIS TEKNIK POINTILIS

Teknik pointilis tidak banyak diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Karena secara umum penggunaannya pun hampir sama semua. Dalam teknik ini, hal yang paling mendasar adalah bagaimana penempatkan elemen “titik-titik” agar bisa menyusun suatu objek.

Setidaknya ada dua jenis teknik pointilis yang dikategorikan berdasarkan warna yang digunakan, yakni :

  • POINTILIS HITAM PUTIH (MONOKROM) : di mana dalam teknik ini seniman hanya memanfaatkan dua warna sebagai elemen untuk membentuk sebuah gambar. Warna hitam atau gelap digunakan sebagai area shading (bayangan) yang berfungsi untuk menciptakan bentuk dasar gambar serta memberikan volume pada objek yang akan dibuat. Warna terang yang berfungsi sebagai penanda di mana datangnya arah cahaya. Prosesnya sama halnya seperti drawing yang membutuhkan area arsir dan area terang pada gambar agar terlihat tiga dimensi. Bedanya adalah area arsir dibentuk dan didominasi dengan corak titik-titik.
  • POINTILISM MODERN : jenis pointilis yang menitikberatkan pada kumpulan warna tertentu di suatu area yang dibutuhkan untuk membentuk suatu objek. Hal mendasar yang harus diperhatikan oleh seniman adalah penggunaan gradasi warna agar menciptakan kesan blended3 saat pindah dari area gelap ke area terang (transisi warna). Dalam pontilis modern, seniman diharapkan tidak takut menerapkan warna-warna yang menjadi ciri khasnya. Karena inti dari teknik ini adalah pada penguasaan permainan warna yang disajikan oleh penciptanya.

Itulah jenis pointilis yang saya ketahui, jika teman-teman ada yang mengetahui lebih lengkap selain jenis di atas, boleh menambahkan di kolom komentar.

KARAKTERISTIK

Apa sih yang bisa membedakan teknik pointilis dengan yang lainnya ? Hmmm... beberapa ulasan di bawah ini semoga bisa membatu teman-teman untuk mengetahui apa saja cirinya :

  • Hal pertama sudah pasti terlihat dari penggunaan corak titik yang mengisi area agar terbentuk sebuah objek yang diinginkan. Ibaratnya tuh kayak pixel dalam foto atau layar tv ya ?
  • Pada pontilis monokrom (hitam putih) umumnya seniman menggunakan drawing pen dengan berbagai ukuran agar bisa membentuk sebuah gambar yang sesuai. Tak hanya perbedaan mata penanya saja yang diperhatikan, tetapi juga letak kerapatan antar titik. Hal ini dikarenakan area yang tidak banyak titik-titiknya, biasanya merupakan area highlight atau tempat datangnya cahaya.
  • Menghasilkan sebuah ilusi bagi yang memandangnya. Gambar yang kita lihat akan memberikan efek yang berbeda apabila kita melihatnya dari jarak dekat atau pun jarak jauh. Saat kita melihatnya dari jarak jauh, maka objek lebih terlihat sangat jelas. Sementara saat kita mendekat pada lukisan, maka akan terlihat hanya seperti kumpulan titik-titik yang saling bergerombol di berbagai area.
  • Banyak seniman yang memanfaatkan cat minyak untuk membuat pointilis modern. Namun bisa juga kok pake cat acrylic. Apalagi cat acrylic kan lebih cepat kering dibandingkan cat minyak, maka akan lebih mudah saat kita ingin menumpuk warna lain di atasnya. Mungkin yang agak sulit penerapannya adalah menggunakan cat air ya ? Karena sifat cat air yang lebih spontan (uhuy) dibandingkan acrylic dan cat minyak agak sulit untuk dikontrol. Kecuali warna yang digunakan langsung dari tubenya. Paling tidak, dari karya Paul Signac kita bisa menyaksikan bahwa cat air pun bisa digunakan untuk teknik ini.
  • Teknik pointilis ini kebanyakan menggunakan warna yang langsung dari tubenya atau warna murni. Alias tidak menggunakan teknik blending seperti umumnya kita menggunakan cat acrylic atau cat minyak. Blending di sini adalah warna campuran di atas kanvas ya ? Tapi saya rasa jika ingin menciptakan warna baru dengan cara blending di atas palet masih bisa sih.
  • Menggunakan kuas dengan bentuk round atau lancip. Kalo pengalaman pribadi, saya terkadang menggunakan bagian ujung pegangan kuas. Karena kebanyakan ujung kayu pegangannya berbentuk lebih rounded kan ya ?
  • Ukuran titik lebih fleksibel. Gak harus menggunakan satu ukuran titik. Tetapi disesuaikan dengan kebutuhannya. Bisa besar atau kecil.

Gimana ? Gampangkan mengetahui ciri-cirinya ? Pokoknya apabila sebuah objek dalam lukisan dibentuk dengan corak titik dan mendominasi seluruh areanya, berarti sang seniman menggunakan teknik pointilis.

TOKOH GAYA POINTILISM

Gak lengkap rasanya kalo kita tidak menyertakan tentang siapa saja tokoh yang menerapkan teknik ini ke dalam karya-karyanya ya ? Paling tidak dengan sedikit ulasan tentang para tokohnya, kita jadi lebih bisa memahami tentang teknik lukisan ini.

PAUL SIGNAC

Paul Signac

Paul Victor Jules Signac adalah nama lengkap yang dimiliki oleh pelukis dari Prancis era Neo Impresionisme. Ia lahir pada 11 November 1863 di Paris, Prancis. Di awal karirnya, Signac sebenarnya belajar tentang seni arsitektur, namun saat memasuki usia menginjak dewasa, 18 tahun ia memutuskan untuk menjadi seorang seniman.

Di tahun 1884 ia bertemu dengan Claude Monet dan Georges Seurat. Ia sangat tertarik dengan teori warna yang dimiliki oleh Seurat dalam menciptakan karyanya. Ia juga mengagumi metode berkarya Seurat yang ia nilai sistematis. Kekaguman ini kemudian mempengaruhi karya-karyanya. Ia menjadi salah satu teman sekaligus pendukung Georges Seurat dalam mengembangkan teknik Pointilis.

Dalam perjalanan karirnya, ia pernah menjadi Presiden atau memimpin asosiasi yang bernama Societe Des Artistes Independants. Asosiasi yang berdiri pada 29 Juli 1889. Asosiasi ini didirikan oleh beberapa tokoh, di antaranya ada Georges Seurat, Albert Duboi-Pillet, Henri Cross dan Odilon Redon. Ia menjabat sebagai Presiden dalam asosiasi tersebut hingga akhir hayatnya, 15 Agustus 1935 di Paris, Prancis.

Societe Des Artistes Independants merupakan sebuah asosiasi di mana para seniman diberkan kebebasan dalam berkarya dan mempublikasikan karyanya ke publik tanpa takut akan dijustifikasi atau diberikan apreasiasi dalam bentuk reward seperti kebanyakan asosiasi lainnya. Hal ini juga sudah tersirat dari motto yang digunakannya, yaitu : “Sans Jury Ni Recompense” yang dalam bahasa Inggris berarti “Neither Jury Nor rewards”. Sebuah prinsip yang menyemangati seniman lainnya untuk berkarya tanpa merasa takut akan kritik seni yang dilontarkan padanya.

Tahun 1886, Signac bertemu dengan Van Gogh di Paris, Prancis. Di tahun 1887, mereka berdua sering pergi bersama ke Asnieres-sur-Siene. Di sanalah mereka mendapatkan ide berkarya dengan tema landscape dan cafe.

Ada sebuah drama kehidupan yang sempat terekam sejarah pada zaman Neo Impresionisme yang melibatkan beberapa seniman. Di antaranya ada Toulouse Lautrec (yang merupakan teman dekat Van Gogh), Van Gogh, Paul Signac dan Henri De Groux di tahun 1890. Berawal dari Henri De Groux yang mengkritisi karya Van Gogh, dan membuat Lautrex menantang De Groux untuk berduel. Kemudian, Signac mendeklarasikan diri bahwasannya,

“Jika Lautrec dalam duel tersebut meninggal dunia, maka Signac yang akan meneruskan duel dengan De Groux sebagai bagian dari caranya menjaga dan membela kehormatan Van Gogh.”

Namun duel tersebut tak pernah terjadi, karena De Groux memutuskan untuk mengundurkan diri dari Asosiasi tersebut dan meminta maaf atas perilakunya tersebut. (Ya, mungkin pada saat itu kritiknya lebih ke nyinyir kali ya ? Daripada kritik yang membangun. Hehehe.. Makanya yang denger pun jadi ikutan gemoy !)

Karya Paul Signac banyak didominasi tema landscape dan seascape. Di mana ia menggunakan media cat minyak, cat air, pena dan juga ink. Tak hanya karya dengan corak warna yang indah, tetapi ia juga membuat karya dengan warna hitam putih.

Beberapa karya Paul Signac yang cukup dikenal hingga sekarang di antaranya :

  • Road To Genevevilliers, 1883.
  • Comblat Le Chateau, Le Pres, 1886.
  • Le Demolisseur (1897 – 1899)
  • The Port Of Rotterdam, 1907.
  • The Pine Tree At Saint Tropez, 1909.

The Pine Tree At Saint Tropes memiliki perpaduan corak warna yang sangat kontras dan komposisinya luar biasa. Kita bisa melihat bagaimana gerombolan warna-warna primer dan murni tanpa proses mixing di atas palet mampu menyajikan efek ilusi yang luar biasa. Kita bisa melihat teknik pencahayaan dari perpaduan warna primer yang saling tumpang tindih.

VINCENT VAN GOGH

Van Gogh

Ngomongin Impresionisme, gak lengkap kalau kita tidak membahas tentang tokoh yang satu ini. Tokoh yang semasa hidupnya dianggap sebagai orang gila atau pun seniman gagal. Perlakuan inilah yang kemudian membuat penyakit depresinya semakin parah hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Masih fresh di benak kita, ketika beberapa waktu lalu, di tahun 2022, karya Van Gogh sempat dilempari se-kaleng saus tomat oleh dua orang aktivis wanita. Ternyata, ketika ia sudah meninggal pun, orang masih saja ada yang merasa iri dengan keberadaannya, hihihi.. sehingga karyanya pun menjadi sasaran. Entahlah, siapa yang gak waras dalam hal ini ?

Van Gogh terlahir dengan nama lengkap Vincent Willem Van Gogh. Ia lahir pada 30 Maret 1853 di Zundert, Belanda. Ia dikenal sebagai pelukis di era Post Impresionisme yaitu era Pasca Impresionisme yaitu gerakan seni di Prancis yang berkembang pada tahun 1886-1905.

Van Gogh termasuk pelukis yang sangat produktif. Setidaknya tercatat ada sekitar 2100 karya telah ia ciptakan semasa hidupnya. Termasuk di antaranya ada 860 karya dengan media cat minyak, 43 karya self potrait (1885-1889), dan tema lainnya seperti landscape, still life, serta potrait. Masa terproduktifnya justru di tahun terakhir hidupnya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya karya Van Gogh yang diberi tanggal produksi dalam 2 tahun sebelum kepergiannya.

Sebelum memutuskan untuk menjadi pelukis, Van Gogh terlebih dahulu terjun ke dunia lukis melalui jalur Art dealer. Yaitu orang yang berprofesi sebagai penjual sekaligus pembeli lukisan. Intinya ngurusin jual beli lukisan lah. Hehehe.. Ya mungkin kalo sekarang kan banyak karya lukis yang dikelola melalui pelelangan.

Salah satu ciri khas dari lukisan Van Gogh yang paling menonjol selain goresan kuas dan juga pattern yang digunakan adalah pemilihan warna-warna gelap atau deep, sehingga memberikan kesan lebih dramatis. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan Van Gogh pada saat itu ya ? Suram ! Goresan kuas yang sangat ekspresif menyiratkan karyanya sebagai media katarsis untuk psikologinya. Ia mengalami kondisi depresi yang cukup parah dan kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di usia 37 tahun, tepat pada 29 Juli 1890, di Auvers-sur-Oise, Prancis.

Ia menjadi tokoh terkenal, justru setelah kematiannya. Orang-orang baru menyadari tentang kejeniusannya dalam mengekspresikan dirinya melalui karya. Ia memberikan statement melalui goresan dan pilihan warna yang cenderung suram atau deep.

Beberapa karyanya yang terkenal adalah sebagai berikut :

  • Starry Night Over The Rhone, 1888. Disimpan di Musee d’Orsay, Paris, Prancis.
  • Olive Trees With Alpilles In The Background, 1889. Disimpan di Museum Modern Art, New York.
  • Memory Of The Garden At Etten, 1888, saat ini disimpan di Hermitage Museum, St. Petersburg.
  • Eugene Boch (The Poet Againts a Starry Sky), 1888 disimpan di Musee d’Orsay, Paris.
  • Self Potrait, September 1889, disimpan di Musee d’Orsay, Paris.

Dalam karya Self Potrait yang ia ciptakan di tahun 1889, nampak dalam lukisan raut wajah dan ekspresi dari Van Gogh yang terlihat memang sedang menderita depresi. Setidaknya kita bisa mencermati dari ekspresi pada kerut di bagian dahinya, antar alis dan tatapannya yang kosong menghadap lurus ke depan. Bentuk bibir yang terlihat cemberut seolah menahan rasa amarah yang tertahan. Lukisan tersebut mampu mengekspresikan apa yang sedang dialaminya saat itu.

GEORGES SEURAT

Georges Seurat

Tokoh selanjutnya yang wajib dibahas ketika mengulas tentang teknik pointilis, tentu saja Georges Seurat. Mengingat istilah teknik pointilis disematkan oleh ktitikus seni, Felix Feneon pada karyanya.

Georges Pierre Seurat atau Georges Seurat adalah seniman Prancis pada era Post Impresionisme. Ia lahir pada 2 Desember 1859 dari pasangan Antoine Chrysostome Seurat dan Ernestine Faivre. Ia lagi di kota Paris, Prancis. Awal karirnya dimulai saat ia mengikuti pendidikan seni di Ecole Municipale de Sculpture et Dessin di dekat rumahnya di area Boulevard Magenta. Ia belajar pada seorang pematung yang bernama Justin Lequien. Dari Lequin ia belajar untuk mengembangkan olah rasa dengan membuat patung-patung antik dan juga merepro lukisan renaisans.

Pada tahun 1878 ia pindah sekolah di Ecole des Beaux_arts dan diajari oleh Henri Lehman. Dari Henri Lehman ia belajar seni patung dari awal. Dia diajarkan bagaimana membuat sketsa patung dari awal hingga proses membentuk patungnya. Masa pendidikannya secara formal ini berakhir di tahun 1879 dan dianggap sebagai murid yang berprestasi. Ia kemudian bergabung dalam badan militer selama kurun waktu kurang lebih setahun.

Setelah keluar dari Militer, ia kemudian kembali ke Paris, Prancis dan berbagi studio dengan temannya yang bernama Aman-Jean. Ia kemudian memperdalam keahliannya dalam hal membuat lukisan monokrom dengan memanfaatkan conte crayon.

Sebelum ia dikenal dengan teknik pointilisnya, pada awal karir Seurat, ia mendeklarasikan karyanya menggunakan teknik Chromoluminarism, yaitu sebuah aliran seni Neo Impresionisme yang didefinisikan karena penggunaan warna-warna murni yang membentuk sebuah ilusi. Dalam hal ini proses pencampuran warna tidak terjadi di atas palet namun justru terjadi di dalam retina mata manusia. Itulah mengapa disebut dengan ilusi.

Suatu penerapan teknik yang butuh perhitungan dan sistematis tentunya. Tidak asal membubuhkan warna begitu saja ya ? Hehehe..

Beberapa karya Seurat yang cukup terkenal di antaranya :

  • Landscape at Saint-Ouen, oil on panel, 1879 -1880, disimpan di Metropolitan Museum Of Art.
  • Overgrown Slope, oil on canvas, 1881, disimpan di Dallas Museum Of Art.
  • Fishing In The Seine, 1883, disimpan di Musee d’art Moderne de Troyes.
  • The Laborers, 1883, disimpan di National Gallery Of Art, Washington Dc.
  • A Sunday Afternoon On The Island Of La Grande Jatte, 1884-1885, disimpan di Metropolitan Museum Of Art, New York.
  • Seated Nude, Study For Une Baignade, 1883, disimpan di Scottish National Gallery.

Seated Nude merupakan salah satu karya monokrom yang diciptakan oleh Seurat menggunakan Conte Crayon. Salah satu yang menonjol dalam karyanya Seurat adalah penerapan teori warna yang digunakannya. Di mana menurut Seurat perpaduan warna primer akan menghasilkan ilusi warna hitam dan putih.

  • Untuk menghasilkan warna hitam, Seurat menggunakan perpaduan warna Merah + Kuning + Biru dalam teknik RGB (Red, Green, Blue). Namun menurut Seurat, jika ingin mendapatkan perpaduan warna hitam legam gunakan susunan warna CMYK (Cyan. Magenta, Yellow, dan Key (black). Yaitu perpaduan antara Magenta + Yellow + Cyan.
  • Untuk menciptakan area yang lebih terang (mendapatkan pencahayaan) gunakan perpaduan warna : Merah + Hijau + Biru. Maka akan tercipta area yang lebih terang dibandingkan sekitarnya.
  • Teori warna yang diusung Seurat ini dipengaruhi oleh karya Sutter dalam teorinya Phenomena Of Vision (1880) di mana ia menuliskan bahwa “the laws of harmony can be learned as one learns the laws of harmony and music.” (hukum harmonisasi (keseimbangan) bisa dipelajari seperti halnya kita mempelajari harmonisasi dalam musik, terj.). 
Ia juga memadukan teori tersebut dengan hasil diskusi yang ia lakukan bersama seorang ahli di bidang matematika, Charles Henry. Diskusi ini mengenai makna atau simbol dari garis dan warna dan apa pengaruhnya pada perasaan manusia. Dan hasilnya adalah teknik Pointilis yang kita kenal saat ini. Hihi...

HENRI EDMOND CROSS

Henri Edmund Cross

Henri-Edmond Cross, terlahir dengan nama lengkap Henri-Edmond Joseph Delacroix. Ia lahir pada 20 Mei 1856 dari pasangan Alcide Delacroix dan Fanny Wolllett di Douai, Nord, Prancis.

Henri belajar melukis pada seorang seniman yang bernama Carolus Duran, dengan dukungan finansial dari sepupu Ayahnya yang bernama Dr. Auguste Soins. Auguste memahami sisi artistik pada diri Henri dan mendukung sepenuhnya, terutama dalam hal finansial agar bisa mengembangkan bakatnya dengan baik.

Di tahun 1875 ia belajar pada Francois Bonvin sebelum ia kembali ke Lille. Ia kemudian melanjutkan studinya di Ecole des Beaux-arts, lantas selama kurun waktu tiga tahun ia belajar di studio Alphonse Colas. Pada tahun 1881, ia belajar pada Emile Dupont-Zipcy.

Pada awal karirnya ia menggunakan warna gelap terutama untuk tema potrait dan still life. Namun berjalannya waktu ia kemudian mulai berani mengeksplorasi warna-warna yang terkesan cerah. Tak hanya itu, ia juga terlibat dalam pembentukan Societe Des Artistes Independants, bersama dengan Paul Signac dan juga Georges Seurat.

Ia dijuluki sebagai Master Neo Impresionisme. Dan karyanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan Fauvisme, yaitu aliran seni yang sangat menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak dilukis. Nantinya, karya Cross akan mempengaruhi Henri Matisse. Gak cuma nama yang berpengaruh ya ? Hehehe.. bahkan gaya lukisan pun juga memiliki pengaruh pada Matisse.

Beberapa karya Henri Cross, di antaranya :

  • Sunset On The Lagoon, Venice, 1898-1899
  • Fisherman, 1895
  • La Barque Bleue, 1899
  • Ponte San Trovaso, 1902-1905
  • Le Bois, 1906-1907

Karya Henri Cross didominasi dengan tema-tema landscape. Dan terlihat memiliki garis-garis luar yang nampak lebih tegas dibandingkan karya lainnya. 

MANFAAT TEKNIK POINTILIS

Setiap teknik pastinya memiliki ciri khas dan tujuan tertentu ya ? Walaupun gak semuanya memiliki tujuan loh ya ? Tetapi menurut hemat saya, ada hal yang menonjol dari teknik ini dan bisa dimanfaatkan untuk alat terapi.

Dari setiap tulisan yang saya buat dalam Blog ini, saya berusaha untuk menemukan value atau manfaat yang bisa saya sajikan kepada pembaca. Misalnya saja kemari saat saya membuat tulisan tentang bergamot, saya berusaha mencari makna atau value yang bisa kita ambil pelajaran darinya. Pun dengan teknik ini. Saya berusaha mencari hal apa yang menonjol dan menjadi sebuah nilai tidak hanya teknik semata. 

Berikut ini beberapa hal yang bisa saya ulas tentang nilai dari teknik ini :

  • Bersifat Terapis. Teknik ini bersifat terapis di mana kita bisa menyusun coraknya satu per satu sama halnya seperti kita membuat mandala. Setidaknya hal ini saya rasakan. Hahaha.. karena saat saya membuat suatu obyek, saya sangat menikmati prosesnya, dan mengurangi tensi dalam diri saya sendiri.
  • Meningkatkan dan mampu mengelola kesabaran. Untuk membentuk satu objek agar terlihat bagus dan jelas, dibutuhkan kesabaran tingkat dewa dalam menyusun titik tersebut. Kita juga harus pandai dalam menempatkan titik tersebut. Apakah kita perlu membuatnya renggang atau justru rapat. Karena jarak antar titik akan sangat berpengaruh menciptakan efek pencahayaan dan bayangan pada pointilis monokrom.
  • Mahir menciptakan ilusi. Salah satu keistimewaan teknik ini adalah efek ilusi yang dihasilkan oleh corak titik tersebut. Di mana kita bisa merasakan perbedaan yang sangat signifikan pada saat melihat dari jarak dekat dan jarak jauh. Semakin sering kita membuatnya, semakin canggih proses kita dalam menciptakan ilusi.
  • Mengaktifkan kerja otak. Yang namanya membuat ilusi, tentu saja membuat otak bekerja lebih ekstra dari biasanya donk ya ? Hahaha.. di mana gerombolan warna tertentu jika tidak ditempatkan dengan tepat, tidak akan memberikan efek apa-apa. Jadi sang seniman memang harus bisa membayangkan pada bagian mana warna-warnanya harus diletakkan, sehingga tercipta ilusi yang diinginkan. Pun kita bisa menikmati hamparan kumpulan warna yang sangat indah.
  • Meningkatkan imajinasi dan kreativitas. Paling tidak proses awal membuat lukisan ini membutuhkan pemikiran ekstra dari sang seniman. Seperti apa hasil yang diinginkan, bagaimana dia harus menyusun warna tersebut agar menarik sekaligus indah dipandang mata, dll. Proses pembentukan konsep ini saja sudah membuat sang seniman berpikir ekstra. Hehehe..

Dalam membuat lukisan dengan teknik ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, di antaranya :

  • Bentuk kuas sangat penting dalam teknik ini. Ya mungkin jenis spalter dan chissel gak cocok sama sekali ya ? Heheh..
  • Agar warna tidak mudah berbaur satu sama lainnya, maka tunggulah agar bagian bawahnya kering lebih dahulu sebelum ditumpuk dengan warna lainnya. Kecuali jika kalian ingin efek yang tidak biasa. Hehehe..
  • Pada dasarnya teknik pointilis ini menggunakan teknik arsir yang disebut dengan stippling, hanya saja diterapkan pada lukisan dengan warna-warna yang sesuai dengan keinginan kita.

Begitulah kira-kira bahasan tentang teknik pointilis ini. Kita bisa melihat penerapannya pada karya Van Gogh, Paul Signac, Henri-Edmund Cross, dll. Semoga pembahasan ini berguna bagi kita semua. Terima kasih sudah membaca ! Dan bagikan pada teman-teman yang membutuhkannya. Terima kasih !

Daftar Pustaka

  • Savitri, Devita. (2022). Teknik Pointilis : Sejarah, Ciri-ciri, dan Cara Menggambarnya. Diakses pada 12 Januari 2023 dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6404361/teknik-pointilis-seharah-ciri-ciri-dan-cara-menggambarnya.amp
  • Fandy. Pengertian Teknik Pointilis : Sejarah, Teknik dan Contohnya. Diakses pada 12 Januari 2023 dari https://www.gramedia.com/literasi/teknik-pointilis
  • ewafebri. 2018. Art Therapi Ideas | Teknik Gambar Pointillisme. Diakses pada 12 Januari 2023 dari https://www.ewafebri.com/2018/10/how-to-do-pointilism-as-art-therapy-ideas.html
  • Wikipedia. Paul Signac. Diakses pada 14 Januari 2023 dari https://www.wikipedia.org/wiki/Paul_Signac
  • Wikipedia. Vincent Van Gogh. Diakses pada 14 Januari 2023 dari https://www.wikipedia.org/wiki/Vincent_van_Gogh
  • Wikipedia. Georges Seurat. Diakses pada 14 Januari 2023 dari https://www.wikipedia.org/wiki/Georges_Surat
  • Wikipedia. Henri-Edmond Cross. Diakses pada 14 Januari 2023 dari https://www.wikipedia.org/wiki/Henri-Edmond_Cross

Post a Comment

0 Comments